"Malah pingsan pula ini bocah. Lihat dada telanjang aja begitu responnya, gimana lihat yang lain." Arsen hanya bisa menggeleng dengan kelakuan Nira. Ditanya baju ganti malah pingsan.
Arsen mengangkat tubuh Nira tanpa kesulitan, lalu meletakkannya dengan pelan di atas kasur. Terpaksa ia memakai kemejanya lagi daripada nanti Nira pingsan kembali saat melihatnya tak memakai baju.
Ia celingukan mencari sesuatu yang bisa dioles agar Nira terbangun. Seperti minyak angin atau sejenisnya.
Nihil.
"Tak ada kotak P3K atau apa gitu. Hadeuh menyusahkan sekali," gumamnya.
Alih-alih mencari yang dibutuhkan, Arsen malah mengambil sepotong pizza lalu menyalakan televisi untuk mengusir sepi. Cacingnya sudah keburu berdemo, dari siang ia memang belum sempat makan. "Biarin deh. Nanti juga kebangun sendiri."
Walau tak ada acara yang menarik, setidaknya ada yang menemaninya makan.
Setelah menghabiskan tiga potong pizza, wanita di sampingnya pun akhirnya terbangun.
"Saya kenapa, Pak? Kok jadi tiduran di sini?" tanya Nira dengan suara sedikit serak.
"Emang kamu nggak inget?" tanya Arsen balik.
"Nggak."
"Ah, masa."
"Beneran, ih. Masa boong. Emang kenapa?"
"Yaudah, jadi peer buat kamu kalau gitu," ucap Arsen seraya menghabiskan gigitan potongan pizza terakhir.
"Dihh, nyebelin." Nira hanya bisa mencebik, tapi tak ayal, ia pun jadi berpikir kenapa dirinya bisa tertidur. "Eh, bapak nggak macam-macam kan selagi saya tidur?" tanya Nira dengan ekspresi horor.
"Emang kamu mau saya apain?" tanya Arsen balik dengan senyum jahil.
Nira menatap Arsen lama, mencari sesuatu yang mencurigakan dari sorot matanya. Tapi tak terlihat apapun. Malah semakin Nira perhatikan, netra coklat lelaki di hadapannya begitu indah.
Entah apa umpama yang bagus untuk mengekspresikannya, tapi yang jelas, Nira tak ingin berpaling.
Pletak!
"Aduhhh!" Nira mengusap jidatnya yang terasa sakit. "Kok saya disentil sih, Pak. Nyeri tau."
"Lagian gitu amat lihatinnya. Kayak nggak pernah lihat cowok ganteng aja," ucapnya dengan alis dinaik turunkan.
"Ternyata aslinya bapak tuh genit banget ya. Hadeww."
"Manggilnya bapak bapak mulu. Emang saya bapak kamu."
"Terus apa dong? Om? Cocok juga tuh."
"Sejak kapan saya nikah sama Tante kamu."
"Kakek?"
"Emang saya setua itu?"
"Elahhh, pusing saya jadinya mau manggil apa. Dahlah. Saya mau lanjut tidur. Kenapa bapak masih belum pulang juga?"
"Kamu ngusir saya?"
Nira hanya terdiam. Malas menjawab. Ia pun berdiri, lalu menuju meja. "Kalau gitu mari kita habiskan semua makanan ini ditemani nonton drakor terbaru?" kedip Nira.
"Nah, kalau itu saya setuju."
Nira mencebikkan bibirnya begitu mendengar jawaban Arsen. "Kayak ngerti aja nonton drakor," gumamnya.
***
Nira menggeliat ketika film yang ditontonnya sudah masuk episode terakhir. Ngantuk tapi penasaran. Hingga tanpa sadar jam dinding sudah menunjukkan angka tiga dini hari.

KAMU SEDANG MEMBACA
Omku Mesum
ChickLitWARNING 21+ Nira memiliki sebuah rahasia masa lalu yang selalu ditutup dengan rapat. Hingga tiba-tiba hadir seseorang yang secara ajaib mengetahui semua rahasia masa lalunya. Membacanya seperti buku yang terbuka.