5

476K 6.7K 286
                                    

"Kok dari suaranya seperti nggak asing. Tapi siapa ya ...," gumam Nira.

"Perkenalkan nama saya Arsen Lintang Prasetya. Mohon kerjasamanya semua."

"Arsen. Kok namanya seperti pernah denger." Nira mencoba berpikir keras untuk mengingat siapa lelaki tersebut. Kenapa sepertinya terasa familiar. Ia mencoba berjinjit untuk melihat sosok itu, tapi kerumunan para karyawan yang memenuhi aula begitu sulit untuk ditembus. Hingga akhirnya ia pun menyerah. "Aku ke ruangan ajalah. Daripada nggak bisa lihat tampang manager baru."

Nira mencoba menyelinap keluar dari aula. Lebih baik ia mulai bekerja daripada bengong tidak jelas. "Nanti juga aku bakal ketemu."

Setelah berhasil kabur, Nira melangkah menuju ruangannya di lantai tiga. Banyak kerjaan menumpuk yang sudah menantinya.

Sepertinya ia akan lembur.

***

"Nira kemari kamu." Pulang sekolah adik mamanya tersebut sudah berada di rumahnya. Membuat Nira tak bisa menghindar lagi. Dengan langkah takut ia mendekati omnya.

"Ada apa, Om?" tanya Nira sedikit menjaga jarak.

Tak disangka ia ditarik hingga dirinya berada di pangkuan. Lalu dengan cekatan omnya itu menarik celana dalam Nira. "Jangan teriak!" titahnya.

Nira tidak tau apa yang omnya lakukan. Tapi setelah celana dalamnya di tarik seperti ada sesuatu yang memasuki area sensitifnya.

Dan rasanya membuat bulu kuduk Nira meremang. Dia seperti dibawa melayang.

"Nikmati saja. Kamu pasti akan ketagihan. Enakkan?"

Nira tidak bisa menjawab. Pinggangnya meliuk-liuk seiring dengan sesuatu yang aneh di dalam sana yang memasukinya.

"Ini baru jari. Kalau punya om yang masuk akan lebih enak lagi," bisiknya.

Mata Nira terpejam. Merasa aneh dengan respon tubuhnya. Ada yang berkedut di bawah sana dengan sensasi yang luar biasa. Membuatnya tanpa sadar mengeluarkan desahan.

"Ahhh ...."

"Mendesahlah dengan merdu. Om suka mendengarnya."

Gerakan di bawah sana semakin cepat membuat Nira seperti ingin buang air kecil. Ia mencengkram lengan omnya untuk pegangan. Hingga dirinya merasa seperti mengeluarkan sesuatu.

"Astaghfirullah!" Nira terbangun dari tidurnya dengan keringat yang membanjir. Mimpi itu mulai berdatangan lagi. Mimpi kelamnya.

"Aku ... masih perawan nggak yaa," gumamnya. Nira tidak paham dengan apa yang dilakukan omnya. Hal itu pula yang membuat dirinya bertanya-tanya hingga kini. Ia ingat itu terjadi ketika dirinya masih SD. Saat itu kondisi rumah sepi. Tapi seingat Nira ada ibunya di dapur. Yang membuat Nira heran apakah ibunya tidak curiga sedikitpun.

"Semoga saja tawaran pak dosen nanti bisa membuatku bisa menghilangkan bayangan kelam di masa lalu," lirihnya.

***

Ngobatin kangen. Dikit dulu yaa

Omku MesumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang