Kalimat itu seakan menancap di dadanya seperti anak panah.
Draco bahkan tidak tau berapa lama dia mencerna kalimat wanita dihadapannya sebelum memecah keheningan.
“What?” Hermione menghapus air matanya dengan punggung tangannya dengan kasar.
“Ara, dia putrimu” Draco tidak menyadari jika dia mengambil langkah mundur dua langkah sambil menatap wanita itu seperti dia memiliki dua kepala.
Hermione mengeluarkan sebuah foto dari tas yang dia bawa dan memberikannya pada Draco.
Pria itu meneguk ludahnya dan melihat lekat foto itu.
Seorang gadis kecil berambut blonde yang lebih gelap, mata abu-abu yang entah bagaimana terlihat biru, pipi gembil, dan sebuah senyuman tipis.
Draco menatap Hermione yang menatap foto di tangannya dari tempat dia berdiri.
Draco menatap lagi foto itu, fakta bahwa gadis kecil itu adalah copyan dirinya membuat perutnya seperti dikocok.
Putrinya.
Putri kandungnya dengan Hermione.
“Aku ingin bertemu dengannya” gumam Draco.
“Ka-kau yakin? Maksudku, kami tinggal di muggle Sussex—” Draco memandang Hermione.
“Aku ingin bertemu dengannya, Granger” Hermione mengangguk dan berjalan mendekat kearah Draco yang sudah meng accio jubah dan tongkatnya.
“Arabella” pria itu berhenti dan menoleh kearah Hermione
“aku memanggilnya Ara”
Draco hanya mengangguk .
Hermione menyentuh lengan Draco dengan canggung sebelum membawa pria itu berapparate ke rumahnya.---
Hal pertama yang Draco lihat ketika dia tiba adalah sebuah ruangan berwarna cream dengan perapian, sofa berwarna hijau emerald yang terlihat nyaman dan beberapa boneka yang duduk di sofa itu.
“Aku harus mengambil beberapa baju Ara, tolong tunggu sebentar” Hermione menghilang setelah beberapa saat, Draco tidak daoat menahan dirinya untuk melihat dereta bingkai foto yang dipajang di dinding ruang tengah itu.
Semua adalah foto tak bergerak .
Persetan dengan etika, saat ini dia sedang berada di rumah wanita yang dia cari bertahun-tahun, dan jangan lupakan bahwa dia dalam perjalanan untuk bertemu dengan putrinya yang dia tidak ketahui keberadaannya hingga beberapa menit lalu.
Ada foto Ara ketika dia masih bayi yang sedang belajar berjalan, tangan gemuknya berpegangan pada sofa, senyum riang mengembang di wajah mungilnya.
Disebelahnya ada foto Hermione yang mengenakan dress putih dan Ara mengenakan dress senada dan mereka nampak sedang memperhatikan sesuatu sehingga tidak tau jika sedang difoto.
Ah, entah kenapa hal kecil itu mengganggu Draco.
Apa Hermione memiliki kekasih?
Siapa?
Namun dia segera menepisnya dan mulai mencari Hermione.
Dia menemukan Hermione sedang duduk di atas kasur di dalam sebuah kamar yang pintunya sedikit terbuka.
Wanita itu menggenggam erat sebuah onesie ditangannya, kedua matanya terpejam dan isakan menggema di ruangan itu.
Draco membatu di tempat.
“Maaf, aku sedikit teralihkan” ucap Hermione ketika menyadari keberadaan Draco dan langsung berdiri
Namun pintu dibuka lebar oleh pria itu, dia menatap seluruh ruangan itu
Satu sisi dindingnya berwarna hijau forest, sedang yang lain berwarna ivory.
Sebuah kasur di sisi dinding berwarna hijau, diatas kasur ada beberapa bantal dan sebuah boneka ferret berwarna putih , disampingnya ada lemari kecil dengan tumpukan buku diatasnya.
“Ini kamar putriku?” tanya Draco sambil berjalan kearah lemari, dia tidak melihat Hermione mengangguk.
“Dia menyukai hijau, terobsesi lebih tepatnya” mendengar itu Draco tersenyum, A Slytherin indeed.
Melalui sebuah jendela yang ada disana, Draco dapat melihat hamparan lautan luas dan pasir putih.
Ini pasti spot favorit Ara.
“Bisa kita berangkat sekarang? Sebentar lagi Ara harus minum obat, dia akan mengantuk setelah itu” Draco mengangguk dan mereka berapparate beberapa blok dari rumah sakit.
Lorong panjang yang dilalui oleh healer para muggle tidak mengganggu Draco sedikitpun.
Aroma tajam obat-obatan dan antiseptik lah yang membuat dia sedikit panik, jantungnya berdetak lebih kencang.
Ketika dia tiba di depan sebuah pintu bersama Hermione, jantungnya semakin tidak karuan.
“Mummy!”
Ara tersenyum melihat Hermione memasuki ruangannya, namun ketika dia menatap iris Draco, senyumannya menghilang.
“Maaf mummy sedikit terlambat” Hermione menangkap tatapan Ara yang tertuju pada Draco yang masih berdiri diambang pintu.
Seakan terlalu kaku untuk berjalan mendekat.
Dia mengisyaratkan Draco untuk mendekat.
“Ara, kau ingat saat mummy bilang jika kau memiliki daddy seperti Kent?” hati Draco mencelos mendengar itu.
Apakah putrinya pernah berpikir jika dia tidak memiliki seorang ayah?
And who the fuck is Kent?
Melihat anggukan Ara, Draco meneguk ludahnya.
“This is your daddy, my love. Draco adalah ayahmu” mata Ara membulat dan berbinar, dia melihat Draco sekali lagi, namun kali ini dengan senyuman.
“Kau ayahku?” Draco mengangguk canggung dan mendekat lebih dekat kearah Ara.
Dari jarak sedekat ini, Draco dapat melihat iris mata yang hanya dimiliki keturunan Malfoy, dan walaupun warna rambut Ara sedikit gelap yang mungkin dikarenakan campuran rambut ibunya, dia yakin jika gadis cantik didepannya adalah putrinya.
“Hello Ara” Draco duduk di kasur Ara dengan canggung
“Hello Mr.Draco, can I pwease call you daddy?” Hermione menatap langit-langit rumah sakit lalu ke lantai, menahan air matanya.
Draco bersumpah akan memberikan sedikit ceramah untuk Hermione setelah ini karena menyembunyikan sebuah keajaiban darinya selama ini.
“Y-yes. You can call me Daddy” mata pria blonde itu membulat ketika kedua tangan mungil itu terulur untuk memeluk pinggangnya.
Dengan hati-hati, Draco melepas pelukan Ara untuk membawa gadis itu ke pangkuannya dan memeluknya lebih erat.
Draco memperhatikan infus yang mengalir ke tangan putrinya, kukit alabaster Ara jauh lebih pucat cenderung kuning daripada Draco, dan surai blondenya sangat halus di tangan Draco.
“Kau sudah makan?” tanya Draco asal saat dia melihat mangkuk rumah sakit disamping kasur Ara.
Ara mengangguk dan menatap Hermione.
“Mrs.Hawkins menyuapiku mummy”
“Mrs.Hawkins ada disini tadi?” Ara mengangguk.
“Baiklah, mummy akan ucapkan terima kasih untuknya nanti”
Ara melepas pelukannya dengan Draco dan menatap iris mata ayahnya.
“Mata kita sama” Malfoy muda itu tersenyum lalu mengusap pipi Ara.
“Ara, sudah waktunya minum obat. Mummy harus mengurus sesuatu dulu, dan sebelum Ara bangun, mummy sudah ada disini” wanita brunette itu mengecup puncak kepala Ara.
“Pwomise?” ara mengangkat jari kelingking kecilnya keudara, membuat Draco menatapnya bingung.
“Promise” Hermione menautkan jari kelingkingnya dengan jari Ara dan mengecupnya.
Hermione mempersilahkan Draco untuk duduk di sofa diseberang kasur, matanya masih tertuju pada ibu dan anak yang berpelukan diatas kasur, sang ibu memegang sebuah buku usang di tangannya dan dia bisa melihat Ara mulai tertidur setelah beberapa halaman.
Hermione menutup bukunya dan mengecup dahi Ara sebelum menarik selimutnya hingga ke dada Ara.
Dia menggigit bibir bawahnya menyadari jika pria di ujung ruangan menatapnya sejak awal.
“keluar. Aku tidak bisa berteriak disini” suara husky itu akhirnya keluar setengah berbisik dari mulut Draco.
Hermione mengikuti Draco yang keluar dari ruangan dan mereka sudah berada di koridor diluar kamar Ara.
Pria itu melihat keadaan sekitar yang sepi dan merapalkan silencing charm.
“How fucking dare you Granger! Kau menutupi fakta bahwa aku memiliki seorang putri?”
Benar.
Draco ingin berteriak, lebih tepatnya memaki wanita brunette itu.
“aku punya alasanku Malfoy” jawab Hermione yang masih terlihat tenang.
“katakan padaku” ucap Draco mulai menyamakan ketenangan Hermione sambil melipat tangannya di dadanya.
“Kita masih terlalu muda dan bodoh saat itu Malfoy, aku sadar jika itu hanya kesalahan bagimu—” tatapan Draco menajam.
“Kesalahan? We're shagged for a year, Granger. Kau bisa katakan itu kesalahan jika kita hanya tidur satu kali di malam musim panas atau liburan natal saat tidak ada murid lain di Hogwarts. Tapi tidak, kita sudah tidur bersama sejak awal tahun kedelapan kita dimulai. Satu tahun Granger, one fucking year”
“Tapi kita tidak bersama Malfoy, kau tidak dalam kondisi harus bertanggung jawab untuk konsekuensi yang kita lakukan.”
Ah.
Saat tahun kedelapan dimulai, Hermione dan Draco terpilih sebagai Head Boy dan Head Girl. Menempati asrama yang sama, common room yang sama, dan kamar mandi yang sama selama satu tahun penuh, ditambah dengan tensi sexual yang membludak diantara mereka.
Namun Draco tidak pernah mengatakan apapun tentang hubungan mereka, dan Hermione pun tidak bisa mengkonfirmasi apapun, karena Draco sudah dijodohkan dengan Astoria Greengrass.
“kau tau jika aku tidak pernah ingin menikah dengan Astoria” Hermione tertawa sambil menggelengkan kepalanya.
“But you did it anyway, you married to her”
“No. Aku menikah dengan Daphne” mata Hermione membulat lebar.
Hermione mengenal Daphne Greengrass, pewaris utama keluarga Greengrass itu satu angkatan dengannya dan Draco, atau lebih tepatnya, dia sahabat pria blonde dihadapannya.
Rambut blonde, mata biru dan keanggunan para gadis Pureblood yang memikat.
Tentu saja Draco akan tetap menikah walaupun bukan dengan Astoria.
Gryffindor princess itu masih terdiam, dia belum memiliki nyali untuk mengatakan apapun.
“Kapan prosedurnya dimulai?” mantan Gryffindor itu menunjukkan wajah bertanya maksud kalimat Draco.
“Oh” ucap Hermione ketika dia menyadari maksud Draco.
“Aku harus kembali ke Manor, setelah itu aku akan kembali—”
“Look Malfoy, ini—ini bukan keputusan yang mudah. Aku tau aku membuat kesalahan dengan memintamu memberikan sebagian hati mu untuk putriku secara tiba-tiba, tapi aku akan mengerti jika kau ingin meminta persetujuan istrimu atau—” alis Draco menyatu, emosi mulai memenuhi rongga dadanya.
“She's my daughter. Jika dia memerlukan seluruh hatiku, maka akan kuberikan padanya. Kau tidak punya hak untuk mengatakan apapun tentang keputusanku setelah ini Granger” Draco mengangkat jari telunjuknya dan menunjuk wajah Hermione.
“lalu apa yang akan dikatakan istrimu saat dia melihat bekas lukamu nanti?”
“fuck her”
“Apa kau bisa menjamin jika orangtuamu tidak akan mengambil Ara dariku Malfoy? Menodai nama Malfoy yang suci dan agung, aku membawa seorang anak half-blood ke dunia ini” suara Hermione bergetar
Inilah ketakutan terbesar Hermione.
Jika keberadaan Ara diketahui oleh keluarga Malfoy atau publik dunia sihir, maka akan ada skandal tak berujung dan gadis kecilnya akan diekspos.
“Dan—apa yang akan kau lakukan ketika media mulai mencetak hal buruk tentang Ara? Ketika orang mulai berbisik tentang putriku?” Draco mengepalkan kedua tangannya, wajahnya datar namun kedua alisnya bertaut.
“Aku akan urus itu” jawabnya cepat, Hermione menggeleng.
“Sampai kapan?” pertanyaan Hermione membuat Draco menatap lekat lagi amber cokelat Hermione
“Kau akan menghilang lagi setelah ini” hermione meneguk ludahnya, dia menunduk sambil menahan isak tangis yang akan keluar dari tenggorokannya.
Itu bukan sebuah pertanyaan, itu sebuah pernyataan.
Pernyataan yang sudah diketahui oleh Draco.
“Kau akan membawa pergi Ara dariku dan kali ini, kau akan memastikan jika tidak akan ada yang bisa menemukanmu. Benar Granger?” wanita itu masih menolak untuk menjawab, Draco tertawa pahit.
“Kenapa kau pergi? Pagi itu, di hari kelulusan, kenapa kau tiba-tiba menghilang?” tanya Draco lagi
“hari itu, aku tau jika aku mengandung Ara”
Hening.
Draco menutup matanya.
“apa yang Lucius katakan padamu?” pertanyaan itu membuat mata Hermione membulat, dia menggelengkan kepalanya lalu menghapus air mata di pipinya.
Bagaimana Draco bisa tau?
“Jawab aku Granger, jika tidak aku akan memaksamu menelan veristaserum”
Hening.
Hermione masih menolak untuk bicara.
Maka Draco tidak memiliki pilihan lain.
“Legilimens” gumamnya sambil menatap mata Hermione lekat lalu menutup matanya.
Hermione yang sadar jika pikirannya sedang didobrak paksa oleh Draco, duduk merosot di lantai.---
Melewati berbagai kenangan Hermione, ketika mereka berjalan pertama kalinya di koridor kosong Hogwarts saat berpatroli, saat Draco memutar tubuh Hermione di lantai dansa saat pesta ulang tahun Draco di Malfoy yang diadakan saat liburan musim panas, dan Draco berhenti di kenangan Hermione duduk berhadapan dengan Lucius Malfoy di asrama mereka.
Ayahnya, memiliki akses untuk bisa mengunjungi Hogwarts melalui jaringan floo di kantor McGonnagal, maka tidak heran jika Lucius langsung tiba ketika mendengar kabar jika putra satu-satunya mulai bermain dengan 'api'.
“kudengar kau memiliki sesuatu dengan Draco, miss Granger?” tanya Lucius mengintimidasi.
Hermione duduk dengan tenang, matanya menatap Lucius seakan dia tidak takut sedikitpun pada pria dihadapannya.
“tidak sir, tapi aku menyukai Draco. Dia laki-laki yang lebih baik dibalik sikap kekanakannya” Lucius menyeringai.
“Begitu” Hermione mulai bergerak di sofanya.
“Mr.Malfoy, jika tidak ada hal lain yang ingin kau sampaikan, kau bisa menunggu Draco disini, aku harus ke perpustakaan”
“aku tidak menunggu Draco” mata Hermione lagi-lagi menatap Lucius, namun dengan sedikit bertanya-tanya.
“kau tentu sudah tau jika Draco adalah anak manja yang lahir dengan sendok perak di mulutnya, dan nama Malfoy di pundaknya. Kau pasti mengerti artinya, benar? Seluruh warisan, kolega, dan bisnis akan diturunkan langsung padanya.” Pundak Hermione menegang.
“Saat kudengar jika dia berniat melakukan sesuatu yang bodoh, aku berpikir—” Lucius menatap Hermione dengan ekspresi yang terlihat seperti mengejek, dan jijik?
“Bagaimana jika dia kehilangan semua itu dalam jentikan jari?” amber Hermione perlahan membulat lebar.
“Tanpa kekuasaan, uang, ataupun popularitas yang dia dapat dengan membawa nama Malfoy, kau pikir dia bisa mendapat tempat di dunia sihir sebagai mantan pelahap maut? Dan jangan kau paksakan untuk berpikir jika Draco akan bersedia tinggal di duniamu, tanpa sihir. Mengingat jati diri dan harga dirinya, dia akan lebih memilih mati”
“So tell me, Miss Granger, apa kau bisa mengatasinya?”
Hermione terduduk di sofa, kalimat ayah dari pria yang selalu memeluk dirinya ketika tidur agar tidak mendapat mimpi buruk itu membuatnya pusing dan air mata menumpuk di matanya, membuat rasa seperti tertusuk oleh ribuan jarum kecil yang menyakiti dadanya.
Percakapan itulah yang membuat Hermione memutuskan untuk pergi sebelum matahari bersinar di hari kelulusannya, meninggalkan Draco yang tertidur di kasur Hermione."Goodbye Draco" bisiknya sambil mengecup dahi Draco sebeluk dia berjalan keluar dari asramanya, keluar dari Hogwarts, dan berapparate sejauh mungkin.
To be Continued

KAMU SEDANG MEMBACA
Piece Of Her
RomanceKumpulan kisah (one shot dan series) yang diceritakan dari sudut pandang dua orang manusia.