Surai platinanya digelung kebelakang lehernya dan sebuah mahkota bertahta dipuncak kepalanya dan selembar veil berbahan chiffon lembut yang menambah keanggunannya gadis didepannya.
Gadis itu masih tersenyum didepan cermin seraya ibu baptisnya merapikan bagian belakamg gaun putih panjangnya.
Senyuman yang selalu mengingatnya pada satu-satunya wanita yang dia cintai, dengan iris mata yang berwarna amber madu dan hidung yang bulat.
Hanya warna rambut dan warna kulit yang menjadi penanda bahwa Carina Rose Malfoy adalah seorang Malfoy.
“okay, kau boleh menitikkan air mata tapi tidak tersedu-seduh” ucap Pansy pada Carina sebelum menyeringai pada Draco saat menyadari lebih dulu kehadiran Draco diambang pintu ruang tunggu pengantin wanita.
Pansy berjalan menuju pintu dan tersenyum pada Draco sebelum mengusap pundak sahabatnya dan keluar dari ruangan, memberikan privasi pada pasangan ayah dan putri itu.
Gadis itu akhirnya berbalik dan menatap Draco dengan senyuman haru, matanya berkaca-kaca.
“Daddy” ucapnya dan Draco merasakan sebuah perasaan baru yang aneh, bahagia, sedih, lega dan—kesepian.
“Hugo is bloody lucky to have you, I will fucking kill him--” Draco dengan kedua tangannya yang berada didalam saku celananya berjalan mendekat, berusaha memasang wajah seringaian seperti biasanya.
“if he’d hurt me” Draco tersenyum menatap putrinya yang sangat mengenalnya dan menyelesaikan kalimatnya.
“Dad kira ibumu adalah wanita tercantik didunia ini saat dad melihatnya mengenakan gaun pengantin ini” ucap Draco sedikit melirik gaun pengantin yang dikenakan putrinya.
Carina bersikeras ingin mengenakan gaun pengantin ibunya, dia hanya meminta bantuan ibu baptisnya, Pansy yang merupakan seorang perancang terkenal untuk membuat beberapa penyesuaian untuk ukuran karena tinggi badan Carina yang lebih mirip Draco dibanding ibunya yang bertubuh mungil.
“Jadi aku lebih cantik dari mum?” tanya Carina dengan mata penuh air mata.
“Tidak, ibumu tetap yang paling cantik” akhirnya mereka berdua tertawa lalu diakhir tawa, ada sebuah isakan yang keluar dari bibir Draco yang disadari Carina.
“Dad mau tau kenapa aku sangat ingin memakai gaun mum?” Draco menatap putrinya
“kenapa?” tanyanya dengan suara sedikit bergetar
“aku ingin menikah dengan pria yang paling kucintai dan juga mencintaiku, dalam momen penting itu, aku ingin mengingatnya dengan menyelipkan cinta kalian didalamnya, bagaimana kalian masih sangat jatuh cinta pada satu sama lain bahkan setelah puluhan tahun, I want what you both have, a strong bond. Aku ingin saat semua orang melihat foto pernikahanku, aku dan semua orang akan selalu ingat bahwa kalian berhasil memberi contoh terbaik tentang cinta dan kasih sayang” Carina tersenyum setelah dua tetes air mata jatuh ke pipinya.
Draco menarik pelan putrinya kedalam pelukannya, mendekap putri kecilnya yang dua puluh empat tahun yang lalu, adalah seorang bayi kecil yang rapuh, namun saat dia membuka kelopak matanya, mata amber yang bulat itu menatap Draco dengan berani dan penuh cinta.
Draco tau sejak saat itu bahwa Carina Rose akan selalu menjadi bayi kecilnya, dan separuh dunianya.
“Dad akan selalu menjadi cinta pertamaku, dan tak peduli sebesar apapun cinta Hugo padaku, aku akan selalu menaruh cintaku lebih besar padamu dad. I love you” gadis kecilnya berbisik saat mengucapkan tiga kata terakhir dan Draco menutup matanya, air mata bergulir dipipinya.
“And I love you more Carina Rose, please always—be happy” Draco melepas pelukannya dengan sebuah ciuman sayang di kening putrinya.
“Now, lets get you married a Weasley” Carina tertawa kecil lalu menerima tangan ayahnya dan melingkarkannya dengan erat.---
Kedua pintu oak itu terbuka dan menampilkan bagian dalam aula besar Hogwarts yang sudah dihias sesuai keinginan kedua mempelai.
Didepan Carina dan Draco, ada Anneliese Longbottom-Malfoy yang merupakan istri kakak Carina dan Maid Of Honor, lalu Lily Luna Potter dan Rose Weasley sebagai Bridemaids.
Hugo Arthur Weasley berdiri diujung altar, dengan setelan jubah resmi dan tiga tangkai calla lily ditangannya.
Disampingnya ada James Potter, dan Orion Alexandre Malfoy yang mengenakan setelan jas yang serupa namun tak sama dengan Hugo, dan sama seperti Draco, Orion menatap adiknya yang berada di tangan ayahnya dengan penuh emosi, matanya berkaca-kaca.
Carina menghembuskan nafasnya lalu menatap Draco dan mereka mulai berjalan diatas karpet merah yang terbentang diatas altar.
Draco masih ingat 20 tahun yang lalu, dia melakukan hal yang sama dengan putrinya, menggandeng Carina yang mengenakan mahkota mainan dan setangkai mawar yang dia petik dari kebun ibunya, menuju sebuah pohon wisteria dibelakang Manor seakan-akan mereka berjalan menuju ujung altar dan itu adalah pernikahan Carina.
Saat itu, Draco masih menganggapnya lucu karena putrinya masih kecil dan masih terlalu lama untuk menikah.
It's funny how the time flies so fast.
Kini Draco melakukan hal yang sama, hanya saja semua ini nyata dan diujung altar, seorang pria asing akan menjadi familiar bagi hidup putrinya, menggantikannya menjaga dan melindungi Carina melebihi nyawanya sendiri dan Draco berharap, Hugo tau sebesar apa patah hati Draco untuk menyerahkan putrinya pada putra sulung Ronald dan Hannah Weasley itu.
Tidak akan ada yang bisa mencintai Carina sebesar Draco mencintainya tapi jauh dilubuk hati Draco, dia tau jika Hugo mencintai putrinya dengan caranya sendiri.
Lalu Draco melihat Hugo meneteskan air mata saat terus berpandangan dengan Carina, dia tersenyum bahagia, sangat bahagia hingga dia merasa dia ingin menangis.
Persis seperti 27 tahun yang lalu, saat Draco menatap Hermione berjalan diatas altar, menuju kearahnya.
Draco menangis karena dia merasa sangat bahagia, hingga kata-kata tidak bisa mengungkapkan betapa dia sangat memuja wanita yang dengan sangat natural itu berjalan kearahnya dengan senyum malu dan rona di pipinya.
“Mr.Malfoy” Hugo menyapanya dengan sedikit membungkukkan tubuhnya, lalu tangan kanan Draco menepuk pundaknya sebelum mencengkramnya sedikit erat.
“Please—take care of her” ucap Draco dan Hugo yang terkejut mengadahkan kepalanya pada Draco dan mengangguk seraya tersenyum.
Carina menatap ayahnya dengan penuh air mata.
Akhirnya, Draco melepaskan tangan Carina yang melingkar dilengannya lalu memberikannya pada Hugo yang meminta tangan putrinya.
Tiga tangkai lily yang berada di tangan Hugo akhirnya diserahkan pada Carina dan mereka berdua tersenyum
“Kau sangat cantik” senyum Draco semakin mengembang mendengar kalimat lembut Hugo pada putrinya.
Draco membalikkan tubuhnya lalu turun dari altar, menuju kursi kosong di barisan terdepan , disamping istrinya yang menunggunya.
Wanita itu menyodorkan selembar sapu tangan pada Draco yang langsung diterima olehnya.
“Hugo sangat mencintai Carina, putri kita akan baik-baik saja Draco” bisik Hermione lalu mengenggam tangan Draco.
Pria slytherin itu hanya bisa menatap putri dan menantu prianya itu bertukar janji suci lalu menatap Hermione.
“I love you Hermione” bisiknya
“I love you too Draco”
Mereka bertatapan sedikit lebih lama, seakan keduanya bernostalgia ke puluhan tahun yang lalu saat mereka mengikat janji suci mereka tepat diruangan yang sama ini, di Aula Besar Hogwarts yang menjadi saksi bisu pertumbuhan Draco dan Hermione dari dua orang anak kecil, lalu remaja dengan jalan hidup yang berbeda namun kemudia dipertemukan kembali di titik terang.
27 tahun dan perasaan Draco tak pernah berubah untuk ibu dari dua anaknya itu.
Hermione Granger masih menjadi satu-satunya pegangan hidup dan motivasi terbesarnya untuk menjadi lebih baik disetiap harinya.
Dan Draco tidak berniat untuk berhenti selamanya.The End
Setelah fic yang bikin mewek, mari kita senyum-senyum hari ini :D
Thank you and enjoy the story!
KAMU SEDANG MEMBACA
Piece Of Her
RomanceKumpulan kisah (one shot dan series) yang diceritakan dari sudut pandang dua orang manusia.