Lelaki itu terlihat tampan, oh bukan, selalu tampan dengan setelan jas warna hitam dan kemeja putih. Rambutnya bahkan memakai pomade sehingga membuat penampilannya semakin maskulin.
Nira sungguh dibuat tercengang dibuatnya.
Apa mungkin ia bisa tahan untuk tak jatuh cinta dengan calon suami modelan begini? Tapi kan kelakuannya minus plus iseng plus songong plus nyebelin. Pasti Nira nggak akan jatuh cinta deh. Iya. Ia yakin.
"Itu calon kamu? Busyettt! Mimpi apa ibu. Punya calon mantu ganteng banget. Pinter kamu nyari calon. Ckck," celetuk sang ibu yang ternyata ikutan mengintip.
Di sebelahnya, seorang wanita paruh baya menggandeng lengan pria yang tetap tampan di usianya yang semakin matang oleh waktu. Sekarang Nira tau darimana Arsen mendapat ketampanan dan kecoolannya.
Seandainya Arsen beneran akan jadi suami seumur hidupnya, mungkin Nira akan beneran bahagia. Nyatanya ... entahlah. Nira hanya bisa pasrah untuk jalan hidupnya ke depan.
"Kenapa mukanya jadi ditekuk gitu? Senyumlah. Masa mau menyambut calon laki wajahnya begono."
Nira hanya mengangguk. Lalu mereka pun bersiap menyambut tamu di depan pintu. Dadanya terus bergemuruh hebat. Entah kenapa.
Jadi seperti ini rasanya dilamar? batin Nira. Sesekali ia menghela napas untuk meredakan emosi dalam dirinya sendiri.
Nira hanya mengundang keluarga dekat saja untuk ikut menyambut tamu. Bahkan tanpa diundang para tetangga sudah ngumpul di depan rumah Nira untuk melihat acara. Mereka semua terbengong dengan Arsen yang memang keberadaannya selalu terlihat mencolok dengan postur tinggi dan sedikit kebulean.
Acara berjalan dengan lancar. Arsen bahkan memberikan Nira cincin dan memasangkannya.
"Ini anggap aja cincin pengikat. Kalau untuk mas kawin nanti beda lagi ya," ujarnya dengan senyum kecil ketika menyematkan cincin di jari manis Nira.
Nira hanya mengangguk saja. Kerongkongannya terasa kering hingga sulit mengeluarkan kata.
'Seandainya ini semua adalah beneran bukan bohongan, mungkin aku akan lebih bahagia,' bisiknya dalam hati.
Eh, tapi kenapa Nira jadi ngarep beneran jadi bini Arsen? Berulang kali Nira beristighfar. Untuk sadar diri. Lagipula Arsen bukan tipenya. Jadi tak mungkin dirinya suka.
Ya. Itu tak mungkin.
Sebenarnya Arsen sedikit kecewa. Kenapa orang tuanya tak protes dengan kesederhanaan rumah Nira dan kondisinya. Padahal biasanya mereka selalu mengagungkan kekayaan. Sungguh aneh.
"Gimana makanannya? Enak nggak?" tanya Nira saat mereka ada waktu untuk berdua setelah acara resmi selesai.
"Enak. Yang jelas sih ini pasti bukan masakan kamu," cibirnya.
"Ya emang siapa juga yang mau ngakuin itu masakan aku. Aku kan cuma nanya enak apa nggak masakannya dih."
"Ya kali aja kamu mau ngaku-ngaku."
"Ish, nyebelin banget ini orang. Suka banget bikin kesel." Nira harap jangan sampai kalau nanti sudah menikah darahnya jadi memiliki tekanan tinggi.
Arsen hanya mengedikkan bahu, lalu melanjutkan makannya. Daging bebek yang dimakannya begitu empuk dan kaya dengan rempah. Rasanya makanan ini mengalahkan makanan restoran bintang lima yang sering dimakannya.
Kedua orang tuanya pun tampak menikmati hidangan sederhana yang tersaji.
"Pak, kenapa nikahnya cepet amat. Masa bulan depan. Bapak ngebet amat mau kawin," tanya Nira penasaran. Ia bahkan tidak diajak diskusi tentang ini.
"Dih, emang saya bapak kamu manggil begitu."
"Oiya, lupa. Kebiasaan di kampus. Heheh. Kalau dipikir, bakal bosen amat yak hidupku. Jadi 4L."
"Apaan tuh 4L?"
"Lo lagi Lo lagi," cengir Nira.
Arsen hanya mengernyit mendengar perkataan Nira. "Maksudnya?"
"Ya bapak bayangin aja. Di rumah, di kampus, di kantor ketemu Pak Arsen mulu. Ya, ampun! Semoga aku diberi kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi semua ini." Tangan Nira menengadah ke atas dan mengusap ke wajahnya. "Aamiin."
Tuk!
"Aduh, kenapa keningku disentil."
"Manggilnya itu benerin."
"Hehehe. Terlanjur. Oiya, Pak. Eh, Bang. Kalau misal udah nikah, aku kerja apa di rumah aja?"
"Terserah kamu. Mau jungkir balik juga nggak akan saya larang."
"Bener ya? Awas kalau larang-larang. Uhmm, terus temen kampus sama temen kerja boleh aku undang nggak?"
"Terserah."
"Beneran nggak papa? Entar pamor bapak turun dong kalau nikah."
"Nggak mikirin."
Nira berpikir sejenak. Kalau misal beneran ia mengundang kawan-kawannya lalu satu kampus heboh, bisa gawat deh. Nanti kata fans Arsen membuli dirinya gimana? Malah hidupnya nanti nggak akan tenang pula.
Apalagi di kantor. Banyak sekali yang ngincer. Nira jadi bergidik sendiri memikirkannya.
"Uhmm, nggak jadi deh. Aku nggak akan undang siapapun."
Arsen yang sedang mengunyah hanya melirik sekilas dan menaikkan kedua alisnya. "Kenapa? Cepet amat berubah pikirannya. Kirain mau pamer."
"Hehehe. Nggak deh. Aku cari aman aja."
Walau tidak begitu paham dengan ucapan Nira, Arsen tak bertanya lebih lanjut. Ia sedang malas berpikir. "Kamu nggak makan?"
"Nanti aja. Nanti dandananku jadi berantakan pula."
Arsen memperhatikan Nira sekilas. "Kamu dandan sendiri?"
"Kok tau?"
"Yaelah. Gitu aja pake tanya. Udah jelas begini. Kenapa nggak ke salon? Irit eh?"
"Uhmm, salah satunya itu sih. Hehehe. Tapi yang utama aku nggak terlalu suka dandan menor. Jadi aku make up sendiri aja deh. Kenapa? Jelek ya?" Nira jadi tak enak kalau berpenampilan buruk di depan calon mertua. Padahal Arsen sudah memberikannya uang.
Arsen menelisik penampilan Nira. Tidak terlalu buruk. Riasan yang melekat di wajahnya pun terlihat cantik natural. Biasa melihat penampilan Nira yang cuek dengan penampilan yang sekarang, lumayan juga terlihat jauh.
"Not bad. Coba kamu mulai memperhatikan penampilan. Jangan terlalu cuek. Masih ada sisa duitnya kan? Beliin baju supaya agak trendi. Dan yang utama biar nggak malu-maluin. Kalau lihat gini terus kan jadi enak lihatnya."
Nira hanya manggut-manggut mendengar penuturan Arsen. Selama ini ia memang jarang membeli baju atau membeli keperluan untuk dirinya sendiri. Uang hasil kerjanya hanya cukup untuk makan dan bayar keperluan kuliah. Beli baju pun palingan baju murahan. Duitnya terlalu sayang untuk membeli hal-hal yang tidak terlalu penting.
"Atau kita percepat aja nikahnya Minggu depan gimana??" goda Arsen dengan tatapan jahil.
***
Ayuk siapa yang mau ikutan list daftar jadi tamu undangan 😂😂
Ramein komen dan bintangnya dung biar aku semangat update.😉
![](https://img.wattpad.com/cover/209781746-288-k25807.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Omku Mesum
ChickLitWARNING 21+ Nira memiliki sebuah rahasia masa lalu yang selalu ditutup dengan rapat. Hingga tiba-tiba hadir seseorang yang secara ajaib mengetahui semua rahasia masa lalunya. Membacanya seperti buku yang terbuka.