Sesuai kesepakatan mereka kemarin, baik itu Bara, Leo dan juga Bams ketiganya resmi pindah ke SMA Garuda. Kedatangan mereka sukses membuat gempar seluruh sekolah, bagaimana tidak— parasnya yang begitu tampan sudah cukup membuat mereka jadi incaran kaum hawa disekolahnya yang baru.
Bara dengan rahang tegas, dan tatapan dinginnya. Jangan lupa jika saat ini bandana merah masih bertengger rapi di kepalanya.
Leo dengan sifat ramah tamahnya, sipaling manis dari kedua sahabatnya. Apalagi dengan lesung pipi sebagai pelengkapnya.
Sedangkan Bams? Sosok paling netral diantara keduanya. Sipaling jago berantem, tapi cuek.
"Udah selesai tebar pesonanya?" Ujar seseorang seraya bersedekap dada. Matanya terlihat menatap jengkel kearah ketiga sosok dihadapannya yang saat ini hanya bisa menunjukkan cengiran khas milik mereka.
"Gue sih engga. Yang harusnya lo marahin tuh si Leo. Dari tadi tepe - tepe sana sini"
"Kok gue sih? Gue kan cuma bales senyum aja biar ga dibilang sombong"
"Enakan di Bandung sih sebenernya. Keknya disini kebanyakan orang toxic" ujar Bams yang sukses membuat Diaz tertawa remeh.
"Yaudah sihh, selamat menikmati apa yang gue rasain" balas Diaz lengkap dengan tawa renyahnya.
Bohong jika Diaz mengatakan dirinya tidak bahagia. Berkumpul kembali dengan ketiga sahabatnya adalah hal yang paling Diaz tunggu. Ketiga sosok dihadapannya ini bahkan sudah memiliki peran tersendiri dihidupnya.
"Sok SKSD banget ga sih? Sok - sok an mau deketin anak baru biar apa? Biar punya backingan? Cupu gilaa" ujar Davin yang entah sejak kapan sudah berada disana.
Davin tertawa remeh, begitupula dengan kedua temannya. Rama dan Bastian."Siapa Dii?" Tanya Bara lengkap dengan aura ketidak sukaannya.
"Salah satu dari yang gue ceritain semalem"
"Abangnya atau adiknya?" Leo menimpali
"Adik"
"Ohhhh jadi lo yang namanya Davinnn?" Ujar Bams seketika yang sukses membuat Diaz meringis pelan.
"Lo tau nama gue? Wahhh seterkenal itu ya gue? Atau jangan - jangan si cupu ini udah cerita yang engga - engga tentang gue?" Ujar Davin seraya mendorong Diaz dengan jari telunjuknya.
Diaz tertawa remeh, tangannya terangkat untuk membersihkan bekas tangan Davin diseragamnya.
"Lo ga ngaca? Justru yang kelihatan cupu disini itu elo padahal, bukan Diaz" Leo menimpali lengkap dengan nada remehnya.
"Lo siapa berani ngatain gue kaya gitu? Tau apa lo soal gue? Murid baru aja belagu"
"Dia temen gue. Kenapa? Masalah buat lo?" Pada akhirnya Diaz mulai ikut turun tangan. Merasa geram dengan apa yang baru saja Davin katakan.
"Ohhhhhh gue tauu nih Vinn. Kayanya si cupu ini sengaja ngajak temen - temen di sekolah lamanya buat pindah biar dia ga sendirian disini" ujar Bastian
"Wahhh bener juga lo Bas. Saking ga punya temennya kali ya?"
"Pindah aja yuk guys. Panas banget disini. Auranya aura - aura setan semua" ujar Diaz sebelum akhirnya memilih untuk meninggalkan tempat tersebut, begitupun dengan ketiga sahabatnya itu.
"Liat aja lo Diaz" gumam Davin seraya mengepalkan kedua tangannya erat erat.
****
"Diazzzzzz, lo dari mana aja sih? Gue nyariin lo tau ga sihh. Lo pokoknya harus dengerin gue sekarang. Lo tau ga? Katanya di sekolah kita bakal ada murid baru lagi, dan katanya lagi tuh murid baru jumlahnya tiga ekor dii. Tiga ekorrrrrr"
"Ga sekalian aja lo bilang tuh murid baru jumlahnya tiga siung?" Kali ini bukan Diaz yang menjawab, melainkan Leo lengkap dengan wajah malasnya.
"Tiga siung? Bawang kali Lee"
"Gue ga ngomong sama lo ya. Gue lagi ngomong sama Diaz" ujar Satria seraya mempoutkan bibirnya kesal. Sedangkan Diaz? Sosok tersebut hanya bisa mengulum senyum tipisnya seraya menyaksikan kelakuan absurt sahabatnya ini.
"Besok - besok kalau mau ngegosip jangan di depan orangnya langsung, Satt" ujar Diaz yang sukses membuat Satria mengernyit bingung sebelum akhirnya tatapannya beralih kearah sosok yang baru saja menjawab pertanyaannya.
"Ehh waittt" ujar Satria seraua. Memperhatikan ketiga sosok dihadapannya.
"Lo siapa anjir? Perasaan ga pernah tuh gue liat mahluk yang bentukannya kaya lo lo pada di sekolah ini"
"Dia siapa sih Dii? Cerewet gila kaya cewe. Pengen gue pites anjir" geram Bara geram bukan main
"Enak aja lo asal mau main pites aja. Lo pikir gue manusia apaan"
"Astagaaaa. Ini kalian bisa ga sih ga usah berdebat dulu. Mending lo berempat kenalan, bukan malah adu bacot"
"Kenalan? Sama dia? Ogah" seru mereka berempat dengan kompak. Sedangkan Diaz? Laki - laki itu hanya bisa menghela nafasnya lelah.
"Lo kenal dia Dii?" Bisik Satria dengan polosnya
"Jangan jangan anak baru yang lagi heboh di sekolah tadi itu mereka?"
"Demi why?"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
00.00
Teen Fiction00.00 Orang lain bisa menyebutnya sebagai awal, tapi tak sedikit pula yang menyebutnya sebagai akhir. Diaz, laki - laki humoris yang tidak sengaja bertemu dengan laki - laki sedingin Danial. Mereka tidak ada hubungan apapun dan mereka bahkan tidak...