"Hallo anak ayah yang paling ganteng"
"Maaf ya ayah baru bisa nemenin kamu sekarang"
"Kalau kamu sadar, pasti kamu bakal ngomel - ngomel gara - gara ayah ga ada waktu buat kamu" lanjut Reksa sambil terkekeh pelan.
"Tapi gapapa sih, udah lama ayah ga denger omelan kamu. Makannya ayo bangun, ayah kangen"
"Kamu ga capek apa tidur mulu, kamu ga kangen gitu sama ayah?"
"Kamu inget ga waktu itu kamu pernah bilang mau jalan - jalan ke Bandung? Kamu juga pengen balik ke Bandung lagi, kalau kamu mau kita bisa pindah ke Bandung setelah kamu sadar, tapi dengan satu syarat. Kamu harus bangun dulu" lirih Reksa seraya mengusap lembut surai putranya.
Ada perasaan takut yang mengganjal hatinya, ia takut jika setelah ini Diaz tidak berniat untuk membuka matanya kembali. Dan syukurnya, semua pikiran buruk milik Reksa di tepis begitu saja oleh Diaz. Sepertinya sosok tersebut tidak ingin melihat ayahnya bersedih terlalu lama.
Mulai ada sedikit pergerakan ditangan sang putra, dan hal tersebut sukses membuat Reksa kaget bukan main. Seperti keajaiban, Diaz seolah mendengar semua ucapannya. Dan tuhan seolah memberikan kesempatan untuk Reksa bersama Diaz lebih lama lagi.
"Diazzz" lirihh Reksa lengkap dengan tangis bahagianya. Jujur, jika ada kata yang bisa menggambarkan perasaannya saat ini selain kata bahagia. Mungkin Reksa sudah mengucapkan kata tersebut berulang kali.
"Diaz sayang, kamu bangunn?" Lirih Reksa sekali lagi. Tangannya bahkan terlihat mengusap wajah pucat itu dengan lembut, beriringan dengan mata Diaz yang perlahan terbuka.
Silau, setidaknya itulah hal yang pertama kali Diaz rasakan setelah matanya terbuka sepenuhnya sebelum akhirnya kembali terpejam— tepat saat rasa pening kembali menyerang kepalanya.
"Shhhhhhhh"
"Diaz sayang, kamu gapapa? Ayah panggil dokter dulu ya?" Ujar Reksa sebelum akhirnya memencet bel yang berada tidak jauh dari ranjang putranya.
Sedangkan disisi lain, kini sosok Danial tengah berada di koridor rumah sakit dengan Satria yang baru saja ditemuinya.
"Mau apa lagi sih lo, Dan? Lo tau sendiri, kalau Om Reksa tau lo ada disini. Bukan cuma lo yang bakal kena imbasnya, tapi gue" ujar Satria yang tidak habis pikir lagi dengan kelakuan sosok di hadapannya.
"Gue cuma pengen tau gimana keadaan adik gue"
"Diaz koma, dan gue rasa lo galupa soal itu"
"Apa iya ga ada perkembangan sama sekali? Ayolah Sat, disini cuma lo doang yang bisa gue andelin. Cuma lo doang yang bisa bantu gue. Jadi tolong, bantu gue"
Satria mengangguk, "Gue usahain ya, tapi gue juga ga bisa janji. Semuanya tergantung Diaz nanti"
"Thank's ya Sat"
"Lo tau ga? Sebenernya gue masih kesel sama lo, gue masih belum terima atas semua sikap lo ke Diaz selama ini. Tapi setelah tau ternyata lo kakaknya, dan Om Reksa ngelarang keras buat lo ketemu sama Diaz gue jadi kasian sama lo"
"Seharusnya gue biarin aja lo ngerasain karma lo sendiri. Tapi sayangnya, gue ga setega itu jadi orang. Selama Diaz ga risih, gue bakal bantu lo. Kecuali, kalau Diaz sendiri yang gamau ketemu lo lagi. Sorry to say, detik itu juga gue berhenti buat bantu lo"
"Iya gapapa, seenggaknya lo udah mau bantu gue Sat. Makasi ya" ujar Danial yang hanya dijawab anggukan pelan oleh Satria.
"Oh iya —" belum selesai Satria dengan ucapannya, tiba - tiba ponselnya berdering, menandakan jika ada panggilan masuk.
"Dari siapa?"
"Om Reksa"
"Angkat aja dulu, siapa tau penting" ujar Danial yang langsung dijawab anggukan oleh Satria. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Satria langgsung saja menerima panggilan dari Reksa dengan cepat.
"Iya hallo, Om?"
"Satria, kamu sekarang lagi dimana?"
"Aku di koridor depan, Om. Lagi nyari angin, kenapa? Om perlu bantuan?"
"Diaz udah sadar, Sat"
"Apaa? Om ga lagi bohongin aku kan? Om serius?"
"Diaz udah sadar Satria, mending sekarang kamu buruan kesini. Diaz pasti seneng bisa liat kamu"
"Iya iya Om, Satria kesana sekarang. Tunggu ya"
"Om tunggu"
Tuttt
"Diaz kenapa? Terus kenapa muka lo kaget gitu? Dan sekarang lo mau keruangannya Diaz kan? Adik gue gapapa kan, Sat" tanya Danial sarat akan kekhawatiran.
Satria tersenyum sebelum akhirnya memeluk erat sosok dihadapannya. Tidak bisa di bohongi, jika sadarnya Diaz setelah koma berhari - hari cukup membuat dirinya merasa bahagia.
"Diaz sadar, Dan. Diaz sadar" ujar Satria yang sukaes membuat Danial terdiam cukup lama.
Bohong jika ia mengatakan tidak bahagia setelah mendengar penuturan Satria. Ia justru sangat bahagia, tapi ia juga sedih. Sedih karena Reksa lebih memilih mengabari Satria terlebih dahulu daripada dirinya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
00.00
Teen Fiction00.00 Orang lain bisa menyebutnya sebagai awal, tapi tak sedikit pula yang menyebutnya sebagai akhir. Diaz, laki - laki humoris yang tidak sengaja bertemu dengan laki - laki sedingin Danial. Mereka tidak ada hubungan apapun dan mereka bahkan tidak...