WARNING: PORN WITHOUT PLOT (DUDE OBVIOUSLY)
Silahkan skip kalau kalian (bocil) dan terganggu dengan konten dewasa yang sangat eksplisit, i'm warning you, this story is wholly different from any other of my stories.
---
"ada lima tahap yang dilalui seorang manusia ketika dia bersedih.." suaranya rendah, berat namun dalam.
Professor berjalan keluar dari podium kecilnya menuju murid-muridnya yang duduk rapi diseberangnya dengan sebuah pena hitam di tangannya.
Matanya yang dilapisi oleh kacamata baca yang bertengger dihidungnya terlihat menyapu seluruh murid-muridnya.
Tatapannya mengintimidasi, dan kuat.
But he's fine as fuck.
Itulah kenapa terlepas dari sulitnya mendapatkan nilai sempurna dalam mata pelajaran antropologi psikologis yang dipegang langsung oleh Professor Draco Malfoy, tidak menutup minat murid perempuan untuk mendaftar setiap tahun ke kelasnya.
Meskipun mereka berakhir mendapat nilai pas-pasan namun dihadiahi sebuah senyuman tipis dari Professor blonde itu cukup membuat tubuh mereka kejang karena denyut jantung yang meningkat.
Perlukah aku menjelaskan deskripsi professor tampan ini? Tentu tidak.Silahkan kalian ciptakan fantasi liar kalian sendiri.
Tapi apa semua murid wanita seperti itu? Hampir semuanya.
Kecuali yang satu ini.
"tahap pertama, penolakan. Ketika seseorang berusaha menyangkal bahwa dia sedang bersedih" iris silver itu perlahan berhenti di baris keempat disebelah kiri dan dalam dua detik, pandangannya terfokus pada amber cokelat yang juga menatapnya dengan ekspresi wajah yang dalam
Perlahan, dagu wanita itu terangkat mili demi mili senti dan matanya menatap Professor Malfoy dengan tatapan menantang.
Bibir ranumnya membentuk seringai tipis.
Sangat tipis yang hanya akan disadari oleh Professor Malfoy .
Melihatnya berada disana, berjarak beberapa meter darinya seolah membuatnya lupa bahwa wanita itu sudah absen dari kelasnya selama hampir 3 minggu.
Suara yang muncul dikelas itu perlahan memenuhi kepala Draco, coretan pulpen diatas kertas dan bisik-bisik murid perempuan yang menatapnya dengan kagum.
Lalu pria itu mengalihkan pandangannya dan kembali menjelaskan.
"Kedua, kemarahan. Saat mencapai tahap ini, beberapa orang mulai-melakukan hal bodoh karena emosi yang menjadi tidak beraturan"
seringaian di bibir wanita itu semakin dalam lalu dia menolehkan kepalanya kearah lain.
Wanita itu tidak menulis apapun yang dijelaskan oleh professor itu, dan Draco sudah tau tentang hal itu, dia berusaha menahan dirinya untuk menatap wanita itu.
Dia Hermione Granger, dia tidak perlu menulis apapun untuk mengingat materi yang sudah dia pelajari sejak menjadi mahasiswa baru.
The top of the class, she is.
"ketiga, pengandaian atau menawar dengan diri sendiri. Seharusnya aku seperti ini, atau seperti itu. Seseorang merasa akan lebih baik saat dia berandai-andai jika dia melakukan hal sebaliknya yang membuat nya bersedih" ucap professor Malfoy lalu alisnya berkerut saat melihat murid pria yang duduk disamping Miss Granger mulai bicara dengan suara pelan sambil tersenyum seperti maniak.
"Goldstein, jelaskan teori ketiga" sontak murid bernama Anthony Goldstein itu terperanjat dan menatap Draco.
"I'm sorry Professor, aku belum mencatatnya" ucapnya percaya diri dengan senyum yang menunjukkan gigi putihnya.
What a brat.
Namun sebuah tangan yang terangkat tinggi berasal dari samping Goldstein dan Draco merasakan darah nya berdesir.
"Yes Miss Granger?" Draco meletakkan kedua tangannya terlipat kebelakang punggungnya hingga membuat otot bisepnya menonjol dari balik kemeja hitam polosnya.
"Apa anda pernah mengalami teori ketiga Professor?" tanya lembut, suara selembut cokelat yang leleh itu membuat Draco berkedip dua kali sebelum membuka mulutnya.
"aku yakin jika aku sudah melakukan yang terbaik dalam hal apapun Miss Granger, jadi untuk menjawab pertanyaanmu, aku tidak ada penyesalan, dan tidak ada pengadaian" ekspresi Hermione perlahan berubah dan seringaian di bibirnya menghilang.
