Draco & Hermione

1.8K 127 40
                                        

Special Request for Azizahthiar! I hope you like it

Playlist recommendation for this story:

1. Favorite Girl (Justin Bieber)
2. Photograph ( Ed Sheeran)
3. Someone You Loved (Lewis Capaldi)



---



02 Januari 2011


'Incoming call
My Love'

Matanya tertuju pada layar ponselnya yang berada diatas meja kerjanya namun dia tidak bergerak untuk meraihnya.

Jarinya menekan tombol merah dan menariknya kesamping lalu layar ponselnya kembali hitam.

Lalu perhatiannya kembali kepada tumpukan pekerjaannya yang ada didepannya.

Namun beberapa saat kemudian perhatiannya terpecah, bahunya bersandar pada kursi kulit dibelakangnya  dan melepas kacamatanya.

Draco menghembuskan nafas kasar lalu mengusap wajahnya.


---




22 Agustus 2000


Jingga, daun berguguran dan angin sejuk adalah gambaran sempurna musim semi.

Terlebih saat Draco berasa di Hogwarts yang kembali menjadi tempat teraman baginya setelah perang sihir kedua berakhir.

Dia tak memiliki teman mengingat semua teman satu asramanya tidak kembali ke Hogwarts untuk menyelesaikan pendidikan mereka dan lebih memilih pergi meninggalkan Inggris atau fokus pada bisnis keluarga mereka, berbeda dengan mereka, Draco harus kembali karena menyelesaikan pendidikannya adalah salah satu tuntutan yang diberikan oleh kementrian saat persidangan keluarganya beberapa bulan yang lalu.

Tepatnya adalah Hermione Granger yang meminta kepada dewan Wizengamot untuk Draco kembali ke Hogwarts selama satu tahun sementara ibunya menjadi tahanan rumah dan ayahnya berada di Azkaban puluhan tahun.

Gadis itu dengan jelas dan berambisi bersaksi mtentang Draco untuk semua kejahatan yang terpaksa dia lakukan dibawah tekanan Voldemort, lalu Potter bersaksi membela Narcissa karena kebohongan besarnya, membawa dunia sihir pada kemenangan.

Dari semua orang yang yang dikirimkan oleh Pencipta untuk membelanya, kenapa harus Granger?

Draco masih ingat tatapan amber gadis itu saat menatapnya dipersidangan, dia seolah mengatakan lewat matanya bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Bahwa Draco bisa melanjutkan hidupnya lagi seperti biasa meskipun beberapa improvisasi harus terjadi akibat kesalahan yang dia lakukan.

Untuk pertama kalinya, Draco merasa rendah hanya karena memberanikan diri menatap gadis muggleborn yang selalu dia hina selama bertahun-tahun saat dia sendiri mengenakan jubah Azkaban yang kotor, rambutnya tak lagi tertata rapi dan tak ada lagi seringaian ber-ego tinggi di wajahnya.

Hermione Granger  selalu menjadi penyihir dan manusia yang lebih hebat dari Draco dan dia tau itu.

“eat shits you stupid death eater!” iris silvernya menatap kelantai batu koridor Hogwarts dimana kaleng berisi kotoran --yang hanya Merlin yang tahu kotoran apa itu—tergeletak.

Rasa sakit di bahunya tertutupi oleh sensasi basah merembes kedalam jubahnya dan bau busuk menguar darinya.

Draco mengadahkan kepalanya untuk melihat murid tahun kelima dari asrama Gryffindor yang melemparnya dengan sekaleng kotoran lalu mengeluarkan tongkatnya untuk membersihkan kekacauan itu tanpa membalas murid itu.

“kenapa kau melihat padaku? Kau mau membunuhku seperti yang kau lakukan pada orang-orang tak bersalah itu? Kalau begitu lakukan !” Draco tak menggubris dan tetap merapalkan evanesco beberapa kali namun bau menyengat itu masih ada di jubahnya.

“50 poin dari Gryffindor!” suara Ginny Weasley yang menyelingkan kedua tangannya didadanya menggema di koridor.

“But Ginny, dia pelahap maut!” seru anak itu yang membuat Ginny memutar matanya dan bernalan mendekat

“Lalu?”

“Dia pantas dihukum!”

“Evans, kembali ke asrama atau aku akan melaporkan ini pada kepala sekolah” ucap gadis itu santai dan anak laki-laki itu memicingkan matanya pada Draco.

“Kau beruntung bisa berlindung dibawah jubah pahlawan perang seperti Hermione Granger dan Potter, cih, keparat”

“EVANS” Ginny melotot pada Evans dan anak itu langsung melenggang pergi.

“Baunya tidak akan hilang, pergilah ke dapur dan minta peri rumah mencuci jubahmu, hanya mantra mereka yang bisa menghilangkan bau kotoran itu” ucap Ginny menatap Malfoy yang sekarang sedang melenyapkan kaleng kotor itu.

Namun saat pria itu selesai, dia langsung berjalan melewati Ginny tanpa menoleh atau mengucapkan apapun.

Ginny menghela nafasnya.

“Malfoy—”

“Stop Weasley, kau dan Granger sama. Kau pikir aku butuh bantuan kalian? I can handle it myself” desis Draco seraya menatap tajam Ginny.

“Dia khawatir padamu Malfoy, kau selalu muncul di kelas tambahan kalian dengan lebam baru”

“ well, kau bisa katakan padanya untuk enyah karena aku tidak perlu sumbangan kekhawatiran darinya” dengan itu, Draco pergi menyusuri koridor panjang meninggalkan Ginny menghela nafasnya.

“it’s also my job as a head girl you twat” gumam Ginny kesal namun menyerah pada Malfoy yang sudah terlalu jauh.

Draco menggerutu sepanjang sisa perjalanannya menuju ruang kelas sejarah sihir dan sialnya, aroma busuk itu tak bisa hilang walaupun sudah lusinan evanesco dirapalkan.

“Malfoy” Draco terus berjalan, berusaha mengenyahkan siapapun yang memanggilnya

“Malfoy, hei” tiba-tiba tangan mungil mencengkram tangan Draco dan tubuhnya terhenti seketika.

Leher Draco menoleh pada gadis yang menatapnya dengan mata ambernya.

“apa yang terjadi? Kau berdarah” gumam Hermione langsung menyentuh kening kiri Draco yang membuat pria itu terkejut karena sentuhannya.

“sod off Granger, aku tidak perlu bantuanmu” tangan Hermione menepis tangan Draco yang mendorong tangannya dan meraih tongkatnya.

“Episkey” gumam Hermione dan luka gores dikening Draco perlahan menjahit sendiri kulitnya dan menghilang.

“Seseorang melukaimu lagi?” tanya Hermione mengambil satu langkah mundur dari pria itu

“Bukan urusanmu”

“Hei aku tidak membelamu untuk melihatmu dipukuli seperti ini” Draco mendecih

“Seharusnya kau tidak membelaku Granger. Seharusnya aku mati di Azkaban seperti keinginan semua orang” desis Draco tajam dan Hermione dengan gerakan cepat menarik dasi hijau Draco hingga wajah mereka sedikit lebih dekat.

Mata Draco membulat lebar.

“Jika kepala sekolah McGonnagal tidak meminta bantuanku untuk menjadi tutormu Malfoy, aku tidak akan mau menerima omong kosongmu ini, semua orang terluka karena perang ini dan kau tidak seharusnya berharap mati saat banyak orang berharap anggota keluarganya masih hidup. Belajarlah lebih bersyukur pada keadaanmu” ucap Hermione tajam lalu melepas dasi Draco.

“Malam ini jam 7 di kelas ramuan lama di lantai 3. Bawa buku catatanmu. And—” Hermione menoleh pada Draco yang juga menatapnya

“Happy birthday Draco” pria itu semakin kehilangan kata-katanya meskipun gadis Gryffindor itu sudah berjalan melewatinya.


Piece Of HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang