37

72.7K 2.4K 157
                                    

Ketika sedang sibuk bertarung dengan pikirannya, tiba-tiba kepala Nira malah terjatuh di pangkuannya.

"Yaelah, dia malah tidur. Kirain merem menikmati sentuhan, eh taunya ke alam mimpi. Apessss!"

Napsu Arsen yang sempat naik malah jadi hilang melihat kelakuan Nira. Bukannya marah, ia malah tertawa geli. Istrinya memang sepolos itu ternyata.

Bisa-bisanya ia yang ganteng begini ditinggal tidur. Mana masih pakai mukena pula. Sepertinya istrinya lelah.

Arsen membuka dengan perlahan mukena yang dipakai Nira. Lalu menggotong dan menaruh wanitanya di atas kasur.

Dengkuran halus malah sudah terdengar.

"Ckckck. Dasar pelor emang."

Setelah membetulkan selimut untuk menutupi tubuh Nira, Arsen malah terpaku memandangi wajah polos yang sedang tertidur itu. Ia sendiri malah belum ada sedikitpun datang rasa kantuk.

Sepertinya ia akan memiliki kegiatan baru yang menyenangkan.

Memandangi istri yang tertidur.

Sepertinya keputusannya untuk menikah tidak terlalu buruk.

***

Nira terbangun dengan kondisi sedikit bingung. Matanya memindai area sekitar seraya berpikir, ia sedang ada dimana? Kok ruangannya asing? Kok bukan dikamarnya?

Suara dengkuran halus disebelahnya membuatnya menengok ke sumber suara.

Kok ada Pak Arsen? Setelah berpikir beberapa menit, Nira hanya bisa membelalakan matanya.

Oiya, kan dirinya sudah menikah. Lalu apa yang terjadi? Kok bisa-bisanya dia lupa.

Apa semalam mereka? Nira membuka selimut yang menutupi tubuhnya, lalu menghela napas lega. Bajunya masih utuh.

"Selamat pagi, Putri Tidur." Suara serak di sebelahnya membuat Nira terkaget.

Jantungnya jadi bertalu tak keruan. Takut Arsen marah karena ia tinggal tidur.

Lagipula, bisa-bisanya ia terlelap begitu saja. Bahkan Nira lupa, kapan terakhir ia tersadar sebelum ke alam mimpi.

"Mikirin apa sih? Keningnya sampe berkerut gitu? Kayaknya berpikir keras sekali. Mikir apa hemmm?" Arsen mengusap kening Nira yang membuat si empunya terkaget.

"Uhm, anu. Maafin ya. Semalam ketiduran," cicit Nira.

"Ohh, lagi mikirin itu sampe berpikir keras banget. Ehmmm, gimana ya, maafin jangan ..."

Nira menangkup kedua tangannya dan memasang wajah memelas. "Please..."

"Hemmm. Mami udah nyewa hotel ini mahal mahal, eh, anaknya malah ditinggal tidur. Kasih tau mami jangan yaa..."

"Ih, jangan dong."

"Trus gimana dong?"

"Ya gimana. Semalam kecapean kayaknya. Ampe nggak sadar kalau tertidur. Itu diluar kuasa saya, Pak."

"Oh, itu bukan alasan yang bisa dipertanggungjawabkan. Kamu harus dihukum."

"Iya iya. Terserah bapak aja kalau saya dihukum. Asal jangan ..."

"Jangan apa?"

"Jangan malam pertama ..." Nira semakin menunduk tak berani menatap wajah Arsen.

"Emang kenapa?" tanya Arsen penasaran.

"Dari novel yang pernah saya baca, katanya begituan itu sakit. Jadinya saya takut," jawab Nira dengan suara pelan.

"Ya kalau emang sakit, nggak bakal ada orang yang mau ngelakuin itu lagi kali. Nggak bakal juga ada yang sampai menjajakan diri untuk para lelaki kesepian." Arsen menatap Nira yang sedang menunduk. Ia ingin tau sampai sejauh mana Nira mampu menyanggah ucapannya.

Nira langsung mengangkat wajahnya lalu menatap Arsen yang ternyata juga sedang menatapnya. Nira pun langsung mengalihkan pandangan ke arah lain, merasa malu ketika mereka beradu pandangan.

Jujur saja, tatapan Arsen itu selalu membuat jantung Nira merasa aneh. Seperti ... sesuatu yang tidak bisa diungkap dengan kata.

Tapi ucapan Arsen ada benarnya. Kalau memang sakit, pasti tidak ada yang ingin melakukannya lagi. Melahirkan yang terlihat horor di mata Nira pun, buktinya banyak yang hamil lagi, melahirkan anak pertama, kedua, ketiga, dst.

Lantas ia harus mempercayai siapa?

Tiba-tiba sentuhan menjijikan om nya berkelebat begitu saja merasuki pikirannya. Membuat Nira langsung memeluk lututnya dengan gemetar.

"Hei, mikir apa sih? Sudah jangan dipikirkan. Jangan mikir aneh-aneh. Saya tidak sejahat itu loh." Arsen membawa Nira dalam pelukannya. Memberikannya rasa hangat dan perlindungan. "Saya juga bukan om kamu. Saya adalah orang yang akan menjaga kamu dan memperlakukanmu dengan baik," bisiknya dengan lembut.

Butuh waktu beberapa menit, hingga Nira akhirnya kembali merespon dan merasakan Arsen begitu dekat dengannya. Tanpa jarak.

Nira selalu melihat ketulusan di mata Arsen, hal itu pula yang membuatnya mau menerima ajakan Arsen, walau dengan iming pura-pura.

Meski terkadang lelaki ini lebih banyak menyebalkannya bila sedang kumat penyakit isengnya.

Nira mengusap pahatan Tuhan yang begitu sempurna ini. Rahangnya yang tegas, matanya, hidungnya, bibirnya, semua yang ada di lelaki ini, Nira menyukainya.

Tangan Nira berhenti sejenak di bibir Arsen. Ia mengusapnya dengan lembut dan pelan. Mengingat kembali rasanya yang pernah tanpa sengaja ia rasakan.

Bola matanya melirik Arsen yang ternyata memang sedang menatapnya intens.

"Mau mencobanya?" tanya Arsen dengan suara sedikit parau.

Nira hanya menatap Arsen dengan penuh kebimbangan.

Haruskah ia bertahan dengan rasa takutnya atau mencoba sesuatu yang baru demi lelaki yang kini sudah berstatus sebagai suaminya itu.

***

Maafkan Nira yang masih galau ya gaes. Kalau aku di posisi Nira sih, Gasken aja ya. 🤭
Pasti pikiran kalian juga sama ye kan ye kan? Muehehehe.

Hai hai, ada yang rindu?
Taqoballahu minna wa minkum ya gaes. Maafin baru sempat update. Lagian aku ga salah juga sih. Kan Lom nyampe 2k.

*Kabuurr

Bab selanjutnya udah aku ketik nih. Mau up nanti aja deh. Nunggu rame dulu. Muehehehe

Buat yang tanya cara cari ceritaku di KBM app, aku kasih link nya nih. Coba di klik barangkali bisa masuk. Kalau masih tidak bisa, klik nama penulisnya aja. Dibawah sudah ada namanya.👇👇

Majikan Hot - Rita Pusmawati
Nesa tak menyangka menerima pekerjaan sebagai kuli cuci malah membuatnya bertemu dengan seorang maji...

Baca selengkapnya di aplikasi KBM App. Klik link dibawah:
https://read.kbm.id/book/detail/659fb046-57ca-5889-02f2-0abf6768d0e5?af=34bfabb7-2720-8990-8b5f-62496a9699a8

Omku MesumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang