Worth the Risk

1.6K 145 7
                                        

Hermione berjalan cepat tidak peduli dengan sensasi terbakar di kakinya ataupun angin dingin November yang terasa membekukan air mata dipipinya.

“Granger, tunggu!” Wanita itu terus berjalan, enggan menoleh ke arah sumber suara yang semakin mendekat.

“Granger” panggil pria itu lagi namun Hermione tetap berjalan melewati taman raksasa yang terasa tidak berujung di kastil terkutuk ini.

“Hermione please..” kakinya terhenti saat jemari dingin itu meraih lengannya dan suara memohon itu menggoyahkan keinginannya saat ini untuk meninggalkan semuanya yang ada disini demi ketentraman hidupnya.

Pria itu kini berdiri dihadapannya, nafasnya berderu dan tatapannya dalam.

Hermione menolak melihatnya yang berdiri lebih tinggi darinya dan bersembunyi dengan menundukkan wajahnya.

“tolong—bicaralah padaku” ucapnya memohon, telapak tangannya menyentuh pipi Hermione, memohon Hermione agar menatapnya.

“Aku lelah Draco” bisik Hermione, menahan suaranya yang gemetar.

“Aku tau ini melelahkan, tapi aku minta agar kau bisa sedikit lebih sabar dengan mother—” kepala Hermione terangkat, madu itu bertemu silver Draco.

“Sabar? Aku sudah bersabar selama tiga tahun Draco! Wanita tua yang pahit itu membenciku sejak kita berusia kurang dari 15 tahun dan kurasa selamanya akan terus begitu” pegangan Draco pada Hermione di lengannya semakin erat, dia meremasnya sesekali.

“mother akan bersikap lebih baik jika kau tidak mengkonfrontasinya tadi” wanita itu menatap kekasihnya tak percaya.

Seolah makan malam yang sudah terjadi kesekian kalinya sebelum hari ini tidak berubah menjadi mimpi buruk karena sikap Narcissa Malfoy yang masih saja 'bermasalah' dengan kekasih putranya.

“Kau sebut itu konfrontasi? Dia menyebut Astoria Greengrass sebagai calon nyonya Malfoy yang artinya dia akan menjadi istrimu entah kau suka atau tidak dan kau, Draco, kau bahkan tidak membelaku sedikitpun!” Hermione menepis tangan Draco dengan kasar dan mulai berjalan lagi.

“Oh go on then, pergilah dan merangkak kembali ke Weasley favoritmu itu!” Teriak Draco tak sabar,

“Ron is my friend!” jawab Hermione tak kalah kasar dari beberapa langkah didepan Draco

“And so does Astoria” kini suara Draco melembut, namun emosi tak terbendung terlanjur menerpa keduanya.

“Itu berbeda Draco—” pria itu memotong jarak mereka

“Apa yang berbeda? Aku berteman baik dengan Pansy dan Daphne, tapi kau tidak ada masalah dengan mereka”

“Pansy menikah dengan Bill Weasley for fuck sake Draco! Dan Daphne sudah mengumumkan pertunangannya dengan Harry, sedangkan aku dan Ron, kami bersahabat lebih dari separuh hidupku, seharusnya kau tau itu lebih baik karena kau selalu membenci kami, benar?” alis Draco berkerut, matanya memicing.

“Kita kembali ke masa itu? Baiklah. Ya aku membenci kalian, salahku karena dibesarkan dikeluarga yang fanatik terhadap hal tolol seperti kemurnian darah tapi kau tidak bisa membandingkan ku dengan diriku yang dulu Hermione” wanita itu berdecak lidah lalu menoleh kearah lain

“Draco, aku lelah berputar-putar tanpa arah seperti ini. Aku tidak akan memintamu meninggalkan keluargamu, tapi jika aku harus akur dengan ibumu hanya untuk bersamamu, jika ibumu adalah pemecah kesepakatan kita--maka—kita bisa hentikan disini” Draco melepas tangan Hermione, iris silvernya menatap amber Hermione dengan emosi beradu

“Bagaimana bisa kau mengatakan hal itu?” air mata menuruni pipi Hermione namun dia mengusapnya kasar.

“Dia keluargamu, kau lebih mencintainya daripada siapapun didunia ini”

“Aku mencintai mother, tapi bukan berarti aku tidak mencintaimu lebih dari itu. Cintaku untukmu dan mother berbeda Hermione. Mother adalah masa kecilku, duniaku pernah berputar mengelilinginya karena dia melahirkanku, dia membuatku ada disini” Draco menatap Hermione lurus, namun suaranya lembut tanpa memaksakan apapun.

“Tapi dia tidak merasa seperti itu Draco, dia berpikir kau akan selalu memilihnya” darah Hermione menjadi dingin, dia ingin segera pulang dan bersembunyi dibalik selimutnya.

“Jika mother menghalangi masa depanku denganmu, aku bersedia meninggalkannya untukmu” Hermione menarik nafas diiringi isakan kecilnya.

“aku tidak bisa lagi berada disini, menghadiri undangan makan malam darinya dan bersikap seakan aku siap diinjak kapan saja Draco. Maafkan aku” ucap Hermione kemudian, sontak rahang Draco mengeras.

“Kenapa aku merasa kau ingin lepas dariku?” dahi Hermione mengernyit dan menatap Draco

“Tidak Draco, kau yang mendorongku pergi sejaka ku setuju menghadiri makan malam sialan ini berbulan-bulan yang lalu!” Hermione beranjak pergi lagi, kali ini Draco tidak mengikutinya.

Pria itu membeku ditempatnya berdiri, kedua kepalan tangannya membuka dan menutup sementara matanya menatap tempat kekasihnya berdiri beberapa saat lalu.

Is she worth it Draco?’

‘Apakah seorang Hermione Granger cukup untukmu dibanding semua hal terbaik yang bisa kau terima sebagai pewaris Malfoy?’

Semua pertanyaan serupa ibunya kemarin berputar dikepala Draco seperti melodi piringan hitam yang mengisi sudut otaknya.

Petih bergemuruh seraya suara pintu yang ditutup kencang menyerang pendengaran Draco.

Jika Draco mengejarnya sekarang, Hermione pasti masih berada dijalan setapak menuju gerbang utama, dimana titik aparasi berada.

Jika Draco tidak bisa membuat ibunya setuju pada hubungannya dengan Hermione, maka Draco siap melepaskan semuanya.

Karena jika tidak dengan Hermione, semua terasa sia-sia.

“Shit” umpat Draco saat dia tiba dipintu utama dalam keadaan berlari, dan menatap jalan setapak yang kosong.

“Master, saat ini Miss Granger ada di kamar Master” suara peri rumah yang muncul dibelakamg Draco membuat pria itu segera memutar haluannya menuju kamarnya yang berada di ujung lorong, namun peri rumah itu melanjutkan

“Kamar Master dilantai atas Master” Draco segera naik ke lantai dua dan berlari menuju kamar lamanya.
Langkahnya terhenti saat dia berdiri didepan pintu kamar yang terbuka.

Disana, wanitanya duduk dipinggir kasurnya, berada tepat dibawah jendela besar, tanpa dinar matahari yang menyinarinya, Hermione masih terlihat bersinar.

Ikalnya terlihat natural seperti yang Draco sukai, mata amber Hermione masih berkilat terang, namun bibirnya tidak tersenyum indah seperti biasanya

Senyum yang membuatnya jatuh cinta tidak ada disana.

Draco menyadari jika Hermione sedang menggenggam erat figura berisi foto bergerak Draco saat menjadi kapten Quidditch ditahun keempatnya di Hogwarts.

“Hermione” Wanita itu nampak terkejut melihat pria itu berdiri diambang pintu namun segera melempar pandangannya kearah lain.

Pria blonde itu mengambil langkah maju, meminta Hermione berdiri dengan menarik sedikit tangannya dan menutup jarak diantara mereka, memeluk Hermione dengan erat dan menghirup aroma jasmine dan apel yang menguar dari rambutnya.

Hermione membalas pelukan Draco dengan melingkarkan kedua tangan mungilnya di pinggang Draco, menenggelamkan wajahnya diantara jubah tebal yang pria itu kenakan.

“Em sawy” gumam Hermione seraya bibirnya terhalang bahan jubah Draco.

“Apa?” tanya Draco sambil mengangkat alisnya

“I’m sorry” ucap Hermione kemudian, menempelkan pipi kirinya di tubuh Draco.

“kukira kita sepakat bahwa ini kesalahanku?” Hermione menggeleng

“Tapi aku tetap tidak suka ibumu” Draco tertawa tipis diantara rambut Hermione lalu melepaskan pelukannya

“Duduklah” Hermione duduk di pinggir kasur seraya pria itu berlutut dihadapannya dan meriah kedua tangan Hermione.

“I love you Granger, I really do. Aku mungkin tidak mencintaimu sejak hari pertama, tapi aku jelas mencintaimu hari ini dan esok hari selama kau menginginkanku . So i'm dead serious when I said I'm willing to give my all just to have you in this life” ibu jari Draco mengusap pelan buku jari Hermione.

Hermione menatap Draco.

“Apa maksudmu?” tanyanya pelan.

“Aku menyerahkan semuanya Granger, warisanku, namaku. Sekarang kau sedang menatap seorang pria yang tidak memiliki apapun selain satu vaults yang tidak penuh di Gringgots, tapi akan bersedia memberikan hidupnya untukmu. Apa kau masih bersedia?” mata Hermione perlahan melebar

“tapi kenapa? Bukankah kau bilang tidak akan bisa hidup tanpa menyandang nama Malfoy dan kemudahannya?” Draco tertawa melihat ketelitian Hermione tentang ucapannya bertahun-tahun yang lalu.

“Karena Draco yang dulu belum jatuh cinta padamu, dia tidak memiliki tujuan”

“Kenapa baru bilang sekarang? I feel like a bitch” gumam Hermione, pipinya memerah krimson

“Karena kau sibuk melarikan diri sejak tadi. Jadi apa jawabanmu?” wanita Gryffindor itu tersenyum pada Draco.

Satu senyum yang mampu membuat Draco menyerahkan segalanya.

“Baiklah, kita bisa membicarakan semuanya nanti, kau tidak harus bekerja jika—” Draco mengeluarkan sebuah gulungan perkamen dengan cap St.Mungos dan ditandatngani oleh kepala Healer.

“tadinya aku ingin memberitaumu setelah makan malam, tapi—well, hari ini chaos namun besok tidak lagi” Hermione tersenyum senang seraya menutup mulutnya dengan kedua tangannya

“Besok hari pertamamu bekerja sebagai Healer” pria itu berdiri, membenarkan jubahnya dan merapihkan rambut yang berada di dahinya dengan gaya dramatis.

“aku lolos tes sebagai Healer, jadi aku akan mulai menjadi trainee di St.Mungos mulai besok hingga enam bulan kedepan sebelum aku resmi menjadi healer”

Wanita itu segera berdiri dan memeluk Draco lagi.

“Aku bangga padamu”

Hati Draco seakan terhenti selama sepersekian detik.

Seseorang akhirnya mengatakan jika dia bangga pada Draco.

Dan orang ini bersedia tinggal bersama Draco terlepas dari kekurangan dan masa lalunya.

He love her like she love him.

Draco membalas pelukan Hermione dengan erat, dikeoalanya dia menjawan semua pertanyaan ibunya.

'yes mother, she's worth it'

Lagipula mereka akan bosan tanpa kehadiran satu sama lain


The End



Piece Of HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang