WARNING 21+
Nira memiliki sebuah rahasia masa lalu yang selalu ditutup dengan rapat. Hingga tiba-tiba hadir seseorang yang secara ajaib mengetahui semua rahasia masa lalunya. Membacanya seperti buku yang terbuka.
Sebuah lap serbet mendarat di muka Nira. "Ish, ibu ...."
"Kenapa ngomongnya dadakan begini? Emang nggak perlu persiapan apa? Ish, ini bocah."
"Ya emang yang mau ngelamar datangnya juga dadakan sih," gerutu Nira.
"Mana ada begitu. Kamunya aja kali yang lupa nggak ngomong. Eh, tapi kamu nggak ngelakuin hal aneh kan? Jangan-jangan kamu hamil?" tuduh sang ibu dengan tatapan penuh selidik.
"Ya enggaklah Bu," elak Nira. "Pacaran aja belum pernah," cicitnya dengan pelan.
"Bagus deh. Awas aja kalau kamu macam-macam."
Nira hanya mencibir lalu merogoh dompetnya dan memberikan sejumlah uang. "Uang segini cukup nggak Bu untuk menyambut makan tamu? Sekalian kita belanja baju seragam."
Ibunya menerima dengan terheran. "Ini kamu bisa punya uang sebanyak ini dari mana?"
"Dikasih sama calonlah, Bu."
"Berarti calon kamu banyak duitnya dong."
"Embuh." Nira langsung ngeloyor ke kamar untuk menghindari pertanyaan lebih lanjut. Ia sudah pusing dengan lamaran dadakan ini. Ditambah pertanyaan beruntun dari sang ibu membuat kepalanya makin berdenyut.
Pak dosen nyebelin emang. Semua serba dadakan begini. Ibunya aja kaget apalagi dirinya.
Nira merebahkan diri di ranjang seraya menatap langit-langit kamar. Baginya pernikahan itu bukan hal yang bisa dipermainkan. Tapi bila kondisi seperti yang Nira alami saat ini, entah bagaimana dirinya harus merespon. Mana nggak bisa ditolak pula. Hilihh.
Nira mengambil ponsel, mencari nomor kontak Arsen.
[Pak, eh kak eh ... aku manggil apa coba enaknya. Kesininya besok jam berapa?]
Nira menunggu balasan seraya memainkan rambutnya. Ponsel yang bergetar langsung ia lihat.
[Kenapa?]
[Kan biar saya bisa persiapan di sini. Terus makanan yang tersaji juga tidak terlalu dingin. Masih hangat gitu."
[Paling sekitar jam sepuluh.]
[Sekalian makan siang di sini berarti ya.]
[Tergantung. Menarik apa tidak masakannya.]
[Hihh, sok dasar. Mau dimasakin apa? Ibuku pintar masak loh. Sekalinya makan pasti bikin nagih.]
[Ah, masa.]
[Jadi mau dimasakin apa?]
[Apa ajalah.]
[Beneran ya? Nanti aku masakin pepes batu bata baru tau rasa.]
[Ya makanan apa aja boleh. Ya kali batu bata. Emang aku kuda lumping.]
[Kakaknya kuda lumping.]
[Udah sana. Saya masih kerja.]
[Ish ish. Aku dong mau tidur.]
[Budu amat.]
Aishhh, lelaki begini beneran bakal jadi suaminya? Bisa mati muda kalau begini caranya.
"Tidur aja deh. Daripada pusing," gumamnya.
***
Hari yang dijanjikan pun tiba. Nira sudah bersiap dengan memakai kebaya warna dusty, dengan dandanan ala kadarnya. Rambutnya ia gelung ke atas. Sungguh ia tak suka kalau harus pake make up ke salon. Nira make up sendiri dengan nyontek di youtobe.
"Mayanlah irit. Daripada dandan ke salon mending duitnya buat yang lain." Nira terkikik sendiri dengan pemikirannya. Lumayan sisa uang yang dikasih Arsen masih banyak. Bisa buat keliling Indonesia.
Ibunya pun sudah selesai masak dan menata makanan di meja dengan rapi.
Nira keluar kamar dan dipandangi ibunya dengan aneh.
"Kenapa, Bu? Kok kayak aneh gitu lihatinnya?" Nira menilisik dirinya dari atas ke bawah, takut kebaya yang dipakainya ada yang aneh.
"Lihat kamu rapi gini jadi keliatan ceweknya," jawab sang ibu dengan jujur.
"Ish, kalau ngomong kenapa suka bener. Hihihi. Ibu juga cantik."
"Udah di mana calon kamu?"
"Katanya udah jalan tadi sih."
Nira bolak-balik melihat ke luar. Sedari tadi menanyakan keberadaan Arsen sudah sampai mana.
"Ih, kenapa aku jadi kayak calon istri beneran coba." Merasa ada yang salah dengan kelakuannya, Nira pun berhenti dengan tingkah konyolnya, lalu mencoba menyalakan televisi untuk mengurangi gelisah.
Suara deru mobil yang memasuki halaman membuat perut Nira semakin tak keruan. Mungkinkah itu Arsen?
Dengan berdebar Nira melongok dari kaca jendela.
***
Syelalu lama. Maaf yo.😁😁😁
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yang mau baca semua kelanjutan ceritaku bisa ke KBM app ya. Di sana aku bakal posting semua cerita sampai timit. Termasuk cerita ini juga nantinya.
Ini nama akun di sana. Diajak nikah brondong pun udah aku tamatin di sana. Kuyylah ramaikan.😁😁