“daaaaaddddddd” suara nyaring balita itu menggema di lorong rumah.
Langkah kakinya yang gemuk menderap masuk kedalam ruangan kerja Draco, membuatnya meninggalkan fokus pada pekerjaannya saat ini dan menatap pintu yang terbuka lebar.
“Daddy!” Saat balita itu berlari masuk, Draco tersenyum dan melepas kacamata kerjanya.
“Ada apa Ori?” Tanya Draco lembut pada balita berumur 3 tahunnya.
Potongan cokelat yang entah bagaimana bisa ada disana menghiasi surai platinanya dan pipinya memerah karena berlari dari ruang makan ke ruang kerja Draco yang kira-kira berjarak 5 meter.
Melihat dari noda cokelat dan celemek makan yabg Orion kenakan, putra kecilnya pasti sedang menikmati snack satu minggu sekali miliknya.
“Lihat, aku dapat wanita cantik” saat tangan gemuk Orio mengangkat kartu cokelat kodoknya, Draco menyeringai, sekali Malfoy, tetap selalu Malfoy.
Dan Malfoy selalu mengenali wanita cantik.
Draco meraih kartu keunguan itu dan membacanya.
“Bacakan untukku dadd!” pekik Orion gemas dan Draco menghela nafas saat melihat sosok didalam kartu cokelat kodok itu.
“Hermione Jean Granger, bertarung di barisan depan bersama Harry Potter sang penolong dunia sihir mengalahkan Pangeran Kegelapan. Menentang perbudakkan Peri Rumah serta membantu kesejahtraan banyak makhluk ajaib lainnya dan mengalahkan stigma Darah Murni. Dikenal secara luas sebagai The Brightest Witch of our Age karena prestasinya dan pengetahuannya yang luas.” Bibirnya terkatup rapat saat selesai membacakan kartu Hermione.
Wanita didalam kartu itu nampak membaca buku ditangannya sebelum menatap kearah Draco dan tersenyum lebar. Surai chestnut yang ikal dan terlihat kusut itu terlihat indah menghiasi wajah polos Hermione.
Lagi-lagi Draco menghela nafas.
“Apa itu Darah murni dad?” pertanyaan anaknya membangunkan Draco dari lamunannya dan menatap Orion yang berdiri didepannya, menatap keatas karena tingginya yang tidak sama dengan ayahnya.
“Ori, itu—”
“Lalu siapa itu Pangeran Kegelapan?” mulut Draco sedikit terbuka menatap anaknya yang sangat haus pengetahuan diusianya yang masih terlalu kecil.
“dad akan jelaskan jika Ori sudah lebih be—” lagi-lagi Ori mengalihkan perhatiannya dengan tersenyum lebar pada kartu cokelat kodoknya.
“Kedengarannya keren, aku akan menjadi Pangeran Kegelapan suatu saat nanti!” mata Draco melotot lalu dia menggendong Orion kedalam dekapannya.
“No Ori, dia bukan orang yang baik. Jadi jangan menjadi seperti Pangeran kegelapan, okay?” Orion mengedipkan matanya beberapa kali lalu memiringkan kepalanya sambil menatal ayahnya.
“Tidak baik seperti Uncle Blaise?” Draco tertawa
“Bukan, uncle Blaise baik, dia hanya tidak memiliki kosakata yang baik didepan anak kecil” Orion mengangguk lalu membuat catatan mental didalam dirinya untuk tidak menjadi Pangeran Kegelapan Lainnya.
Draco memperhatikan anaknya yang menatap kartu wanita cantik ditangannya lalu tersenyum sebelum pandangannya teralih kearah pintu.
Disana, berdiri seorang wanita cantik tang tersenyum pada Draco dan Orion.
“Kau mengirimnya kesini untuk menghindari menjawab pertanyaan itu bukan?” tanya Draco pada istrinya yang tertawa.
“Well, dia juga putramu Malfoy” Draco emmutar matanya lalu menurunkan Orion yang langsung berlari kearah rak buku disisi ruangan kerja Draco yang lain.
“dan sudah berapa kali aku bilang padamu untuk menyuruh mereka mengganti namamu? Kau seorang Malfoy sekarang Hermione” ucap Draco kesal namun istrinya tidak lagi ada di ambang pintu namun suara gelak tawanya masih terdengar jelas.
Sejak debut Orion memakan Cokelat kodok, dia sudah mengumpulkan 3 kartu yang berisi Harry Potter, yang dia kenal sebagai Uncle Harry, lalu Remus Lupin, daddy-nya Teddy yang juga sahabat baik Orion, dan Ron Weasley, uncle kesayangan Orion yang memberinya banyak mainan dari toko mainan miliknya.
Rupanya foto di kartu Hermione membuat Orion lupa jika itu mummy-nya yang nenyuapinya cokelat kodok beberapa menit yang lalu.
Tapi anaknya benar, Hermione Granger memang cantik.
Karena itu Draco menikahinya.
The End

KAMU SEDANG MEMBACA
Piece Of Her
RomanceKumpulan kisah (one shot dan series) yang diceritakan dari sudut pandang dua orang manusia.