37. Hal Kecil

943 119 3
                                    

"Haiii"

"Gue kira lo udah gamau ketemu gue lagi" sahut Diaz lengkap dengan nada candaannya.

"Gimana keadaan lo sekarang? Udah baikan?"

"Udah mendingan sih, paling masih lemes dikit. Lo sendiri gimana? Kaki lo aman kan?" Tanya Diaz seraya mengalihkan atensinya kearah kaki sosok dihadapannya ini.

"Keseleo doang" balasnya yang hanya dijawab anggukan pelan oleh Diaz.

"Lo seriusan gapapa kalau keluar kaya gini? Udah izin sama dokter kan?" Tanya sosok itu sekali lagi.

Diaz mengangguk mantap sebagai jawaban. "Udah dimintain ijin sama Satria, dan di acc. Lagian gue juga bosen diem dikamar berhari - hari. Mending disini, bisa menghirup udara segar"

"Tapi gabaik buat kesehatan lo"

"Danial apaan si? Gabiasanya lo care sama gue" balas Diaz lengkap dengan kekehannya. Mengabaikan jika saat ini sosok yang tidak lain adalah Danial itu hanya bisa mengulum senyum tipisnya.

"Care salah, jahat juga salah. Emang lo mau gue jahatin terus?"

"Ya gapapa, kan udah biasa"

"Manusia aneh"

"Daripada lo ngatain gue, mending lo ikut gue sama Satria"

"Kalian mau kemana lagi?"

"Biasa ni anak pengen liat setan penghuni rumah sakit ini. Mau silahturahmi katanya"

"Gausah bawa setan bisa?"

"Dih penakutt"

"Kaya lo engga aja"

"Jadi lo mau kemana? Emang bokap lo ga marah kalau lo kelayapan kaya gini?"

"Marah sih pasti, tapi mana tega dia marahin gue. Palingan bocah freak di belakang gue yang kena"

"Resiko jadi temen baik gini amat"

"Gapapa, itung - itung nambah pahala" balas Diaz lengkap dengan kekehannya. "Gue mau ketaman"

"Yaudah ayoo" balas Danial yang sukses membuat Diaz mengulum senyumnya kembali.

"Kayanya kalau ada Danial, posisi gue tergantikan ya?" Sindir Satria seraya mempoutkan bibirnya kesal. Sedangkan Diaz? Laki - laki itu hanya bisa terkekeh kecil.

"Ga ada yang bisa gantiin posisi lo sebagai sahabat sekaligus kakak terbaik guwehh"

"Alay lo" balas Satria geli sebelum akhirnya mendorong kursi roda Diaz menuju taman rumah sakit.

Danial yang sedari tadi mengekor hanya bisa mengulum senyum tipisnya. Ada rasa sesak dilubuk hatinya, selain itu ia juga tidak bisa bohong jika saat ini ia sangat merindukan sosok dihadapannya ini.

Andai Diaz tau, apakah ia akan merasakan hal yang sama? Atau justru laki - laki itu akan membencinya? Entahlah, Danial terlalu takut untuk membayangkan persepsi kedua dari pikirannya.

"Jangan lama - lama ya, udara luar beneran gabaik buat kondisi lo"

"Ayah kira anak ayau hilang, tau - taunya disini" ujar  Reksa yang entah sejak kapan sudah berada disana. Netranya bahkan terlihat mengamati ketiga sosok yang saat ini berada dihadapannya.

Reksa menghela nafas pelan tepat setelah tatapannya tidak sengaja bertemu dengan Danial. Sepertinya Danial belum memahami ucapannya kala itu, meskipun sedikit kesal tapi Reksa berusaha menetralkan perasaannya karena saat ini Diaz tengah bersamanya. Ia tidak ingin Diaz mengetahui masalalu kelam yang coba Reksa sembunyikan demi kebaikan putranya tersebut.

"Coba bilang, kira - kira siapa pelakunya" ujar Reksa sekali lagi yang sukses membuat Diaz terkekeh lucu. Sedangkan Satria? Laki - laki itu hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Lain halnya dengan Danial, laki - laki itu benar - benar canggung sekarang. Seharusnya ia senang bisa berkumpul lagi dengan keluarganya. Tapi ini bukanlah saat yang tepat. Semuanya belum terselesaikan sama sekali.

Danial tersenyum kecut, ia ingin menyapa bahkan memeluk sosok dihadapannya. Hanya saja tembok pembatas antara mereka kini terlalu tinggi untuk ia lampaui. Danial bahkan tidak tau kapan ia bisa merobohkan tembok tinggi milik ayahnya tersebut.

"Diaz cuma pengen jalan - jalan sebentar ayah"

"Udah ijin sama dokter, hm?"

"Udah dan kata dokternya juga gapapa"

"Kenapa ga bilang sama ayah? Tau gitu ayah kan ga usah repot - repot nyariin kamu"

"Emang ayah nyariin?"

"Maunya, tapi keburu ketemu. Jadinya ga jadi"

"Ayah mau gabung ga? Sama Satria sama Danial juga?" Tanya Diaz yang sukses membuat Reksa mengalihkan atensinya kearah Danial. Sedangkan Danial? Laki - laki itu hanya bisa menundukkan kepalanya.

"Mauuu" balas Reksa seraya mencubit gemas pipi putranya. Mengabaikan jika saat ini sosok Danial hanya bisa mengulum senyum tipisnya. Setidaknya ia masih memiliki kesempatan bersama dengan ayah beserta adiknya.

"Ayah kesana" kali ini Reksa telah mengambil alih kursi roda putranya. Mendorongnya kemanapun sesuai permintaan sang anak. Sedangkan baik Danial maupun Satria hanya bisa tertawa kecil ketika melihat kelakuan absurt ayah dan anak tersebut.

"Sekarang gue jadi tau, ternyata tingkah konyol lo itu nurun dari bokap lo banget ya" ujar Satria lengkap dengan kekehan kecilnya.

"Masa sih, perasaan gue ga ada mirip miripnya sama om om dibelakang gue ini"

"Om om matamuuuu" tukas Reksa seraya menjitak pelan dahi putrnya.

Diaz terkekehh, "Om kasar, kita musuhannn"

"Ohhhh gitu ya? Kalau gitu biaya sewa rumah sama biaya hidup kamu selama tujuh belas tahun ini jangan lupa dibayar ya. Debit, no credit"

"Ayahhhhhhhhhhhhhhhh"

TBC

00.00Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang