"Baru juga sekolah udah babak belur aja lo. Gatau aja lo kalau Om Reksa sampai tau bisa habis gue dibilang gabisa jagain anak monyet kaya lo"
"Bawel banget sih. Lo pikir gue mau apa dipukulin kaya tadi? Lo pikir ini gigi gue ga ngilu - ngilu apa?" Gerutu Diaz seraya memegangi pipinya yang nyeri.
"Udah mana sini gue obatin dulu. Lagian lo ada masalah apa sih sama Davin Davin itu?"
"Danial?" Lanjut Satria lagi sebelum akhirnya menghela nafas pelan.
"Kan gue udah sering bilang. Berurusan sama Danial cuma bikin hidup lo tambah sial, Dii. Bukannya gue mau membatasi sircle pertemanan lo, tapi ini juga demi kebaikan lo. Contoh, hal sepele kaya gini aja bisa dipake bahan permasalahan sama Davin. Apalagi kalau tiba - tiba ternyata lo adik kandungnya Danial? Apa ga di bunuh lo?"
"Ngaco ah"
"Kan gue bilang misalnya anak monyetttt"
"Meskipun cuma misalkan, tapi alasannya ga logis. Mana mungkin Danial abang gue. Abang ketemu gede? Atau abang abangan?"
"Berisik lo, siniin pipi lo gue kompres"
"Pelan pelan asuuuu"
"Gausah panggil asu juga"
"Lo juga sering manggil gue anak monyet"
"Ya karena lo emang mirip sama anak monyet"
"Berarti lo juga monyettt"
"Udahh siniin mukaa lo, gabisa diem banget sih" ujar Satria seraya menarik pelan wajah Diaz.
"Dari awal gue kenal sama lo, perasaan lo demen banget nyari penyakit"
"Kebalikkk, penyakitnya yang demen nyari guee"
"Udahh nih. Lain kali lo harus pinter pinter jaga diri. Jangan cuma diem aja kalau ditonjok. Kalau lo ga salah, smekdon sampe mampus juga gapapa"
"Gausah ngajarin gue aliran sesattt sat"
"Lo ngatain gue bangsat?"
"Sat? Nama lo Satria kan? Emang salah kalau gue manggil lo Sat?"
"Salah penempatan anying"
"Satria bangsat"
"Emosi gue lama - lama sama lo serius"
"Ampunnnn"
"Udahh nihh, untungnya ga sampe biru - biru. Cuma sudut bibir lo doang yang luka, semoga aja om Reksa ga sadar"
"Ya jangan sampe lah. Yang ada kalau dia tau bisa pindah sekolah lagi gue"
"Emang dulu lo pindah kesini gara - gara apa?"
"Bokap ngira sircle pertemanan gue di Bandung itu buruk, gara - gara gue temenan sama anak geng. Padahal mereka ga buruk - buruk banget. Cuma ya gitu, bokap kurang paham aja kalau ga semua anak geng itu buruk"
"Ohhh, tapi untungnya disini lo ketemu temen kaya gue ya? Udah baik, lucu, humoris hati hellokity lagi"
"Huekkkkkk, kresek mana kresek? Pengen muntah gue anjing"
"Anjing lo emang" kesal Satria yang sukses membuat Diaz tertawa renyah. Tawa yang sangat jarang ia tunjukkan kepada siapapun.
"Kantin yuk, laper gue"
"Bolehh dehh, sekalian lo juga harus minum obat. Obatnya lo bawa kan?" Tanya Satria, sedangkan Diaz hanya mengangguk sebagai jawaban.
Sedangkan disisi lain, kini sosok Danial tengah berada di roftop sekolah bersama Davin, adiknya. Keduanya tampak tenang dalam pikiran masing - masing, bahkan tak ada satupun dari mereka yang berniat membuka suara terlebih dahulu.
"Udahlah, mau sampai kapan lo berdua diem - dieman kaya gini? Kalau ada masalah tu di selesaiin baik - baik, bukan malah diem dan ngikutin ego masing - masing" ujar Aiden yang memang sedari tadi berada disana untuk menenangkan emosi Danial.
"Gue emang gatau titik permasalahannya dimana. Tapi dari yang gue tangkep, lo gasuka kalau abang lo deket sama Diaz?" Kali ini pertanyaan Aiden terfokus kepada Davin.
Davin memutar bola matanya malas, "Gue cuma gasuka abang gue temenan sama musuh gue sendiri"
Aiden menghela nafas pelan, "Vinn, bukannya gue mau ikut campur. Tapi disini gue sebagai sahabat dari abang lo, dan juga kakak kelas lo. Tindakan lo barusan udah salah banget. Ga seharusnya lo asal main pukul anak orang kaya gitu. Apalagi dengan alasan lo yang bisa gue bilang ga masuk akal itu"
"Ga masuk akal darimananya?" Teriak Davin kesal
"Davinn, jaga nada bicara lo sama orang yang lebih tua" Tegur Danial yang sukses membuat Davin kembali membuang muka.
"Sekali gue bilang gasuka ya gasuka. Apa susahnya sih bagi lo buat nurutin mau gue? Jauhin Diaz, ga usah deket - deket dia lagi. Susah banget kayanya"
"Gimana gue bisa jauhin dia? Gue sama dia satu tim basket, gue juga punya hutang budi sama dia, dia orang baik dan gue gapunya alasan yang klise buat jauhin dia Davinn"
"Jadi lo lebih mentingin perasaan dia daripada perasaan adik lo sendiri hah? Sepenting itu Diaz dimata lo daripada gue yang jelas - jelas adik lo sendiri?"
"Tapi Diaz adik kandung gue, Davun. Gue gabisa jauhin adik kandung gue sendiri"
"Gue tanya Danial, kenapa lo diemmm? Sesusah itu lo nurutin kemauan adik lo? Cukup jauhin Diaz doang"
"Sorry tapi gue gabisa Vin"
"Kenapa?"
"Karena dia orang baik, gue hutang budi sama dia. Dan gue juga satu tim basket sama dia. Gue udah jelasin berkali - kali tapi kenapa lo ga bisa ngerti Davin"
"Keluarin aja dia dari tim basket lo"
"Lo pikir nyari pengganti segampang itu? Bentar lagi kita bakal ada tanding basket antar sekolah di Jakarta, lo pikir segampang itu?"
"Gue bisa kok gantiin dia. Lagian dari awal kenapa lo lebih milih anak baru itu buat gabung tim basket lo daripada gue"
"Nyari anggota juga ga segampang yang lo pikirin Davin, perlu persetujuan semua tim dan orang yang dipilih pun harus memenuhi kualifikasi" kali ini Aiden kembali angkat bicara.
"Menurut lo gue ga menenuhi kualifikasi?"
"Davinnn udahhh! Stop nyari masalah bisa?"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
00.00
Teen Fiction00.00 Orang lain bisa menyebutnya sebagai awal, tapi tak sedikit pula yang menyebutnya sebagai akhir. Diaz, laki - laki humoris yang tidak sengaja bertemu dengan laki - laki sedingin Danial. Mereka tidak ada hubungan apapun dan mereka bahkan tidak...