Waktu telah menunjukkan pukul delapan malam, anak - anak yang lain terlihat tengah sibuk dengan kegiatannnya masing - masing. Mengingat jika hari ini masih hari untuk bersantai, jadi beberapa dari mereka memilih untuk duduk sambil bermain musik, tidur, bergosip ria bahkan ada juga yang masak - masak. Terkecuali bagi Diaz, laki - laki itu lebih memilih untuk menyendiri. Menikmati indahnya pemandangan dari atas sini. Terasa dekat dengan bintang, dan terasa nyaman dengan hamparan lampu didataran sana.
"Gamau gabung sama yang lain?" Tanya Satria yang entah sejak kapan sudah berada di sampingnya. Diaz menoleh sebelum akhirnya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
"Kenapa?"
"Gapapa sih, gue lagi pengen sendiri aja"
"Astaga, yang lain ikut camp buat seru - seruan. Lah lo? Sampe sini bukannya memperdekat diri sama yang lain, ini malah sibuk menyendiri sambil liat lampu. Emang di jakarta lo gapernah liat lampu? Atau dulu di bandung juga lo gapernah liat lampu sama bintang?" Ceroscoa Satria yang sukses membuat Diaz memutar bola matanya malas.
"Ya ga kaya gitu juga bego"
"Ya lagian lo aneh banget" ujar Satria yang hanya diabaikan oleh Diaz.
"Sebagai anak baru yang lagi tenar - tenarnya di sekolah, mending lo gabung sama kita - kita. Anak - anak yang lain pasti seneng banget kalau lo mau gabung sama mereka" tawar Satria sekali lagi, sedangkan Diaz? Laki - laki tersebut terlihat menganggukan kepalanya sebagai jawaban.
Keduanya pun sama - sama beranjak menuju teman - teman yang lainnya, bernyanyi bersama menikmati suasana malam yang pastinya akan Diaz rindukan nantinya.
"Ga usah sok asik deh lo" ujar Danial tepat setelah laki - laki tersebut berdiri disebelah Diaz.
"Bisa ga sih sehari aja lo ga usah nyari masalah dulu sama gue?"
"Dih, siapa juga yang mau nyari masalah sama manusia gapenting kaya lo. Kurang kerjaan banget gue"
"Terus tujuan dan maksud lo kesini apaan kalau emang bukan buat nyari masalah?"
"Lo pikir ini tanah punya nenek moyang lo? Ya suka suka gue lah mau kemana? Lagian emang disini cuma ada lo doang, engga kan? Jadi gausah geer. Lo itu bukan orang penting yang harus gue gangguin" ujar Danial yang sukses membuat Diaz memutar bola matanya malas. Ia tau jika apa yang Danial katakan tadi hanya alibi semata, mengingat jika akhir - akhir ini laki - laki tersebut tak ada henti - hentinya mengganggunya.
Hilang sudah pikiran Diaz tentang sebagaimana misteriusnya Danial, karena yang ia tau sekarang Danial adalah salah satu spesies manusia paling menyebalkan di SMA Garuda.
"Berasa ditempelin ulet bulu gue, deket sama lo bikin badan gue gatel - gatel. Mending lo jauh - jauh dari gue" sindir Diaz yang sukses membuat Danial membelalakan matanya tak terima. Bagaimana bisa Diaz kutu kupret tersebut menyama - nyamakan dirinya dengan sebutir ulat bulu. Oooo tidak bisa.
"Lo yaaa—"
"Apaaa? Ga terima? Mau berantem? Ayoo sini. Mumpung batas kesabaran gue udah setipis tisu. Gue sembelih juga lo" potong Diaz cepat.
"Awas lo ya, abis lo di tangan gue"
"Sorry ya, tapi gue bukan makanan yang dengan entengnya lo abisin pake tangan minion lo itu" ujar Diaz seolah - olah tak kehabisan kata untuk membalas Danial.
Perdebatan keduanya pun tak luput dari pengelihatan semua orang. Seolah - olah apa yang terjadi sekarang merupakan hal langka yang mungkin tidak akan bisa mereka tonton lagi nantinya.
Bagaimana tidak, mengingat bagaimana dinginnya sosok Danial. Bagaimana cueknya sosok tersebut, dan sekarang? Seketika aura sedingin es tersebut justru mencair karena kedatangan satu spesies seperti Diaz.
Meskipun pertemuan keduanya tidak pernah baik, karena ada saja bahan yang selalu mereka perdebatkan, tapi— percaya atau tidak, sejauh ini hanya Diaz yang mampu merobohkan tembok es yang berusaha Danial bangun selama ini.
"Diazzzz, lo sadar ga sih lo baru aja ribut sama siapa? Dia Danial, jadi please dehhh lo ga usah nyari ribut sama dia" bisik Satria sedikit panik. Takut - takut jika Danial tidak akan melepaskan Diaz setelah ini. Mengingat bagaimana kejamnya Danial jika sudah tidak suka dengan orang.
Diaz mencebikkan mulutnya tak terima sebelum menatap sinis kearah Danial yang saat ini masih berada dihadapannya. "Terus emang kenapa kalau dia Danial? Dia juga manusia kan? Jadi apa yang harus gue takutin dari manusia spesies ulet bulu kaya dia?"
"BISA GA SIH BERHENTI NYAMA - NYAMAIN GUE SAMA ULER BULU?" Bentak Danial yang sukses membuat Diaz tersentak kaget sebelum akhirnya tertawa kecil sebagai jawaban.
"Ya gabisalah, lo kan emang sebangsa sama ulet bulu" ujar Diaz dengan polosnya yang sukses membuat Danial mengepalkan kedua tangannya kesal. Sedangkan Satria? Seperti memahami kondisi yang sedang terjadi, laki - laki tersebut langsung saja menarik tubuh Diaz untuk bersembunyi di belakang punggungnya.
"Dan, jangan diambil hati ya. Diaz emang gitu orangnya, anggep aja cuma becandaan biasa. Ya kan Dii?" Potong Satria cepat berusaha menyelamatkan Diaz dari amukan Danial.
"Becanda darimananya? Orang dia emang sebangsa sama ulet bulu kan?" Balas Diaz dengan polosnya, sedangkan Satria? Laki - laki tersebut hanya bisa mengumpati Diaz dalam hatinya.
"Diaz bodohh anak monyet sinting gila miringg. Lo tau ga sih siapa yang baru aja lo hina kambingggg? Matii loooo habis ini" batinnn Satria seraya meringis pelan
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
00.00
Teen Fiction00.00 Orang lain bisa menyebutnya sebagai awal, tapi tak sedikit pula yang menyebutnya sebagai akhir. Diaz, laki - laki humoris yang tidak sengaja bertemu dengan laki - laki sedingin Danial. Mereka tidak ada hubungan apapun dan mereka bahkan tidak...