"Hufttt, akhirnya Diaz bisa menghirup udara segar lagiii"
"Makannya lain kali jaga kesehatan, jangan sakit - sakit terus"
"Iya ayahkuu tercintaaa, bawel banget sih dari tadi"
"Kamunya bandel, ayah jadi greget"
"Namanya juga anak muda, jadi wajar - wajar aja yah" balas Diaz seraya membawa langkahnya melenggang dari sana. Meninggalkan Reksa yang saat ini hanya bisa menggelengkan kepalanya heran.
"Kamu mau ayah masakin apa?" Teriak Reksa pada akhirnya.
Diaz yang sedang menaiki anak tangga rumahnya langsung berhenti, sosoknya terlihat memikirkan sesuatu yang setidaknya bisa ia makan sore ini sebelum akhirnya tersenyum lucu sebagai jawaban "Mau ayam goreng bumbu rujak. Khusus kali ini Diaz request di pedesin ya yahh. Udah lama ga makan pedes jadi kangennn"
"Baru juga sembuh udah minta yang engga - engga"
"Sekali doang yahh"
"Yaudah kamu tunggu di kamar ya. Ayah buatin dulu"
"Siap ayahku tercintaa" ujar Diaz sebelum akhirnya kembali melanjutkan langkah kecilnya. Sedangkan Reksa? Laki - laki paruh baya tersebut langsung saja membawa langkahnya menuju dapur dan mulai mempersiapkan makan malam untuk dirinya dan juga Diaz.
***
"Selamat soreee, Satriaa datanggg" teriak Satria lengkap dengan berbagai jenis buah di tangannya.
"Bisa ga sih ga usah teriak - teriak, lo pikir rumah gue hutan apa?"
"Yaelah sensii amat sih pak. Nih gue bawain buah buat lo" ujar Satria seraya memberikan parcel buah di tangannya kepada Diaz.
Diaz tersenyum pelan, "Thank's ya, tapi seharusnya lo gaperlu repot - repot kaya gini"
"Udah gapapa, lagipula gue ga ngerasa di repotin sama sekali kok" balas Satria yang hanya dijawab kekehan oleh Diaz.
"Oh iya om Reksa mana?"
"Di dapur lagi masak, samperin aja gih. Siapa tau peran lo lagi dibutuhinn"
Satria tertawa sebelum beranjak dari duduknya, "Gue samperin Om Reksa dulu" ujar Satria sebelum akhirnya membawa langkahnya menuju dapur.
"Beneran disamperinnn" balas Diaz sambil geleng geleng kepala.
"Om Reksa lagi masak apa?" Tanya Satria tepat setelah dirinya sampai di dapur.
"Lohh ada kamuuu ternyata. Pantesan di depan om denger agak ribut"
"Heheheee"
"Om lagi masak ayam kecap bumbu rujak, ceker ayam, sama omlete buat Diaz. Kamu ada request sesuatu? Biar om sekalian buatinn"
"Engga deh om" balas Satria yang langsung dijawab anggukan oleh Reksa.
"Oh yaa, bukannya Diaz paling takut sama ayam? Tapi kenapa om malah masakin dia ayam?"
"Ya karena dia takut makannya om bantai satu keluarga. Biar Diaz ga takuttt lagii" gurau Reksa yang sukses membuat Satria bergidik ngeri
"Ga gitu juga konsepnya om"
"Om becandaaa" balas Reksa lengkap dengan tawa renyahnya.
"Ada yang bisa aku bantai lagi ga Om"
"Itu disana, tadi om lagi buat kaldu ayam. Kamu angkatin tulang - tulang nya ya" ujar Reksa yang langsung dijawab anggukan pelan oleh Satria.
Keduanya bahkan terlihat sibuk dengan kegiatan masing - masing, mengabaikan jika saat ini sosok Diaz terlihat asik dengan buah apel di tangannya.
"Perasaan gue cuma minta satu menu, tapi kenapa mereka lama ya?" Gerutunya seorang diri sebelum akhirnya memilih untuk memainkan ponselnya.
Diaz mengernyit, tepat setelah netranya tak sengaja melihat notifikasi WhatsApp nya yang dipenuhi oleh nama Danial. Dan sialnya ia baru ingat jika dirinya belum memberitahu Danial kalau ia sudah diperbolehkan pulang.
Diaz meringis pelan sebelum akhirnya memilih untuk menelfon Danial. Tidak butuh waktu lama panggilannya pun tersambung, Diaz bahkan bisa memastikan jika sosok Danial pasti akan memarahinya sekarang. Dan benar saja, belum apa - apa Diaz sudah menerima siraman rohani dari temannya tersebut.
"Lo darimana aja sih? Gue chat ga di bales, di telfon ga di angkat. Lagian kenapa juga lo pulang ga ngabarin gue dulu? Udah gue kasi tau kan kemarin, kalau ada apa - apa tuh kabarin gue. Jangan ilang ga ada kabar kaya gini, lo pikir gue ga panik apa nyariin lo bolak balik. Gue pikir lo ilang atau kenapa - kenapa. Tau - taunya udah pulang" ceroscoa Danial panjang lebar. Dan untuk yang kesekian kalinya Diaz kembali meringis.
"Maaf yaa"
"Lo pikir dengan kata maaf lo bisa bikin kesel gue hilang?"
"Ya engga sih, tapi gue gatau harus bilang apa lagi. Lo nyeroscos mulu"
"Ya menurut lo aja. Emang sesusah itu lo ngasi kabar ke gue?"
"Dari pagi gue sama sekali ga megang hp. Gue aja kaget pas baru buka hp banyak banget chat sama panggilan dari lo. Kalau gue tau mana mungkin gue ga angkat"
Danial menghela nafas pelan, "Satria udah tau?"
"Dikasi tau ayah sih kayaknya. Kalau dari gue pribadi emang belum ada ngasi tau siapa - siapa"
"Ohhh" Diaz menangkap ada nada kekecewaan disana. Apa mungkin Danial kecewa karena Reksa lebih memilih memberitau Satria daripada dirinya? Tapi mengapa? Apa salahnya? Bukankah dari awal ia memang lebih dekat dengan Satria? Jadi tidak salah bukan jika ayahnya lebih memilih untuk memberitahu Satria terlebih dahulu?
"Boleh sharelock rumah lo ga?"
"Hahh? Apa?"
"Sharelock rumahlo"
"Mau ngapain?"
"Mau jiarahhh, ya menurut lo ngapain babiii?"
"Issss galak banget sih lo"
"Buruan sharelock"
"Sabar elahhh"
"Hmmm"
"Udahhh"
"Okeee, thank's" ujar Danial sebelum akhirnya memilih mematikan panggilannya secara sepihakk.
"Ada ya people kaya gini" heran Diaz sebelum akhirnya memilih merebahkan tubuhnya pada sofa.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
00.00
Teen Fiction00.00 Orang lain bisa menyebutnya sebagai awal, tapi tak sedikit pula yang menyebutnya sebagai akhir. Diaz, laki - laki humoris yang tidak sengaja bertemu dengan laki - laki sedingin Danial. Mereka tidak ada hubungan apapun dan mereka bahkan tidak...