24

127K 3.5K 145
                                    

"Dih, ogah."

"Kenapa ogah?" Arsen makin mendekatkan wajahnya, membuat Nira ikut memundurkan wajahnya.

"Belum muhrim. Lagian katanya nggak nafsu sama saya. Ini sedari pagi malah mepet-mepet mulu. Bahaya ini."

"Bahaya kenapa, hemm?" tatapan smirknya membuat Nira merinding.

"Kan katanya bapak nggak akan nyentuh saya."

"Kapan saya bilang gitu? Masa punya istri dianggurin."

"Loh, emang saya jadi istri beneran?"

"Hemmm, maunya?"

"Sepertinya hormon bapak lagi naik. Bahaya nih."

"Bahaya?"

"Pak, saya engap ini. Mepet mulu sih." Nira berusaha mendorong tubuh Arsen, tapi yang didorong tak bergeming sedikitpun.

Wangi parfum Arsen yang begitu dekat dengan hidungnya, membuat Nira sedikit tak bisa berkonsentrasi. Bisa-bisa pikiran warasnya ikut jebol kalau terus begini.

Melihat Nira terdiam memandangnya, Arsen semakin merapatkan diri. Melirik sekilas ke bibir Nira yang terlihat memerah alami.

Sialan! Mau niat iseng, malah dirinya sendiri yang tak bisa menahan diri. Apalagi bila ingat kejadian tadi pagi, melihat Nira dengan lelaki lain, membuatnya jadi kesal setengah mati.

Tanpa sadar, bibirnya sudah mendarat di bibir gadis di hadapannya. Ia terdiam sejenak menunggu respon, Nira hanya terdiam, membuat Arsen akhirnya berani untuk meneruskannya.

Ia melumatnya sebentar bibir gadis yang hanya diam terpaku itu, Nira ingin protes, tapi yang ada ketika membuka mulutnya, malah memberi kesempatan Arsen untuk mengeksplor lebih.

Biasanya Nira hanya melihat adegan seperti ini di film drakor atau di film romantis lainnya. Dan sekarang ia sendiri malah merasakannya.

Arsen seperti menuntunnya, untuk ikut membalas apa yang dilakukannya. Dengan sedikit ragu akhirnya Nira mengikuti apa yang Arsen lakukan padanya.

Rasanya ... menyenangkan. Membuat anggota tubuhnya yang lain ikut merespon. Membuatnya jadi ingin lebih dari ini.

Tanpa sadar tangannya mengalungkan diri ke leher Arsen untuk memberi akses lebih.

Arsen mengangkat Nira ke atas meja dapur, lalu membaringkannya. Hanya suara decakan yang meramaikan suasana hening di ruangan dapur minimalis itu.

Mata Nira mulai berkabut, bahkan napasnya mulai memburu. Ada sesuatu yang aneh yang tubuhnya rasakan. Dan itu membuatnya tak nyaman.

Arsen mulai mengeksplor lehernya. Membuat Nira tak sadar mengeluarkan desahan.

Napas Arsen ikut memburu mendengar desahan wanitanya. Dan sesuatu di bawah sana mulai terasa sesak.

Ketika Arsen ingin membuka kancing kemeja wanitanya, seketika Nira tersadar. "Pak ... jangan. Belum sah ini," ucap Nira sedikit terengah, bersusah payah mengeluarkan suara.

Arsen yang sudah menginginkan Nira lebih jauh, ikut tersadar. Ia lalu memandang Nira yang sudah berada di bawahnya dengan tatapan melasnya.

Ah, sial! Terpaksa ia harus mandi dingin untuk meneruskannya. Tak mungkin ia tega melakukan hal yang tak pantas kepada Nira, lalu memaksakan kehendaknya. Hampir saja dirinya lupa diri.

Arsen mengusap wajahnya dengan kasar. Lalu pergi begitu saja menuju kamarnya. Meninggalkan Nira yang kebingungan.

"Fyuhh, hampir saja khilaf." Nira bangkit dari rebahannya, lalu merapikan bajunya yang sedikit berantakan. "Pak Arsen memang berbahaya. Kalau nanti udah nikah terus aku di unboxing seperti ini, gimana ya? Padahal kan bilangnya dia nggak akan nyentuh. Kok seperti meragukan ucapannya itu."

Nira melirik kompor dan teringat akan tujuannya. Perutnya mulai berbunyi kembali. "Haduh, lapar lagi ternyata."

Nira jadi berpikir, ia harus melakukan sesuatu agar hal ini tak terulang.

***

Kan kan, hampir aja mereka khilaf🙈

Yang mau baca kelanjutan cerita:

- majikan hot
- aku berubah seksi
- diajak nikah brondong
Dan cerita lainnya, bisa mampir ke KBM app yaa. Cuma ada di sana kelanjutannya.😁

Omku MesumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang