6. Diaz dan Ayah

1.4K 157 16
                                    

Waktu berjalan begitu cepat, sedangkan kini sosok Diaz terlihat berdiri di depan cermin seraya membenahi tatanan rambutnya. "Kalau di liat - liat gue ganteng juga ya?"

"Gimana ga ganteng, kan buatnya pake mantraa" ujar Reksa yang entah sejak kapan suda berada di kamar Diaz seraya menyenderkan tubuhnya di tembok.

"Ayah bisa ga sih gausah ngagetin pagi - pagi? Kalau Diaz serangan jantung gimana? Emang ayah mau gitu kehilangan satu - satunya anak ayah yang paling ganteng ini?"

"Tinggal buat aja lagi, ngapain kaya orang susah?"

"Dih kek berasa punya partner aja"

"Ngatain ayah gapunya partner, emang kamu punya?" Tanya Reksa seraya berkecak pinggang.

"Wahh ayah belum tau aja, Owaa jelasin ke ayahhh" ujar Diaz tepat setelah melihat anjing kesayangannya lewat di depan pintu.

Gukkk gukkk gukkkk

"Tuhh, Snowa aja tauuu"

"Emang Snowa bilang apa?"

"Owaa tadi bilang apa?"

Gukkk gukkkk

"Tuhh, masa iya ayah ga denger sih?"

"Ga gitu juga konsepnya Diazzz. Kalau dia gonggong mah ayah juga denger. Maksud ayah itu, artinyaaaaa— paham ga sih beleguug?"

"Yaaaa kalau ayah nanyain artinya ya aku juga mana ngerti? Kan aku bukan anjing"

"Ya kalau kamu ga ngerti ngapain kamu ngomong sama anjing?"

"Asal ayah tau yaa, curhat sama anjing itu kek the power of ngilangin stres. Ya meskipun yang ngeliat kita justru dikiranya stres beneran gara - gara keseringan ngomong sama anjing. Tapi tetep aja gitu, lebih nyambung cerita sama anjing daripada manusia. Ya kan owa?" Ujar Diaz lengkap dengan kekehan pelannya.

Mengabaikan jika saat ini sosok Reksa hanya bisa menggelengkan kepalanya heran. Sebab, semakin hari ada saja kelakuan aneh Diaz yang sukses membuatnya mengelus dada. "Udahh nyeroscosnya?"

"Bel—"

"Ah udahh, daripada kamu nyeroscos gajelas kaya gitu mending sekarang kamu turun, sarapan habis itu langsung berangkat sekolah" ujar Reksa seraya menarik asal dasi Diaz yang sukses membuat sosok tersebut terseret dengan tidak elitnya.

"Ga usah di seret juga ayahhhh"

Kini keduanya telah tiba di meja makan dengan wajah Diaz yang masih tertekuk dengan lucunya. Bukan apa - apa, hanya saja dia masih dalam mode kesal dengan ayahnya.

"Yakin masih mau ngambek sama ayah?" Tanya Reksa seraya mengoles roti di tangannya menggunakan selai coklat. Rasa kesukaan Diaz.

"Menurut ayah?"

"Ayah transfer satu juta deh, tapi jangan ngambek"

"Ayah kira Diaz bisa disogok semudah itu? Engga ya!"

"Baru juga di tarik doang, biasanya ayah pukul juga kamu gamarah"

"Ya suka - suka akuu dong"

"Ayah transfer dua juta deh, gimana?"

"Engga"

"Tiga juta?"

"Lima juta langsung ke rekening aku" potong Diaz cepat yang sukses membuat Reksa terkekeh kecil.

"Habis di transfer dimaafin kan?"

"Bisa di bicarakan"

Reksa kembali tersenyum sebelum akhirnya memilih untuk mengambil handphonenya. "Lima juta udah masuk di rekening kamu" ujar Reksa tepat setelah sosoknya selesai mengotak - atik ponselnya.

Diaz tersenyum jahil, "Ayah ih, ga asikk. Padahal Diaz kan niatnya becanda, tapi malah di transfer beneran"

"Gapapa, seenggaknya sekarang kamu kan udah ga marah lagi sama ayah"

"Ishhh, padahal Diaz kan masih pengen di bujuk - bujuk gitu sama ayah"

"Adegan bujuk membujuknya lanjut nanti malam aja ya, sekarang kamu sarapan dulu habis itu langsung berangkat. Jangan sampai kesiangan" ujar Reksa seraya menyerahkan sepotong roti dengan selai coklat kearah putranya.

"Siap laksanakan komandan"

Kini keduanya terlihat menikmati sarapan pagi mereka lengkap dengan candaan satu sama lain. "Yaudah kalau gitu Diaz berangkat sekarang ya, yah?"

"Yaudah, hati - hati dijalan ya. Jangan ngebut - ngebut

"Iyaa ayah bawel"

"Dibilanginnn"

Diaz terkekeh sebelum akhirnya membawa langkahnya pergi dari sana, meninggalkan Reksa yang saat ini hanya bisa tertawa kecil melihat kelakuan aneh putranya.

"Untung anak gue, coba kalau kaga. Udah gue transfer ke planet pluto dah luu" ujar Reksa lengkap dengan kekehan kecilnya.

Sedangkan disisi lain kini sosok Diaz terlihat sedang memanaskan motor kesayangannya sebelum akhirnya benar - benar berangkat ke sekolah.

Diaz mengendarai motornya dengan kecepatan sedang, mengingat jika waktu masih menunjukkan pukul enam lewat lima belas menit. Jarak sekolah dengan rumahnya pun tidak begitu jauh, jadi untuk saat ini Diaz ingin bersantai ria seraya menikmati pemandangan pagi hari yang masih bisa dibilang cukup sepi dibanding biasanya.

Tinnnnnnnnnnn

"Woyyy Diazz"

Diaz terlihat mengernyit bingung sebelum akhirnya ikut berteriak seraya mengangkat tangannya keudara untuk membalas sapaan orang tersebut.

"Mentang - mentang sekolah baru, temen lama malah dilupain" ujar sosok tersebut seraya memepetkan motornya kearah Diaz.

Diaz membuka helm fullface nya seraya terkekeh pelan, "Emang harus banget gitu gue inget sama lu?"

"Wahhh parah sih, Kalau seneng aja lo sama mereka, giliran sedih awas aja lari ke kita" sosok satunya terlihat menimpali.

Diaz tertawa kecil, "Pulang sekolah tempat biasa, gue tunggu"

Kris dan juga Laskar terlihat terkekeh pelan sebelum akhirnya mengancungkan jempolnya sebagai jawaban. Ya kedua sosok tersebut adalah sahabat baik Diaz sewaktu bersekolah di SMA Rajawali, dan sekarang— meskipun sudah beda sekolah, hubungan antara ketiganya bahkan bisa dibilang masih cukup baik. Tidak ada perubahan sedikitpun.

"Tempat biasa ya?"

"Iya tempat biasa"

"Okay kalau gitu kita duluan ya, see u"

"Hati - hati, Dii"

"Iya, lo juga" balas Diaz sebelum akhirnya mereka benar - benar terpisah, mengingat jika mereka memang sudah tidak searah lagi.

TBC

-Reksa Brathadikara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Reksa Brathadikara

barang kali ada yang minat sama sugar daddy kita :)

00.00Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang