"Dii?" Panggil Reksa yang sukses membuat Diaz mengalihkan atensinya.
"Ayah udah bangun? Kepala ayah gimana? Masih pusing?" Tanya Diaz disela - sela kegiatan memasaknya. Saat ini laki - laki dengan lesung pipit tersebut tengah menyiapkan makan malam untuk dirinya dan ayahnya.
Reksa mengangguk pelan sebelum atensinya tidak sengaja teralihkan kearah tangan putranya yang terluka, "Maaf"
Diaz mengernyit bingung, "Maaf?"
"Ayah nyakitin kamu lagi ya?" Ujar Reksa seraya mengangkat tangan putranya yang terluka. Perasaan bersalah bahkan mulai menghantuinya, karena jika boleh jujur— semuanya bahkan di luar kendalinya.
Diaz menghela nafas pelan sebelum akhirnya berkacak pinggang, "Tangan aku luka, kasih aku lima juta atau beliin jaket gucci keluaran terbaru"
Reksa terkekeh, putranya memang paling bisa membuatnya agar tidak merasa bersalah. Tapi disisi lain, ia juga tidak bisa membohongi dirinya sendiri jika ia belum bisa menjadi ayah yang baik untuk Diaz, putranya.
"Ayah serius, Dii. Kamu malah becandaa"
"Diaz juga serius yah, beliin Diaz jaket atau Diaz gamau maafin ayah!"
Reksa tersenyum tipis, "Nanti ayah beliin"
"Yesss, makasihhh ayahhh"
"Kalau gitu mending kamu duduk aja, biar ayah masakin. Tangan kamu pasti sakit kan?"
"Sakit sih iya, kan luka. Tapi kalau cuma dipake masak sih gapapa, masih bisa"
"Duduk aja, biar ayah yang masakin"
"Udah Diaz aja, pa. Lagian kalau nyuruh ayah yang masak tar semuanya jadi item, gosong, gaenakkk"
"Ehhhh mulutt, kalau masakan ayah gaenak. Terus selama tujuh belas tahun kamu hidup, kamu makan masakan siapa? Masakan setan?"
"Kan setannya ayah"
"Kamu yaaaa" jujur, rasanya Reksa gemas sekali memiliki putra seperti Diaz. Jika saja laki - laki itu bukan putranya, sudah dipastikan jika saat ini sosok tersebut sudah menggantikan posisi ikan yang tergeletak diatas wajan.
Diaz tertawa sebelum akhirnya memilih melepas celemek di tubuhnya, "Yaudah kalau gitu ayah aja yang masak. Aku mau nonton, awas aja kalau ga enak. Ayah yang Diaz masak" ujar Diaz seraya mengangkat kepalan tangannya ke udara.
Sedangkan Reksa? Laki - laki itu hanya bisa terkekeh pelan sebagai jawaban. "Kalau enak, kamu yang papa masak"
Diaz memutar bola matanya sebelum akhirnya membawa langkahnya menuju ruang tamu, sedangkan Reksa? Tanpa pikir panjang laki - laki itu langsung melanjutkan aksi memasaknya.
Reksa menghela nafas pelan, netranya ia alihka kearah Diaz. Jujur, perasaan bersalah bahkan masih menghantuinya. "Maafin papa, Dii. Lagi - lagi papa nyakitin kamu"
***
Diaz merebahkan badannya pada sofa, tangannya terangkat untuk mengambil remote dan mulai mencari film yang menurutnya bagus.
Laki - laki tersebut terlihat menonton dengan begitu santai, tidak menyadari jika saat ini sosok Reksa tengah menatapnya heran. "Gimana kelakuan ga kaya anak kecil kalau kamu aja masih suka nonton kartun kaya gini, Dii"
"Diaz kan masih kecil, yah"
"Iya kecil, sampai pengen tak picik - picikkk"
"Ihhh ayah, psikopattt!"
Reksa tertawa, "Udah yuk, sini makan"
"Udah selesai?"
"Kalau belum, ga mungkin kan ayah nyuruh kamu makan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
00.00
Teen Fiction00.00 Orang lain bisa menyebutnya sebagai awal, tapi tak sedikit pula yang menyebutnya sebagai akhir. Diaz, laki - laki humoris yang tidak sengaja bertemu dengan laki - laki sedingin Danial. Mereka tidak ada hubungan apapun dan mereka bahkan tidak...