Dua bulan dia hidup sendirian di Manor, rumah dimana dia dilahirkan hingga saat ini.
64 tahun.
Ayahnya, Abraxas Malfoy menempati wing sebelah barat bersama ibunya, sementara Lucius Malfoy di wing sebelah timur.
Lucius tumbuh menjadi anak yang menurut, pendiam dan penakut.
Dia takut jika melakukan kesalahan, maka Abraxas akan mengurungnya di dungeon Manor atau memukulnya hingga meninggalkan bekas.
Didikan keras itu sangat traumatis hingga Lucius bersumpah tidak akan mendidik putranya nanti seperti ayahnya mendidiknya.
Namun apalah arti sebuah kalimat dan janji seorang bocah berusia 8 tahun?
Sejak dia menikah dengan Narcissa, Abraxas pindah ke Manor yang ada di Prancis sebelum meninggal 2 bulan setelah kelahiran Draco.
Draco adalah kebanggaannya sejak pewaris Malfoy itu lahir.
Dia mewarisi hampir seluruh wujud Lucius kecuali senyuman dan..hatinya.
Putranya itu terlalu lemah.
Suatu hari, anjing peliharaan Draco tidak sengaja merusak perkamen-perkamen Lucius yang ada di mejanya di ruang belajar saat anjingnya, Burtode, tidak sengaja menginjaknya dan ketika Golden Retriever itu mengira perkamen diatas meja itu adalah mainan, dia mulai menggigit, menjilat dan mengacak-acak meja itu.
Saat Draco menemukan Burtrode, dia sudah terlambat.
Lucius sudah menemukannya lebih dulu dan meminta Draco membunuh anjing itu sebagai ganti untuk hukuman Draco sendiri.
Dengan tangan bergetar dan sebuah senapan angin ditangannya, Draco yang berusia 9 tahun mengarahkan ujung senapannya tepat dikepala Burtode, namun sebelum dia menarik pelatuknya, Draco menangis dan melempar senapannya ke tanah.
Lucius sangat marah.
Dia memukuli Draco dengan rotan di kedua betis belakangnya beberapa kali hingga berdarah.
Dia tidak dapat mendengar teriakan Narcissa yang memintanya berhenti atau Draco yang memandangnya datar setelah itu.
Putranya tidak menuruti keinginannya.
Kebangaannya tidak membuatnya bangga.
Hingga saat Draco menerima surat Hogwartsnya, Lucius tidak berhenti meyakinkan putranya jika dia tidak berhasil masuk asrama Slytherin atau paling tidak, Ravenclaw, jangan pernah bermimpi untuk kembali ke Malfoy Manor.
Namun kekhawatirannya terjawab, Draco berhasil masuk ke asrama Slytherin tanpa topi seleksi menyentuh kepalanya.
Dia mendengar kabar jika Draco berjalan di koridor Hogwarts seakan dia adalah pemilik sekolah itu, putranya tidak pernah melupakan jika dia adalah pewaris dari keluarga tertua di dunia sihir Inggris, Draco juga handal dalam Quidditch.
Namun ada satu masalah, putranya selalu menjadi nomor dua.
Nomor dua dalam segala mata pelajaran, dikalahkan oleh seorang penyihir perempuan keturunan Muggleborn, dan nomor dua dalam Quidditch karena Harry Potter selalu mengunggulinya.
Darahnya kembali mendidih, hingga dengan tongkatnya sendiri, kutukan cruciatus menerpa Draco di malam natal ketika Draco pulang ke Manor untuk liburan natal.
Namun kegagalan Draco tidak berhenti hingga disitu.
Dia jatuh cinta pada Hermione Granger, the Mudblood extraordinaire.
Saat kehidupan sempurna putranya sudah dia tuliskan dengan tinta emas bersamaan dengan unbreakble vow dengan keluarga Greengrass, agar menikahkan putri mereka, Daphne dengan Draco.
Draco, tentu saja menolak.
Ketika putranya sudah terlalu kebal dengan luka fisik dan siksaan, cara yang tersisa adalah menyakiti mental dan hati Draco.
Lucius masih ingat saat kakinya melangkah masuk kedalam common room asrama Head Boy dan Girl.
Bagaimana gadis itu tidak bergetar sedikitpun mendengar kalimat ancaman darinya, namun menatapnya dengan kilat ketakutan saat Lucius menyebut nama Draco.
“apa yang akan kau lakukan Miss Granger?” tanya Lucius dengan nada intimidasi.
“dia putramu, kau tidak mungkin melakukan apapun yang menyakitinya” ucapnya datar.
Seringai muncul diwajah Lucius
“Kau akan membuat Draco kehilangan keluarganya, teman-temannya dan seluruh koneksi yang dia miliki, dia akan dipermalukan oleh seluruh masyarakat dunia sihir dan menjalani sisa hidupnya untuk membencimu.Apa kau bisa menanganinya?” kepala Hermione langsung menengok kearah Lucius yang masih duduk dengan tenang dan dagunya terangkat dengan kesombongan.
“Kau merubah putraku, dia memang lemah sejak awal, tapi kau memperburuk keadaannya. Cruciatus bahkan tidak memberi efek jera padanya” mata Hermione membulat lebar
“tapi bagaimana jika aku mencoret namanya dari nama pewarisku? kau pikir Draco akan memilihmu dibanding vaults Malfoy yang bernilai ratusan kali dari seorang penyihir muggleborn? You fool girl” nada Lucius menusuk Hermione, membuat dadanya terasa sesak.
Hermione ingin merasa yakin dengan Draco, lagipula pria itu pernah berjanji akan tetap menggenggam tangannya apapun yang terjadi, tapi mengenai melepas nama Malfoy?
Draco hidup untuk itu.
Posisi tertinggi di society dunia sihir yang masih dipegang keluarga Malfoy, Hermione tau jika Draco selalu menginginkan itu.
Tapi bagaimana dengan bayi yang kini tumbuh didalam tubuhnya?
“Jangan sentuh Draco” ucap Hermione pelan, Lucius tersenyum puas lalu berdiri.
“Lalu apa yang kau bisa tawarkan sebagai gantinya?”
“aku akan pergi”
Tes
Air mata menuruni pipinya.
“Took you long enough. Aku mulai bertanya-tanya kenapa aku melakukan hal serendah ini hanya untuk menyingkirkanmu” Lucius menatap Hermione tajam dan berjalan menuju pintu.
“tunjukkan kau adalah penyihir bermartabat, aku tidak mau menyentuh tangan seorang mudblood dengan membuat Unbreakable Vow. Tapi jika kau masih menemui Draco, kau akan melihatnya dipermalukan oleh seluruh dunia sihir, dan aku akan memastikan kau menyaksikan Draco merangkak di kakiku setelah mematahkan hatimu” dan dengan kalimat itu, Lucius membanting pintu asrama Hermione.
Meninggalkan gadis itu terluka dan menangis semalaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Piece Of Her
RomansaKumpulan kisah (one shot dan series) yang diceritakan dari sudut pandang dua orang manusia.