30. Khawatir

1.3K 168 22
                                    

"Dan, gue boleh minta tolong ga?"

"Lo mau minta tolong apa?"

"Ditas gue yang paling depan ada obat, boleh minta tolong ambilin ga?"

"Obattt?"

"Iya, boleh minta tolong ambilin ga?" Tanya Diaz yang langsung dijawab anggukan oleh Danial. Sosok itu bahkan langsung merogoh ransel milik Diaz sebelum akhirnya mengernyit bingung.

"Banyak banget, ini obat apaan aja Dii?"

"Obat demam, sisanya vitamin semua" tanya Danial seraya mengamati obat - obat ditangannya dengan penuh curiga.

"Udah jangan diliatin, cuma vitamin doang kok" ujar Diaz seraya merebut cepat obat - obat tersebut dari tangan Danial.

"Tapi kenapa sebanyak itu?"

"Biasa bokap gue, takut anaknya kenapa - napa makannya dikasih vitamin sebanyak ini"

"Emang ya kalau anak manja, pasti apa - apa selalu disiapin" ujar Danial dengan entengnya. Hanya saja ia tidak tau jika apa yang baru saja ia katakan cukup melukai perasaan Diaz.

Diaz tersenyum tipis sebelum akhirnya meminum semua obatnya dalam sekali teguk. Diaz meringis, tepat setelah merasakan nyeri di ulu hatinya.

"Diii, lo amannn?"

"Sshhhhhhhh"

"Diiiii?" Panik Danial sedikit khawatir, sebab tubuh Diaz sudah dibanjiri keringat dingin saat ini.

"Gue mau tidur, Dannn"

"Tap—"

"Gue mau tidur bentar, jangan diganggu ya" lirihnya sebelum akhirnya memejamkan matanya pelan dalam pelukan Danial.

Sedangkan disisi lain, semua orang tampak bingung mencari keberadaan Diaz dan juga Danial. Saat ini memang belum jam enam sore, tapi ketika semua orang sudah sampai camp sekitar satu jam yang lalu sedangkan tidak dengan mereka sudah cukup sukses membuat semua orang panik bukan main.

"Gue curiga, pasti ini ada hubungannya sama Danial kan? Temen lo itu pasti sengaja bikin Diaz kesasar kan?" Ujar Satria

"Gausah gila, lo pikir kakak gue sejahat itu apa? Lagian mana mau juga dia kalau harus lama - lama sama anak baru itu"

"Liat aja, kalau sampai Diaz kenapa - napa, habis abang lo sama gue"

"Justru kalau abang gue sampe kenapa - napa, gue gabakalan tinggal diem. Engga lo, engga temen lo. Gue ga bakal segan buat bikin perhitungan" Seru Davin tak mau kalah.

"Udah - udah, ini kenapa pada berantem sih? Bisa ga sih kalian tenang dulu? Daripada kalian berantem ga jelas, mending sekarang kita fokus cari mereka!" Setelah sekian lama akhirnya Aiden memilih untuk angkat bicara.

Aiden tidak habis pikir, bisa - bisanya disaat seperti ini kedua mahluk itu saling menyalahkan satu sama lain.

Aiden menarik nafasnya panjang sebelum akhirnya mengalihkan atensinya kearah angkasa diatas sana "Semoga lo berdua gapapa" batinnya penuh harap.

***

Danial terlihat tengah mengurut pelan pergelangan kakinya sebelum memilih untuk mengalihkan atensinya kearah Diaz. Entah kenapa Danial merasa nyaman berada didekat sosok tersebut, dan entah kenapa Diaz merasa sangat takut jika setelah ini Diaz justru tidak membuka matanya lagi.

Tidak, Danial buru - buru menggelengkan kepalanya cepat. Berusaha membuang jauh - jauh pikiran buruknya. Danial menarik nafasnya pelan sebelum akhirnya memilih untuk menepuk pelan wajah Doaz.

"Diazz heii"

"Diazz?"

"Eunghhhh"

"Maaf gue bangunin lo, tapi ini udah mau sore. Kita harus lanjutin perjalanannya"

Diaz mengerjapkan matanya pelan, entah kenapa kepalanya terasa sangat pusing, belum lagi sesak di dadanya yang tak kunjung hilang.

"Lo duluan aja, gue kayaknya gabisa lanjutin perjalanan" lirih diaz pelan.

"Engga, gue gamungkin ninggalin lo sendirian disini Dii"

Diaz tersenyum, "Gue gapapa Dan, lo bisa pergi duluan. Nanti gue nyusul"

"Kita berangkat bareng, pulangnya pun barengan!"

Diaz kembali menggeleng, kali ini lengkap dengan senyuman tipisnya. "Engga Dan, gue gamau ngerepotin lo"

"Lo ga ngerepotin gue sama sekal—"

"Uhukkkk uhukkkk"

"Diii? Lo gapapaa? Muka lo makin pucet bangsat"

"Gu—" "Uhukkkk - uhukkkk"

"Dii jangan bikin gue khawatir"

"Sesek Dan. Gue ga-bi-sa naf-ashhh"

"Tarik nafas pelan - pelan ya? Gue bantuu"

Diaz menggeleng pelan, air matanya bahkan jatuh tanpa bisa ia cegah. Ia merindukan Reksa. "Dan— gue takut"

"Jangan takut, lo ada gue disiniiii" ujar Danial seraya merengkuh pelan tubuh Diaz. Bohong jika Danial mengatakan ia tidak khawatir saat ini, karena yang terjadi justru sebaliknya. Danial bahkan takut bukan main.

"Diazzz please lo tenang yaa? Tarik nafas pelan - pelan. Tolong ikutin kata - kata gue"

"Sak - ithh" lirih Diaz sebelum akhirnya memejamkan matanya pelan. Diaz tidak sadarkan diri.

"SIAPAPUN YANG ADA DISINI, TOLONGGGGGGG!" Teriak Danial panik bukan main

"Diazzz bangun Dii, jangan bikin gue takutttt"

"Diazz lo denger gue kan?"

"Bangunnn bangsatttttt"

"Jangan tinggalin gueeee"

TBC

00.00Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang