[Hei, Nona. Besok kamu datang ke Cafe Cinta ya jam tujuh malam. Berpakaian sopan dan rapi. Saya tunggu.]
Nira mengernyit mendapat chat dari dosen yang akhir-akhir ini mendadak aneh perilakunya. Seperti bukan biasanya. Tapi karena hal tak biasa itu pula yang cukup mampu mengalihkan pikirannya dengan kejadian masa lalu.
[Pakaian sopan itu yang seperti apa sih pak? Saya nggak paham.]
[Astaga! Masa hal sepele seperti itu kamu bisa nggak paham? Are you kidding me?]
[Ini pertanyaan beneran serius pak. Saya nggak paham baju yang seperti apa yang harus sopan itu.]
[Hadeuhh. Bisa darah tinggi kalau kelamaan ngadepin kamu. Gimana kalau nanti hidup bersama. Bisa mati lebih cepat saya.]
[Ya janganlah pak. Saya kan membutuhkan Pak Arsen.]
[Seterah kamu dah. Yang jelas pakai baju yang tidak terlalu terbuka dan sopan. Senyamannya kamu aja.]
[Emang mau ngapain pak? Saya kan harus ngerjain tugas dari Pak Arsen.]
[Ini juga bisa jadi penentu untuk nilai kamu.]
[Seriusan Pak?]
[Iya bawel.]
[Oke deh. Saya akan datang sesuai dengan titah paduka.]
[Good.]
Walau bingung dengan maksud dosennya, tapi Nira harus datang. Bisa-bisa dia nanti dikasih nilai E. Kan horor. Dia beranjak dari duduk lalu berjalan ke arah lemari. Memilah mana yang akan dipakai untuk acara besok.
"Duh, jadi bingung mau pake baju apa. Ternyata aku ga punya baju," keluhnya setelah melihat isi lemari yang bajunya kebanyakan kaos, kemeja, jeans. Tidak ada satupun nyempil baju dress. Setidaknya kan dia harus berpakaian layak mau jalan dengan pak dosen.
"Nggak papa deh baju gini doang juga. Kan kata pak dosen yang penting bajunya sopan. Mau beli juga ga ada duit. Ngapain juga aku pusing mikirin baju," gumamnya. "Pak dosen rasanya ga sepenting itu juga deh."
Setelah menentukan dan memisahkan baju yang akan dipakai nanti, Nira kembali ke kasurnya tercinta. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Matanya sudah lima watt. Lebih baik Nira segera menjemput alam mimpi.
***
[Pak, dimana?]
[Ruang VIP nomor sepuluh. Masuk saja.]
Nira jadi makin heran. Kenapa dia diajak ke ruangan VIP. Kenapa ga diruangan biasa saja? Apa ada sesuatu hal yang penting yang akan dibicarakan? Pikiran Nira penuh dengan pertanyaan yang membuatnya makin penasaran.
"Bisa dibantu, Kak?" tanya seorang laki-laki berpakaian kemeja putih dan celana hitam bahan seraya tersenyum.
"Ehmmm, anu ... ruang VIP di mana ya, Mas? Dengan meja nomor sepuluh," tanya Nira sedikit ragu.
Cafe Cinta malam ini terlihat ramai. Kebanyakan dengan pasangan, ada juga yang datang ramai dengan keluarga. Nuansanya juga terkesan klasik dengan diiringi musik jazz yang mengalun merdu. Membuat Nira cukup takjub dan rileks. Maklum dia baru kali ini memasuki cafe yang sedang hits di kalangan anak muda.
Nira tidak begitu suka keramaian atau ngumpul bareng teman. Kadang ketakutan masih menghantuinya. Tapi entah kenapa ketika Arsen yang mengajak tak ada pikiran ketakutan apapun dibenaknya. Aneh memang.
"Di pojok sebelah sana kak mejanya," tunjuk pramuniaga itu.
Setelah melihat sekilas, Nira berterimakasih karena sudah diantar. Dia pun sudah melihat Arsen yang sedang terduduk dengan muka ditekuk. Merasa aneh dia pun segera mendekat.
Nira mencoba melirik seorang wanita paruh baya yang duduk membelakanginya. Merasa asing dengan sosok itu.
Ketika hampir mendekat, Arsen sudah melihat kedatangannya. Tersenyum, Arsen pun bangkit dari duduknya.
"Hai, Sayang. Kamu udah dateng. Nah, kenalkan ini calonnya Arsen, Mah."
Ucapan Arsen membuat Nira terbelalak kaget.
Apa-apaan ini!!
***
Doakan idenya lancar ya gaes. Biar bisa sering update. 😬

KAMU SEDANG MEMBACA
Omku Mesum
Literatura KobiecaWARNING 21+ Nira memiliki sebuah rahasia masa lalu yang selalu ditutup dengan rapat. Hingga tiba-tiba hadir seseorang yang secara ajaib mengetahui semua rahasia masa lalunya. Membacanya seperti buku yang terbuka.