"Yahh, ayah tau ga?"
"Apalagi? Udah ya, Dii. Ayah udah capek kamu kerjain mulu dari tadi" ujar Reksa yang sukses membuat Diaz terkekeh pelan.
"Engga - engga, kali ini Diaz serius yah"
"Hm?"
"Serius ayahhh"
"Yaudah apa?"
"Disekolah Diaz punya temen, ehh bukan temen sih"
"Kok bukan temen?"
"Ya gimana mau jadi temen kalau dianya aja gamau temenan sama Diaz, yah"
"Kenapa gitu? Kamu ada buat salah sama dia?" Tanya Reksa yang langsung dijawab gelengan pelan oleh Diaz.
"Diaz bahkan baru kenal sama dia, Yah. Tapi kayaknya dia benci banget sama, Diaz"
"Ayah jadi penasaran, emang siapa orangnya Dii?"
"Danial, namanya Danial"
"Siapa? Dan-Danial?"
"Iya, ayah kenal?" Tanya Diaz yang langsung dijawab gelengan cepat oleh Reksa.
"Setelah kamu tau dia gamau temenan sama kamu, apa kamu masih mau temenan sama dia?"
"Semasih niat aku baik sih aku gapapa, yah. Lagipula menurut aku, Danial orang yang baik. Cuma mungkin sikapnya emang agak dingin sama anak baru, apalagi anak barunya kaya aku" ujar Diaz yang sukses membuat Reksa tersenyum tipis.
"Jangan dilanjutin kalau hal itu justru ngebuat kamu terluka, oke? Kalau dia emang gamau berteman, ga usah di paksa. Jangan buat orang lain risih"
"Aku gapapa sih kalau misalnya dia gamau temenan sama aku. Tapi aneh aja gitu ngeliat dia bisa welcome sama orang lain tapi engga ke aku
"Dii, dengerin ayah. Ga setiap orang bisa ngertiin apa yang kamu rasain, dan ga setiap orang mau membuka dirinya untuk orang lain. Jadi, mau atau engganya— biarin itu jadi urusannya dia. Dan untuk kamu, ayah ga masalah kamu mau berteman sama siapa aja. Tapi kalau boleh, bertemanlah dengan orang yang bisa menghargai keberadaan kamu" ujar Reksa seraya mengusak lembut rambut putranya.
"Ayah tau ga?"
"Hm?"
"Bagi aku, ayah adalah temen terbaik yang aku punya saat ini" ujar Diaz yang sukses membuat Reksa mengulum senyum tipisnya.
"Dan kamu adalah satu - satunya jagoan yang ayah punya" balas Reksa, sedangkan Diaz hanya bisa tertawa kecil menanggapinya.
"Udah, sekarang mending kamu mandi dulu. Biar ayah siapin makanan buat kamu" ujar Reksa yang langsung dijawab anggukan cepat oleh Diaz.
"Yaudah, kalau gitu Diaz ke kamar dulu ya" ujar Diaz sebelum akhirnya membawa langkahnya menuju kamar pribadinya.
Sedangkan disisi lain, kini sosok Danial terlihat sedang berada diruang tamu. Menikmati adegan televisi di hadapannya dengan begitu santai.
"Tadi gue liat anak baru itu nyamperin lo" ujar Davin yang entah sejak kapan sudah berada di sampingnya, lengkap dengan cemilan di tangan kanannya.
Danial mengalihkan atensinya sebelum akhirnya mengedikkan bahunya, "Ohh"
"Ngapain?"
"Gatau, ga jelas"
"Gue gasuka ya kalau lo deket - deket sama dia" ujar Davin yang sukses membuat Danial kembali mengalihkan atensinya kearah sang adik.
"Lo pikir gue mau?"
"Tapi gue ga ngeliat keseriusan dimata lo, Dan"
"Udahlah, Dav. Ga usah ngebahas hal yang sekiranya bisa ngerusak mood lo" ujar Danial seraya menarik tangan adiknya untuk duduk di sampingnya.
"Gue ga suka kalau apa yang awalnya udah jadi milik gue, harus kebagi sama orang lain"
"Gausah overthingking dulu bisa?"
"Tap—"
"Lo udah makan? Temenin keluar yuk" ajak Danial seraya mengalihkan topik pembicaraan.
Sedangkan Davin? Mau tak mau sosok tersebut hanya bisa mengiyakan ajakan sang kakak. Karena percaya atau tidak, perutnya bahkan sudah keroncongan saat ini.
"Gue ambil jaket dulu"
"Gue tunggu di mobil" ujar Danial sebelum akhirnya membawa langkahnya menuju garasi.
Tidak butuh waktu lama, sosok Davin terlihat menghampiri mobil Danial lengkap dengan jaket yang ia bawa. "Mau makan dimana?"
"Sore - sore gini gue jadi pengen makan nasi goreng" ujar Danial yang sukses membuat Davin tampak berpikir sejenak.
"Yaudah, kita makan nasi goreng"
"Lo tau nasi goreng yang enak dimana?"
"Jangan panggil gue Davin kalau gue gatau tempat makan yang enak" sombong Davin yang sukses membuat Danial memutar bola matanya malas.
"Whatever" ujar Danial sebelum akhirnya melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Suasana mobil cukup hening, tidak ada yang ingin membuka pembicaraan terlebih dahulu mengingat Danial yang lebih suka ketenangan serta Davin yang gengsian tingkat tinggi untuk memulai topik pembicaraan.
Tapi semuanya tidak berlangsung lama, tidak— lebih tepatnya setelah ponsel Danial berdering begitu nyaring. Tanda ada panggilan masuk, dan entah dari siapa— Danial belum melihatnya.
"Siapa?"
"Aiden" balas Danial seraya meminggirkan mobilnya. "Gue angkat telfon dulu ya" ujar Danial yang langsung dijawab anggukan oleh Davin.
Untuk sosok yang satu ini, Davin bahkan tidak masalah sedikitpun jika sosok tersebut terlihat dekat dengan kakaknya. Mengingat jika bukan karena sosok tersebut, Davin mungkin tidak akan mengenal Danial.
"Iya kenapa, Den?"
"......"
"Lagi di luar sih, mau nyari makan. Kenapa?"
"......."
"Jadi lo nelfon gue cuma mau ngebahas hal itu lagi?"
"......."
"Den please deh, harus berapa kali gue bilang sama lo? Kalau sekalinya engga ya engga"
"......."
"Udahlah, terserah lo aja"
"......"
"Whatever"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
00.00
Teen Fiction00.00 Orang lain bisa menyebutnya sebagai awal, tapi tak sedikit pula yang menyebutnya sebagai akhir. Diaz, laki - laki humoris yang tidak sengaja bertemu dengan laki - laki sedingin Danial. Mereka tidak ada hubungan apapun dan mereka bahkan tidak...