41. Asal Bukan Dia

594 73 4
                                    

Bughhhhhh

Satu pukulan sukses mendarat dengan sempurna di wajah Diaz. Diaz meringis seraya menatap sosok yang baru saja memukulnya. "Maksud lo apa mukul gue?" Tanyanya sambil mengusap sudut bibirnya yang berdarah.

"Lo nanya maksud gue?" Tanya sosok dihadapannya ini sambil tertawa remeh.

"Sorry, tapi gue rasa gue emang gapernah punya masalah sama lo. Dan seharusnya lo juga ga ada alasan buat mukul gue kaya gini Davinn!" Bentak Diaz yang sukses membuat dirinya kini menjadi pusat perhatian disekolahnya.

Ya, pelakunya tidak lain adalah Davin. Si troublemaker SMA Garuda. Sosok yang kerap kali mencari gara - gara dengan semua orang. Jadi tidak heran jika perawakannya terlihat sedikit ugal - ugalan dan emosional.

"Kalau lo lupa, semenjak lo mulai ikut campur dalam urusan keluarga gue. Secara ga langsung lo udah ngibarin bendera perang sama gue"

"Ikut campur? Sama keluarga lo? Sorry maksud lo Danial?" Tanya Diaz dengan kernyitan di alisnya.

"Ga usah sok polos bangsat!" Kesal Davin seraya memukul Diaz untuk yang kedua kalinya. Diaz kembali meringis, sepertinya sosok dihadapannya ini sedikit tempramental.

"Gue udah tau niat busuk lo anj*ng. Lo mau ngerusak hubungan gue sama Danial kan? Belum puas lo hasut Danial buat ngejauh dari gue?" Teriak Davin sarat akan emosinya. Sedangkan Diaz? Sosok yang dari awal memang tidak mengerti akar dari permasalahan ini hanya bisa mengernyitkan alisnya bingung.

Menghasut? Sejauh ini dirinya bahkan tidak pernah punya niat untuk menghasut Danial. Lagipula apa untungnya bagi Diaz?

"Sorry, tapi kayanya lo salah paham sama gue. Gue sama sekali gapernah punya niatan buat rebut apalagi has—"

Bughhhhhh

Untuk yang ketigakalinya Diaz dibuat meringis oleh pukulan Davin, kali ini bahkan Diaz mulai merasakan pening di kepalanya. Kondisinya belum sepenuhnya pulih, bukannya mendapat sambutan di hari pertamanya sekolah dirinya justru mendapat pukulan bertubi - tubi dari Davin.

"Kenapa? Sakitttt? Atau mau cari muka lo?" Ujar Davin lagi seraya menarik kasar kerah baju Diaz.

"Davin please. Gue lagi ga pengen berantem sama lo. Tujuan gue disini buat sekolah, bukannya nyari masalah dengan alasan ga jelas kaya gini"

Davin tertawa, mengabaikan jika kini dirinya sukses menjadi pusat perhatian di sekolahnya. Meskipun tindakannya salah, tapi tidak ada yang berani menghentikan aksinya. Mengingat bagaimana kasar dan bringasnya sosok Davin, sangat jauh berbeda dengan sang kakak, Danial.

"Gausah sok baik, gue tau lo orangnya munafik. Pura - pura baik biar banyak yang kasian sama lo kan? Tapi gapapa sih, orang penyakitan kaya lo emang pantes buat di kasianinn" ujar Davin lengkap dengan tawa puasnya. Mengabaikan jika perkataannya sukses membuat Diaz tertawa miris.

"DAVINNNN!" Teriak seseorang yang sukses membuat kedua sosok yang kini tengah menjadi pusat perhatian itu beralih menatap kearahnya.

"Dania?" Gumam Davin sebelum akhirnya memilih melepaskan cengkraman tangannya pada kerah baju Diaz.

"Lo udah gila? Atau akal sehat lo udah hilang hah?" Bentak Danial sarat akan emosi. Jika boleh jujur ini adalah kali pertama Danial berani membentaknya di depan umum dan semua ini karena Diaz.

"Lo mau jadi pahlawan kesiangan buat orang ini lagi?"

"Gausah ngalihin topik. Lo pikir apa yang lo lakuin tadi udah bener? Lo pikir lo di sekolahin mahal mahal cuma buat jadi preman sekolah? Engga Davin"

Davin terkekeh sinis, "Liat aja, cuma gara - gara orang ini lo tega bentak gue di depan umum kaya gini Dan"

"Pinter juga ya lo ngehasut abang gue" lanjut Davin seraya menatap Diaz sarat akan kebencian.

"Gue bukannya mau belain Diaz atau siapapun itu. Tapi disini posisinya lo emang salah Davin. Ga seharusnya lo mukul orang tanpa alasan yang jelas. Ga seharusnya lo bawa urusan pribadi kita ke sekolah. Dan soal Diaz? Dia sama sekali ga ada sangkut pautnya sama gue. Harus gue jelasin kaya gimana lagi biar lo paham?"

"Ga ada sangkut pautnya? Coba lo inget inget deh. Semenjak lo keluar dari hutan sama dia lo udah berubah Dan. Yang ada dipikiran lo cuma dia, padahal yang adik lo itu gue bukan dia!"

"Sorry tapi kayanya disini lo emang lagi salah paham aja sama gue. Kalau lo ngerasa gue ngerebut abang lo dari lo, lo salah besar. Gue sama sekali ga punya niat kaya gitu. Gue sama Danial cuma temen satu tim aja. Ga lebih, seharusnya lo gaperlu secemburu itu sama gue"

"Gausah banyak omong lo bangsat" kesal Davin seraya mendorong kasar tubuh Diaz hingga terjatuh.

"Davinnnn lo apa - apaan sihh!" Teriak Danial murka, karena mau bagaimanapun Diaz adalah adiknya, meskipun tidak ada satu orangpun yang tau. Dan Diaz juga baru sembuh jadi tidak seharusnya Davin bersikap seketerlaluan ini.

"Lo gapapa Di?"

"Gue gapapa, mending lo urus dulu adik lo. Gue takutnya dia makin salah paham"

"Tapi muka lo pucet"

"Gue gapapa" ujar Diaz meyakinkan.

"Sepeduli itu lo sama dia? Lucu sih"

"Cemburu lo ga jelas Vin. Ga seharusnya lo ngekang gue harus berteman sama siapa aja. Gue punya hak, dan seharusnya lo gaperlu ikut campur masalah pertemanan gue. Gue tau mana baik mana buruk buat gue jadiin temen"

"Gue ga masalah, asal orangnya bukan dia!" Ujar Davin sambil menunjuk kearah Diaz.

TBC

00.00Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang