"Hey, kenapa bengong? Ada yang sakitt?" Tanya Reksa seraya mengusap lembut surai putranya.
"Dimananya yang sakit? Bilang sama ayah, biar ayah panggilin dokter ya" ujar Reksa sekali lagi, berharap putranya akan menjawab salah satu dari pertanyaannya.
Diaz masih terlihat tenang dalam diamnya, lidahnya terlalu kelu untuk mengucapkan sebuah kalimat, namun matanya tidak bisa bohong. Ada banyak cerita yang ingin sosok tersebut ungkapkan.
"A-ay-aa" lirih Diaz sebelum akhirnya memilih untuk menyerah. Lidahnya kelu, tenggorokannya sakit. Dan untuk saat ini Diaz hanya bisa menjatuhkan air matanya.
"Gapapa sayang gapapa, jangan di paksa ya?" Seolah mengerti Reksa langsung menenangkan putra kesayangannya.
"Ma-ma-maaf" lirihnya sekali lagi, air matanya bahkan sudah membasahi wajah pucatnya.
"Buat apa minta maaf? Anak ayah kan ga ada salah"
Diaz menggeleng pelan, ia merasa apa yang terjadi saat ini adalah salahnya. Lagi lagi dirinya membuat Reksa bersedih.
"Diaz udah ingkar janji" ujarnya dengan susah payah. Tangannya kini bahkan terangkat untuk mengusap lembut wajah ayahnya. Diaz pastikan jika akhir - akhir ini tidur ayahnya sangat tidak teratur. Diaz tidak bodoh, dengan melihat lingkaran hitam dimata ayahnya serta wajah tersebut yang semakin hari terlihat semakin sayu sudah cukup membuktikan semua dugaannya.
"Jangan berpikiran macem - macem, ayah gapapa kok. Ayah selalu tidur tepat waktu, ayah juga udah makan tiga hari sekali. Kadang - kadang nambah juga kalau lagi laper gara - gara jagain kamu" seolah mengerti dengan isi pikiran Diaz, Reksa langsung mengeluarkan jurus andalannya. Tapi sayang, jurusnya tidak mempan untuk saat ini. Tingkat kepekaan Diaz terhadapnya terlalu tinggi. Apalagi penampilannya saat ini juga bisa dibilang masih sangat kacau.
"Ayah udah tua, boongnya di kurangin. Nanti jatah kuburan ayah dikurangin malaikat"
"Wushhh, kamu doain ayah matii muda?" Gerutu Reksa seraya mempoutkan bibirnya kesal. Andai saja yang berbicara seperti itu bukan Diaz, mungkin sudah dipastikan jika orang itu sudah habis di tangan Reksa.
"Makannya, jaga kesehatan. Ayah galiat muka ayah udah kaya penghuni kamar mayat? Mata item, wajah kusut, ini juga pipinya kenapa kurus kering ga ada isi kaya gini?" Sepertinya Diaz lupa jika dirinya baru saja sadar dari koma, karena bisa - bisanya sosok itu mengomentari penampilan sang ayah.
"Julid aja terus, tadi aja nangis waktu suaranya gamau keluar"
"Ayahhhhhhhhhhh" kesal Diaz yang sukses membuat tawa Reksa pecah. Begitupun sebaliknya.
"Jangan sakit lagi ya? Kamu gatau aja gimana takutnya ayah waktu kamu dinyatakan koma sama dokter"
"Maafin Diaz yah"
"Gapapa, asal jangan diulangin lagi. Bukannya ayah pengen membatasi kegiatan kamu. Tapi kamu juga harus inget, tubuh kamu udah ga sekuat dulu lagi. Jangan bikin ayah takut, disini ayah cuma punya kamu. Ayah bahkan gabisa bayangin kalau kamu ga bangun hari ini, Dii" lirih Reksa yang sukses membuat Diaz tersenyum lirih.
Semua perkataan Reksa benar. Seharusnya sekarang ia lebih memperhatikan kesehatannya. Jika bukan untuk dirinya sendiri, setidaknya Diaz harus bertahan demi Reksa. Karena dirinya juga tidak bisa membayangkan bagaimana hancurnya Reksa jika dirinya benar - benar tidak bangun hari ini.
"Diaz ga bakal kemana - mana. Diaz bakal selalu ada buat ayah. Diaz janji Diaz bakal jaga kesehatan Diaz buat ayah. Diaz sayang ayah"
"Ayah jauh lebih sayang kamu, Dii" ujar Reksa seraya mengusap lembut surai putranya.
"Oh iya Yah, Diaz mau nanya"
"Nanya apa hm?"
"Waktu Diaz pingsan, gimana keadaan temen Diaz yah? Dia gapapa kan?"
"Temen?"
"Danial, waktu itu Diaz kesasar sama Danial dihutan. Selama di hutan juga dia selalu jagain Diaz. Ya meskipun awalnya kita sering banget berantem, tapi setelah kenal lebih jauh. Ternyata dia gaseburuk yang Diaz kira"
"Dia gapapa" jawab Reksa cepat dan tak berminat. Hal tersebut sukses membuat Diaz menghela nafasnya pelan.
"Ayah masih gasuka Danial gara - gara dulu dia sering gangguin aku?"
"Jangan bahas itu dulu ya?"
"Kenapa yah?"
"Kamu baru sadar. Bukannya nanyain soal ayah, kamu malah bahas - bahas orang lain"
"Jadi ceritanya ayah lagi cemburuu?"
"Gak"
"Gengsi kok di pelihara"
"Gausah kepedean kamu" ujar Reksa yang sukses membuat Diaz tertawa geli. Keduanya bahkan tak segan melempar candaan satu sama lain. Mengabaikan jika saat ini, sosok Danial tengah mengamati keduanya dalam diam. Ada perasaan iri ketika melihat tawa keduanya terpancar begitu saja. Andai saja waktu dapat diputar kembali, ingin rasanya Danial berada ditengah - tengah ayah dan adiknya.
"Bodohnya gue, gue sempet jahatin adik gue sendiri Sat" ujar Danial seraya mengalihkan atensinya kearah Satria.
Satria tertawa pelan, "Penyesalan emang selalu dateng di akhir"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
00.00
Teen Fiction00.00 Orang lain bisa menyebutnya sebagai awal, tapi tak sedikit pula yang menyebutnya sebagai akhir. Diaz, laki - laki humoris yang tidak sengaja bertemu dengan laki - laki sedingin Danial. Mereka tidak ada hubungan apapun dan mereka bahkan tidak...