Draco berbalik dan berjalan menuju panggung podiumnya.
"Keempat, Depresi. Ini adalah tahap tersulit bagi sebagian orang karena semua energi negatif terkumpul ditahap ini" kepalanya tertunduk untuk membaca lembaran yang ada dipodiumnya lalu kembali terangkat dan tak sengaja menatap kearah bari keempat lagi.
Kali ini, Anthony fucking Goldstein, pemain rugby terbaik but dumb as a doorknob itu melingkarkan tangan kirinya ke sisi belakang kursi Miss Granger seraya membisikkan sesuatu ke telinga wanita yang tersenyum itu.
Namun saat amber itu melirik Draco, dia tiba-tiba kehilangan semangatnya untuk mengajar.
Tatapan itu seolah membakarnya ditempat.
"kelima dan terakhir, adalah penerimaan. Bahwa semua orang pasti berhasil melewati kesedihannya, bahkan bagi beberapa orang yang mengaku jika dia terlalu sedih-itu akan terasa mudah" suaranya seperti racun dari ular viper yang membuat Hermione akhirnya menatap professornya dengan cepat.
tiba-tiba sebuah tangan terangkat dan Draco mendengus saat melihat orang yang bertanya.
"Uh, Professor, anda tadi mengatakan bahwa anda tidak pernah tahapan ketiga, apakah ada kemungkinan anda tidak pernah bersedih sama sekali?" tanya Luna Bloody Lovegood dengan nada bernyanyi aneh yang membuat Draco ingin menghela nafas panjang dan meneriakinya dengan kata-kata kasar.
Membahas hal seperti ini saat wanita itu ada dikelasnya..
Hebat karena Draco pikir Hermione tidak akan muncul dikelasnya lagi hari ini dan dia akan mengirim 'surat pemberitahuan' ke rumahnya karena melewatkan mata kuliah yang akan membawanya pada kelulusan tepat waktu.
Of course she would come today.
"Tidak Miss Lovegood, aku tidak pernah bersedih" jawab Draco singkat lalu berjalan kembali menuju podiumnya dan menyatukan beberapa lembar kerjanya.
"Aku ingin tugas yang kuberikan hari Senin ada di mejaku hari ini sebelum jam 3 sore atau tidak ada nilai sama sekali" suara erangan dan helaan nafas menggema di kelasnya namun Draco tak bergeming.
Beberapa bahkan terdengar bergumam sesuatu yang terlalu keras tentang Professor kaku yang hanya memiliki lembar tugas untuk dinilai dihari sabtu malam dibanding berkencan.
Mendengar itu, Draco mengadahkan kepalanya dan seketika semua orang terdiam, dia memicingkan matanya pada Ron Weasley.
"Perhaps Mr.Weasley, jika kau berhasil mendapat nilai lebih baik dari D, aku akan memberi rekomendasi pada Professor Sprout agar dia memalsukan nilaimu dan segera membebaskanmu dari predikat 'mahasiswa abadi' itu. It's been 6 years now for heaven's sake" wajah putih Ron berubah menjadi merah serupa dengan rambutnya, bahkan Harry Potter yang duduk disampingnya tak bisa menahan tawanya.
Teknisnya, seluruh kelas tertawa kecuali Hermione Granger yang memicingkan mata padanya.
"have a good afternoon everyone except Miss Granger, aku yakin kau punya sesuatu yang harus dikatakan tentang absensimu selama tiga minggu"
Hermione menghela nafas kasar namun yang dilakukan oleh Anthony Goldstein selanjutnya membuat Draco menatapnya seakan ingin membuat kepala pria itu berlubang.
Dia terus menatap mereka berdua yang berjalan turun bersama namun Hermione berhenti beberapa langkah didepan podium sementara Anthony tersenyum padanya.
"I will call you later Hermione" ucap Anthony
"kita akan bertemu diluar Anthony" jawab Hermione sedikit ketus tapi tentu saja, Anthony terla rainbow, glitter and fucking unicorn pada Hermione untuk bisa menyadari itu
Saat Draco mendengar suara klik pintu kelas yang ditutup dan tatapan mata Hermione yang menatapnya dengan alis bertaut, Draco melepas kacamata bacanya dan ikut menatap wanita itu.
Dia mulai melangkah maju seraya melepas kancing lengan kemejanya dan melipatnya ke tengah lengannya.
"bagaimana Miss Granger? Anything to explain?" tanyanya tajam
![](https://img.wattpad.com/cover/260576473-288-k536886.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Piece Of Her
RomanceKumpulan kisah (one shot dan series) yang diceritakan dari sudut pandang dua orang manusia.