Nira menatap horor Arsen yang malah nyengir tak jelas menatapnya. Dengan alis yang dinaik turunkan.
Sekarang saja lelaki itu sudah mulai berani pegang-pegang, gimana nanti? Membayangkannya saja Nira sudah merasa ngeri. Bahkan bulu kuduknya langsung meremang.
Tapi bukannya dosennya ini ngajak nikah bukan beneran ya? Harusnya nggak ada acara unboxing bukan? Berarti harusnya aman bukan?
Ya. Harusnya begitu.
Setelah berperang dengan pikirannya sendiri, Nira pun akhirnya memberanikan diri mendekati mami Arsen, lalu mencium tangannya. "Tadi yang saya denger itu bukan beneran kan, Tante?" tanya Nira dengan harap cemas.
"Manggilnya kok masih Tante. Mami dong."
"Eh. I-iya, M-mih."
"Ya beneran dong. Mami nggak mau ya sampe Arsen ngelakuin aneh-aneh, trus khilaf. Ih, amit-amit. Kasihan nanti cucu mami, nasabnya nggak jelas. Duh, jangan sampe deh. Makanya jalan satu-satunya, sebelum terjadi, apa tuh ya istilahnya, Ehmm, sedia payung sebelum hujan, kalian harus dinikahkan secepatnya. Itu lebih baik," cerocos sang mami panjang lebar.
Nira hanya terbengong dengan penjelasan wanita paruh baya yang cantiknya tak pernah pudar oleh waktu ini.
Anak? Nira makin merasa horor membayangkan dirinya punya anak. Proses membuatnya saja ia takut, bagaimana dengan hamil? Melahirkan?
Mendadak kepalanya jadi pusing.
Arsen yang melihat wajah Nira mendadak pucat, dengan sigap langsung menahan tubuh Nira yang hampir meluruh ke lantai.
Maminya terlalu jauh pemikirannya. Bisa gawat ini.
"Eh, kenapa?"
"Mih, jangan ngomong aneh-aneh dulu deh. Takutnya Nira syok."
"Aneh gimana?"
"Ya itu, mami ngomongnya kejauhan."
Arsen mengangkat tubuh Nira dengan mudah, lalu membawanya ke sofa. Nira masih terdiam dengan tatapan kosong.
Arsen mengusap rambut Nira dengan lembut. "Hey, kenapa? Hemm?"
Usapan lembut Arsen, membuat Nira menoleh, lalu menatap netra hitam lelaki yang kini tersenyum lembut kepadanya.
"Saya takut, pak ..."
"Nggak usah takut. Jangan terlalu mikir aneh-aneh. Semua akan baik-baik saja. Trust me?"
Mami Arsen yang tak paham dengan apa yang terjadi, meninggalkan anaknya untuk memberi mereka ruang bicara.
Nira melihat kesungguhan di tatapan itu. Apa mungkin bisa dipercaya? Tiba tiba ada lampu berpijar di kepalanya.
"Saya nggak terlalu yakin pak Arsen bisa dipercaya."
Alis Arsen berkerut menatap Nira, menunggu kelanjutan ucapan wanitanya.
"Saya punya ide."
"Ide apa?"
"Kita harus bikin surat perjanjian, yang isinya Pak Arsen nggak boleh nyentuh saya, sebelum saya izinkan."
"Hemmm, berarti kalau kamu izinkan, nggak papa?"
"Eh, Ehmm, ya nggak gitu juga."
"Terus kayak gimana?" Arsen menahan tawa melihat ekspresi grogi Nira dengan wajahnya yang mulai memerah.
Nunggu dizinkan? Ah, itu sih kecil.
"Ih, pokoknya Pak Arsen harus tandatangan isi perjanjian itu. Nanti saya bikinkan. Kalau sampai dilanggar, awas aja pokoknya," ancam Nira dengan wajah garang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Omku Mesum
ChickLitWARNING 21+ Nira memiliki sebuah rahasia masa lalu yang selalu ditutup dengan rapat. Hingga tiba-tiba hadir seseorang yang secara ajaib mengetahui semua rahasia masa lalunya. Membacanya seperti buku yang terbuka.