28

102K 2.9K 279
                                    

"Kamu pemuda yang di tawuran itu kan?"

"Ehh, ternyata masih diingat aja. Emang muka saya nggak akan terlupa dah."

Nira hanya mencibir dengan kelakuan lelaki muda itu. Kepedeannya sungguh tingkat halu.

Tanpa berkata apapun lagi, Nira langsung berbalik, lalu menutup pintu kamarnya. Terdengar suara lelaki muda itu memanggil, yang tak dihiraukannya.

Masa bodo dengan lelaki itu. Nira hanya ingin tidur seharian ini. Balas dendam. Cuma semalam di apartemen dosennya, sudah membuatnya susah tidur. Bagaimana kalau nanti ia tinggal di sana seumur hidup? Apa mungkin nggak akan pernah bisa tidur? Jadi zombie dong nanti?

Nira jadi bergidik ngeri dengan pemikirannya sendiri.

Setelah membersihkan diri, Nira mengganti bajunya dengan pakaian tidur. Ia menyalakan AC dan langsung memeluk guling tercinta.

"Nggak ketemu kamu semalam aja, aku udah rindu loh. Di tempat pak dosen nggak ada guling kayak kamu. Oiya, pantesan aku jadi nggak bisa tidur nyenyak. Sudah terjawab deh, apa penyebabnya. Karena aku nggak meluk kamu. Uhhh, kangen kangen," monolognya.

Untung saja, pekerjaannya kemarin sempat dirampungkan, walau sempat dipaksa untuk segera ditinggalkan oleh pak dosen. Kalau tidak, mungkin saat ini, ia tidak akan tenang nggak masuk kerja.

Biar deh. Bosnya sendiri yang nyuruh begitu.

Setelah menguap beberapa kali, akhirnya Nira menjemput alam mimpi.

***

Suara gedoran pintu, membangunkan Nira dari mimpi indahnya. Padahal nih ya, ia baru saja mau ditraktir Sehun, makan sate. Baru juga mau disuap, eh jadi kebangun.

Sedikit kesal, Nira beranjak dari tempat tidur. Ia akan mengomel siapapun orang yang sudah membangunkannya.

Melirik jam dinding sejenak, ternyata ia sudah tertidur lumayan lama.

Suara gedoran pintu semakin tak sabar, membuat Nira kesal. "Sabar, oiii."

Ketika membuka pintu, cengiran seorang lelaki muda, berkaos hitam dengan celana jeans robek di bagian lutut, membuat Nira mengernyit.

"Mbak, saya baru beli nasi goreng loh. Kita makan bareng yuk. Mumpung masih panas loh," ucapnya langsung nyelonong masuk tanpa disuruh.

Dengan tanpa merasa bersalah, lelaki itu mengambil piring dua beserta sendoknya. Tak lupa gelas dua yang sudah diisi air putih.

"Ayok, mbak. Kita makan. Nggak usah malu-malu. Anggap aja rumah sendiri," cengirnya. Dengan santai lelaki itu mulai menyuap nasi goreng yang baunya memang sukses membuat Nira lapar.

Ia kan cuma baru makan roti doang tadi pagi, apalagi sekarang sudah sore. Pantesan saja kalau perutnya mulai berdemo.

Tapi kalau ikutan makan, apa nanti lelaki ini nggak bakal kegeeran?

"Sudah. Jangan banyak berpikir. Sini makan. Nanti nasi gorengnya keburu dingin, jadi nggak enak loh."

Setelah menutup pintu, dengan sangat terpaksa, Nira mendekati lelaki itu, dan duduk saling berhadapan. Sedikit menggeser tubuhnya agar tak terlalu dekat.

"Nggak kamu jampi-jampi kan makanannya?" tuding Nira seraya menatap lelaki itu dengan sinis. Kalau nanti makanan ini mengandung pelet kan bahaya.

"Yaelah. Emang masih zaman begituan? Sorry, orang ganteng nggak perlu maen begitu pun, para gadis sudah mengantri panjang," jawabnya dengan pongah.

Nira hanya memutar bola mata dengan kesombongan lelaki ini. Ya memang cukup diakui, lelaki ini nggak jelek amat.

Setelah berdoa, Nira mulai menyuapkan nasi goreng ke mulutnya. Ia sedikit terkejut dengan rasanya. Ternyata beneran enak.

Omku MesumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang