28. Tersesat

1K 155 8
                                    

Baik Diaz maupun Danial, keduanya tampak mengikuti intruksi dengan baik, meskipun selama perjalan perdebatan kecil seringkali terjadi. Layaknya kucing dan anjing, hal kecilpun bisa menjadi besar jika mereka sudah bersama.

"Mana sih tanda panahnya, kok ga keliatan dari tadi" gerutu Diaz lelah

"Ya gimana bisa ketemu, orang lo sendiri aja ngeliatanya pake mata kaki"

"Ulet bulu please lo diem, lo ga diajak!" balas Diaz malas.

"Tuhhh didepan" seru Danial saat indranya tidak sengaja menangkap tanda panah bewarna merah dipohon.

"Lo yakin ini tandanya?"

"Menurut lo? Kita disuruh nyari tanda panah kan? Nah ini tanda panah"

"Tapi dari kan tanda panahnya warna kuning, bukan merah. Lo yakin ini tanda panah yang dibuat sekolah kita? Bukan orang lain, atau siapa gitu dulu yang sempet cari jejak disini"

"Gausah banyak mikir, kalau lo lupa gue udah berpengalaman sama hal yang kaya gini. Mau tanda panahnya warna pelangi sekalipun, kalau insting gue bilang iya— ya pasti iya"

"Ngga deh, gue gapercaya sama lo. Bukannya selamat sampai tujuan, yang ada gue malah nyasar kalau harus ngikutin insting abal - abal lo"

"Udahlah terserah, intinya sekarang lo mau gimana? Ikut atau mau ambil jalan lain? Kalau engga gue tinggal, bodo amat kalau nanti lo dimakan binatang buas disini" ujar Danial sebelum membawa langkahnya pergi disana. Meninggalkan Diaz yang saat ini masih berkutat dengan pikirannya sendiri. Kalau ikut, ia takut nyasar. Tapi kalau tidak ikut, ia bahkan tidak membawa perlekapan apapun saat ini kecuali handphonya yang tidak isi sinyal ini.

"Yaudah gue ikut lo" seru Diaz pada akhirnya seraya berlari kearah Danial. Sedangkan Danial, laki - laki tersebut terlihat menertawai kebodohan Diaz dalam diam.

Keduanyapun terlihat mencari tanda panah berikutnya, berjalan menyusuri jalan setapak yang dipenuhi oleh semak - semak belaka. Bisa dibilang medan mereka kali ini cukup jauh, karena rasanya tenaga mereka benar - benar terkuras saat ini.

"Dan, lo bawa minum kan?" Ujar Diaz saat dirasa badannya sedang tidak baik - baik saja.

"Lo haus?"

"Pusing dikittt" balas Diaz seraya mendudukkan tubuhnya dibawah pohon.

Danial menghela nafasnya pelan sebelum akhirnya menyerahkan satu botol minuman kearah Diaz "Udah gue duga, orang kaya lo pasti bakal nyusahin gue nantinya. And see, belum apa - apa lo udah penyakitan kaya gini" ujar Danial yang entah kenapa sukses membuat Diaz tersenyum getir.

Danial benar, tidak seharusnya orang penyakitan seperti dirinya mengikuti kegiatan semacam ini. Karena sudah bisa ditebak, dirinya pasti akan menyusahkan orang - orang nantinya.

"Ngga, lo gaboleh lemah dii. Lo harus buktiin kalau lo kuat, lo bisa" batin Diaz sebelum akhirnya beranjak dari duduknya.

"Yaudah ayooo lanjut, sebelum keburu sore. Kita juga belum ketemu tanda panahnya dari tadi" ujar Diaz pada akhirnya.

"Lagian ini dimana sih tandanya, kita kek udah muter - muter dari tadi tapi ga ketemu - ketemu"

"Katanya insting lo tajem, kenapa ga di coba lagi aja?"

"Yaudahhh kita kesana sekarang" ujar Danial seraya menunjuk arah, sedangkan Diaz? Laki - laki itu hanya bisa mengekor.

"Gue jadi ragu kalau jalannya beneran kesini? Masalahnya dari tadi jangankan tanda panah, gue bahkan galiat ada temen - temen kita lewat sini"

"Terus sekarang lo mau nyalahin gue karena kesasar?"

"Ya menurutlo ini salah siapa? Disini gue kan cuma ngikutin insting lo yang katanya gapernah salah itu"

"Ya salah lo juga lah, ngapain juga lo gamau bantuin gue berpikir? Kita ini satu tim, tapi yang diandelin dari tadi cuma gue aja"

"Gininih, kalau udah salah tapi gamau disalahin. Bukannya bilang maaf, malah nyalahin balik" ujar Diaz malas, sedangkan Danial tampak membuang muka.

"Terus sekarang kita berdua beneran kesasar?" Lanjut Diaz putus asa.

"Ya menurut lo apa lagi namanya kalau bukan kesasar?"

"Ohhh ayolah Danial yang katanya punya insting tajem, ini gue gamau ya kalau sampe mati disini"

"Gausah berisik bisa? Kita gabakal mati disini, kalau kita ilang pun yang lain pasti bakal nyariin jadi gausah bikin gue panik gara - gara ngajak manusia kaya lo" balas Danial tajam

"Bukan gitu, gue cuma takut aja kalau kita beneran kesasar terus nanti ada tim sar nyariin terus nanti pihak sekolah lapor sama bokap gue. Engga - engga, gue udah janji bakal jaga diri. Yakali gue harus bikin dia khawatir gara - gara gue nyasar"

"Berisikkkk"

"Dannn, terus sekarang kita harus kemana? Mau diem disini sampe ditemuin apa lanjut jalan aja?"

"Mending sekarang kita cari sungai"

"Mau ngapain? Berenang lo?"

"Gini nih kalau anak manja kaya lo dilepas dihutan, otaknya gapernah main"

"Bisa ga sih jangan kasar kalau ngomong?"

"Gak!" balas Danial yang akhirnya hanya dijawab helaan nafas oleh Diaz. Karena jujur, saat ini ia benar benar takut karena telah melanggar janji pada ayahnya.

TBC

00.00Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang