7

412K 6.7K 703
                                    

"Ish, Bapak pikirannya mesum ya?" tuduh Nira sambil menutupi anggota tubuhnya.

"Kamu kan tanya. Saya kan hanya memberi solusi yang terbaik. Biar kamu ga penasaran juga kan?"

"Cobain itu maksudnya gimana? Emang bapak mau nikahin saya?"

"Dihh, ngebet amat pengen nikah ma saya."

"Ya, kan saya cuma tanya." Bibir Nira mengerucut kesal. Lelaki ini kalau bukan dalam mode serius memang suka menyebalkan.

Tanpa Nira ketahui, ternyata Arsen sudah mengikis jarak mereka. Ia mendekatkan diri ke telinga gadis itu, lalu berkata, "Untuk mencoba kan nggak perlu nikah dulu, hemmm?"

Bulu kuduk Nira meremang mengetahui dosennya berada dalam jarak yang begitu dekat dengannya. Sapuan napasnya berada di pundaknya.

"Kamu nggak takut dengan saya?" Hidung mereka nyaris bersentuhan. Membuat Nira sedikit sulit untuk bernapas. Perpaduan wangi maskulin dan aroma mint dari bibir Arsen membuat tubuh Nira gemetar.

"Saya juga nggak tau, Pak. Kenapa dengan Pak Arsen saya merasa nggak takut. Malah ingin yang lebih."

Cup!

Nira mengecup bibir dosennya sekejap, lalu segera menariknya kembali. Sungguh perbuatan nekat. Lagipula suka mancing banget kelakuan dosen satu ini. Seperti menantang. Membuat Nira gemas.

Entahlah. Bersama lelaki ini kenapa traumanya tidak berlaku. Seperti menemukan kenyamanan yang tak bisa diungkap dengan kata.

Nira memandang dengan takut Arsen yang terdiam. Dia menggigit bibirnya untuk mengalihkan ketakutannya. Kalau dosennya marah bagaimana? Nira jadi malu sendiri.

Baru saja wajahnya hendak berpaling, tangan lelaki itu menahannya.

"Bukan begitu caranya. Akan saya tunjukkan seperti apa tutorial yang baik."

Belum sempat mencerna apa maksud ucapan sang dosen, bibirnya langsung dibungkam oleh sesuatu yang lembut.

Arsen menciumnya.

Nira hanya mampu terpaku saat lelaki itu melumat bibirnya dengan lembut. Sebelum kemudian lama kelamaan menjadi semakin menuntut. Membuat Nira sedikit kewalahan untuk mengimbanginya. Ia pun mulai membalas apa yang Arsen lakukan.

Sensasinya sungguh menyenangkan.

"Saya harus mengajar. Kalau tidak mungkin saya bisa lepas diri lalu mencoba apa yang kamu tanyakan tadi."

Nira berusaha meraup oksigen sebanyak mungkin. Napasnya serasa hampir habis akibat perlakuan Arsen yang mendadak. Napasnya tersengal.

"Lah, kan Bapak sendiri yang menawarkan jadi tempat saya cerita. Kenapa jadi Bapak yang tidak bisa menahan diri. Malah nyalahin pula." Nira merasa bibirnya sedikit bengkak. Bahkan kancing kemejanya sudah terbuka dua. Sejak kapan? Pikirnya bingung.

"Ternyata saya tidak sekuat itu. Mending jangan dekat saya dulu deh. Bahaya. Sepertinya hormon saya sedang naik sehingga sedikit sulit untuk mengontrolnya. Lagipula saya kan lelaki normal. Wajar saja kalau jadi berpikiran macam-macam," elaknya.

Nira hanya mencibir dengan pembelaan dosennya itu.

"Rapikan diri kamu. Sebentar lagi jam mengajar dimulai. Jangan sampai membuat pikiran orang lain menjadi aneh."

"Iya iya." Nira hanya mencibir. Padahal kenyataannya kan memang dosennya melakukan hal yang aneh padanya.

Namun saat Nira teringat ucapan sang dosen yang bertanya tentang pernikahan, dia jadi bergidik ngeri.

Menikah dengan dosen kaku ini? Sungguh bukan pernikahan impian Nira. Pun sifat dosen ini jauh berbanding terbalik dengan lelaki idamannya. Lagipula bukannya suasana rumah tangga menjadi hangat, malah yang ada sedingin es kutub selatan.

"Hiiii ... Amit-amit!"

Arsen yang mendengar ucapan Nira hanya menaikan alisnya. Apa maksud ucapan gadis itu?

***

Slow update banget gaes.

Omku MesumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang