20. Sebuah Peringatan

1.2K 145 9
                                    

Diaz meringis pelan, tepat setelah dirinya tersungkur ke haspal. Sikunya terluka, pantas saja ia merasakan perih disana. Diaz memejamkan matanya sejenak sebelum akhirnya menghela nafas pelan, lagi dan lagi dirinya harus terlibat perkelahian semacam ini.

Ia pikir setelah pindah dari sekolah lamanya ia akan bisa hidup dengan tenang, tapi sayang— semua ekspetsinya justru berbanding terbalik.

Selain dipertemukan dengan sosok Danial yang sangat menyebalkan, kini dirinya juga harus berurusan dengan Alden dan kawan - kawannya.

Sebenarnya Diaz bisa saja abai dan pergi meninggalkan perkelahian antara Danial dan juga Alden. Tapi tidak, sebelum ia berhasil membalaskan dendam luk disikunya ia tidak akan pergi. Bisa dibilang Diaz merupakan typikal orang yang pendendam. Jika mata harus di bayar dengan mata, nyawa dengan nyawa maka luka disikunyapun harus mendapat keadilan.

Enak saja sudah melukai tangan mulus miliknya, habis itu kabur— ohohoo tidak semudah itu ferguzo.

"Lo gapapa?" Tanya Danial seraya mengulurkan tangannya kearah Diaz. Tatapan keduanya sempat bertemu sebelum akhirnya Diaz memutusnya lebih dulu.

"Gue bisa sendiri" balasnya tanpa membalas uluran tangan Danial. Danial menarik tangannya kembali seraya mengedikkan bahunya abai.

Bughhhhh

Satu pukulan dari Diaz sukses mendarat di wajah Niko, membuat seluruh pasang mata beralih menatap Diaz yang tengah memelintir lawannya tersebut.

"Lepasin tangan gue b*ngsat"

"Kalau gue mau, gue bisa aja patahin tangan lo sebagai ganti gara - gara lo udah buat siku gue luka" ujar Diaz seraya mempererat cengkramannya pada Niko. Tidak peduli jika tindakannya saat ini sukses menjadi pusat perhatian Alden dan juga Danial.

"— tapi engga. Kasian kalau dipatahin, soalnya gabakal ada hewan yang mau donorin tangannya buat manusia babi kaya lo" ujar Diaz sebelum akhirnya mendorong kasar Niko hingga sosok tersebut jatuh tersungkur. Persis, seperti apa yang baru saja sosok tersebut lakukan pada Diaz.

"Ssshhhhhh"

"Kenapa? Sakittt? Segitu doang padahal" lanjut Diaz dengan kekehannya, mengabaikan jika saat ini sosok Alden tengah mendekat kearahnya.

"Dari awal gue emang udah ngira kalau lo itu beda dari yang lain" ujar Alden seraya menepuk pelan pundak Diaz, namun segeran di tepis oleh sang mpunya.

"Gausah pegang - pegang"

"Anak buah lo oke juga, Dan. Gue jadi tertarik buat—" ujar Alden lengkap dengan seringaian liciknya.

"Ga usah macem - macem, atau lo sendiri tau akibatnya"

"Kenapa? Lo takut kalau gue bakal apa - apain dia?" Tanya Alden santai sebelum akhirnya memilih membawa Diaz kedalam dekapannya.

Posisinya sekarang, tangan kekar milik Alden telah bertengger rapi di leher Diaz. Mengunci pergerakannya yang sukses membuat Diaz sedikit kewalahan mengatur nafas.

"Aldennnnnnnn!"

"Kenapa? Lagian dia cuma anak buah lo doang kan? Seharusnya lo biarin aja dong"

"Sekali lagi gue bilang, lepasin dia Alden!"

"Kalau gue ga mau?"

Bughhhhhh

Diaz tertawa remeh, setidaknya tepat setelah dirinya memutar kembali keadaan. Kini sosok Alden yang dibuat tersungkur ketanah, dengan posisi Diaz yang tengah mendudukinya dengan santai.

"Tiga hal yang harus lo tau tentang gue!" Ujar Diaz lengkap dengan senyum khas andalannya.

"Pertama, gue gasuka kalau ada orang yang berani ngusik ketenangan gue. Atau lo bakal nyesel"

"Kedua, gue ga secupu yang lo kira. Semakin lo ganggu, semakin lo tau sifat gue yang sebenernya"

"Ketiga" Diaz menarik nafasnya panjang sebelum akhirnya beralih menatap kearah Danial yang saat ini juga tengah menatapnya. "Gue ga pernah jadi anak buah siapapun, karena gue typikal orang yang gasuka di perbudak, kecuali kalau manusia babi kaya lo mau jadi budak gue!"

Diaz tertawa sinis sebelum akhirnya menepuk pelan kepala Alden, mengabaikan jika saat ini sosok Alden tengah mengepalkan tangannya marah.

Diaz baru saja mengibarkan bendera perang dengan Alden, yang notabene nya ketua geng dari SMA Merpati

"Ayo cabut" ujar Diaz sebelum akhirnya menarik tangan Danial agar mengikutinya pergi meninggalkan tempat tersebut.

Meninggalkan Alden yang kini tengah menatap tajam kearahnya, "Baraa"

"Iya bos?"

"Cari tau siapa dia, baik itu asal - usulnya atau apapun itu. Gue tunggu segera!"

"Iya bos!"

"Lo liat aja, setelah ini gue pastiin kalau hidup lo gabakal tenang"

***
"Gue baru tau kalau lo jago beranten"

Diaz terkekeh, "Dan gue juga baru tau kalau lo baru aja muji gue"

"Dihhhh"

"Lastt, anggep aja ini terakhir kalinya gue bantu lo. Karena setelah ini, gue gamau terlibat masalah apapun, apalagi yang ada sangkut pautnya sama lo"

"Lo pikir gue juga mau dibantuin sama lo? Engga ya"

"Bagus deh, seenggaknya gue gabakal kena masalah kalau deket deket sama lo" ujar Diaz yang sukses membuat Danial memutar bola manta malas.

"Tangan lo luka" ujar Dnial tepat setelah netranya tidak sengaja menangkap noda merah pada baju Diaz.

"Terus?"

"Ayo UKS gue obatin"

TBC

00.00Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang