"Anakkk mama lagi mikirin apa? Tumben diem aja dikamar, yang lain pada nungguin lo dibawah"
"Hmmm?"
Sinta tersenyum kecil, "Karena Davin? Kalian masih berantem ya?"
"Mama tauuu?" Tanya Danial yang langsung dijawab anggukan kecil oleh Sinta.
"Mau kaya gimanapun masalahnya, inget kalian itu saudara. Meskipun bukan saudara kandung, tetep aja gaboleh berantem apalagi diem - dieman kaya sekarang" ujar Sinta seraya mengusap pelan surai putranya.
"Tapi Davin udah kelewatan ma"
"Emang masalahnya apa? Coba sini cerita sama mama, siapa tau mama bisa bantuu kan?"
"Hmmm"
"Kenapaa? Kamu gamau cerita sama mamaa?"
"Aku bingung maa"
"Bingung kenapa? Gabiasanya loh kamu ragu kaya gini buat cerita sama mama" ujar Sinta yang sukses membuat Danial menundukkan kepalanya.
"Hmmm, aku tau kalau ucapan aku ini bakal lancang. Tapi apa mama bakal tetep jawab seandainya kalau aku cerita?"
"Mama usahakann"
"Kenapa mama dulu tinggalin papa?" Ujar Danial yang sukses membuat Sinta tertegun bukan main.
"Ma- maaf ma. Danial cuma pengen tau aja. Gapapa kok kalau seandainya mama gamau jawab"
Sinta tersenyum tipis, "Kenapa tiba - tiba nanya itu?"
"Boleh jawab pertanyaan Danial dulu ga ma?"
Sinta menundukkan kepalanya sebelum akhirnya mengangguk pelan sebagai jawaban. "Apapun jawaban mama nanti, apa kamu bisa janji gabakal ngasih tau siapapun soal ini? Dan apa kamu janji gabakal ngebenci papa sambung kamu yang sekarang?"
"Ngebenciii?"
"Dulu ekonomi keluarga kita lagi down banget. Papa kamu habis kena tipu rekan kerjanya dan hampir aja di penjara. Waktu itu kalian masih kecil, mama bingung harus kaya gimana lagi buat pertahanin keluarga kecil kita. Papa sama mama udah coba pinjem uang kemana - mana tapi hasilnya nihil. Uang segitu dulu ga mudah buat kita dapetin dalam kurun waktu tujuh hari. Apalagi dulu adik kamu sering sakit dan wajib kontrol kerumah sakit setiap minggunya" ujar Sinta seraya menundukkan kepalanya, air matanya bahkan kembali jatuh tanpa bisa ia cegah sebelumnya.
"Jangan dilanjut kalau mama ga sanggup. Aku gasuka liat mama sedih"
"Gapapa sayang" balas Sinta lengkap dengan senyum tipisnya
"Dan waktu itu hanya ada satu orang yang bersedia membantu mama tanpa sepengetahuan papa kamu"
"Papa Tama?" Tanya Danial yang langsung dijawab anggukan oleh Sinta
"Dulu Papa Tama mantan mama waktu SMA, kami putus karena Papa Tama selingkuh waktu itu. Sampai akhirnya mama ketemu sama Papa kandung kamu sampai akhirnya kita berdua memutuskan untuk menikah dan lahirlah kalian, putra kembar kesayangan mama dan papa. Dulu kita berempat hidup bahagia sampai akhirnya masalah itu tiba"
"Mama tega ninggalin papa sama Diaz karena Papa Tama?"
Sinta menggeleng pelan "Mama tau kamu mungkin bakal kecewa setelah tau kebenarannya, tapi waktu itu mama juga ga ada pilihan lain selain menikah dengan Papa Tama. Selain permintaan dari Tama waktu, mama juga gamau liat suami mama penjara atas kesalahan orang lain. Mama terpaksa"
Danial meneteskan air matanya. Ternyata ini alasan keluarganya terpecah belah. Danial bingung, haruskan ia berterimakasih atau membenci Tama saat ini. Disisi lain dia sudah membantu papanya, tapi disisi lain dia justru mengambil mama dari papa. Haruskah dunia sekejam ini?
"Waktu itu kenapa mama gabawa Diaz juga? Kenapa mama tinggalin Diaz? Bukannya mama tau Diaz waktu itu lagi sakit?"
"Tama gamau ngerawat Diaz. Yang dia mau cuma kamu. Dia ingin kamu bisa menjadi kakak bagi Davin. Apalagi dengan posisi Diaz yang waktu itu masih sakit. Diaz hanya akan menjadi beban bagi papa Tama"
"Maaaa? Kenapa mama tega bilang gituu? Apa mama ga mikirin gimana perasaan mereka sekarang?"
"Daniall, mama begini juga demi mereka. Mama cuma gamau papa kamu sampai penjara"
"Masih banyak cara ma. Mama ga harus ninggalin papa dan nikah dengan orang lain cuma gara - gara hutang. Dan keluarga kita gabakal hancur kaya sekarang maaa"
"Maafin mama sayang. Mama tau mama salah. Tapi disisi lain mama juga gatau harus apa. Setelah kejadian itu mama udah berusaha nyari kabar tentang mereka, tapi nihil"
Danial terkekeh pelan, "Aku udah ketemu sama mereka ma" ujar Danial yang sukses membuat Sinta kaget bukan main.
"Tapi sayang, papa malah ngebenci aku dan ga ngebiarin aku buat deket sama Diaz. Diaz juga udah lupain aku sebagai kakaknya. Dan lupain mama sebagai ibunya"
"Kamu ga lagi bohongin mama kan?"
Danial menggeleng, "aku nanya ini ke mama cuma pengen tau alasan kenapa papa bisa sebenci ini sama aku. Dan sekarang aku udah tau jawabannya" ujar Danial seraya tertawa remeh.
"Aku emang pantes buat dibencii ma"
"Danial? Dimana Diaz? Dimana papa kamu? Mama pengen ketemuuuu"
"Aku ragu, apa mereka bakal mau ketemu mama atau engga. Setelah tau penolakan papa dengan kehadiran aku, aku juga ragu kalau papa bakal nerima kehadiran mama" ujar Danial yang sukses membuat tangis Sinta semakin menjadi.
Sedangkan disisi lain, kini seseorang tengah berdiri dibalik pintu sambil mendengarkan percakapan kedua sosok dihadapannya itu.
"Jadi Danial udah ketemu sama anak itu? Reksa bodohh, liat aja nanti. Gue gabakal tinggal diem" ujar seseorang seraya mengepalkan kedua tangannya erat - erat.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
00.00
Teen Fiction00.00 Orang lain bisa menyebutnya sebagai awal, tapi tak sedikit pula yang menyebutnya sebagai akhir. Diaz, laki - laki humoris yang tidak sengaja bertemu dengan laki - laki sedingin Danial. Mereka tidak ada hubungan apapun dan mereka bahkan tidak...