35

71.9K 2.7K 104
                                    

Suasana mendadak hening. Lalu tak lama kemudian, semua hadirin malah tertawa.

Muka Nira seperti kepiting rebus. Entah apa yang ada di pikiran orang-orang, mana keluarga besar Arsen pula.

Nira terus merutuk dalam hati karena tak bisa menahan diri dari keisengan Arsen. Lagian lelaki itu, selalu saja mencari masalah dengannya. Heran.

Setelah melewati proses yang panjang, Nira bisa bernapas lega. Semua berjalan dengan lancar. Lagipula ini hanya akad saja. Jadi tentu tidak selama plus resepsi.

Setelah foto bareng keluarga, makan-makan, satu persatu mulai berpamitan pulang. Sejauh ini, tak ada komen aneh-aneh yang mampir di telinga Nira.

Jujurly, ada rasa minder dalam diri Nira melihat keluarga besar Arsen. Ia sungguh seseorang dari keluarga biasa. Bisa bersanding dari seorang keluarga yang berada.

Entah bagaimana nasib masa depan pernikahannya ke depan. Tidak terbayang apapun olehnya. Sejauh ini, Arsen lelaki yang baik walau sedikit jahil. Setidaknya untuk sekarang itu sudah cukup.

Nira takkan memikirkan apa yang akan terjadi nanti. Ia hanya ingin fokus dengan apa yang akan dijalaninya saat ini. Karena itu hanya akan membuatnya tidak bersyukur.

"Capek hemm?" bisik Arsen di telinga Nira. Hembusan napas yang mengenai pundaknya membuat bulu kuduk Nira meremang.

Nira hanya menggeleng. Ada sensasi aneh saat Arsen melakukan itu terhadapnya.

"Kok cuma geleng? Kenapa? Biasanya ngoceh?" Arsen menatap Nira dengan terheran. Sepertinya istrinya memang kelihatan lelah. Arsen jadi merasa geli sendiri dengan statusnya sekarang. Udah bukan bujangan lagi eh.

"Duh, ini pengantin daritadi mepeett mulu. Bikin nganan aja. Jadi inget kita sewaktu muda ya, Pih."

Suara mami Arsen, membuat Nira menoleh. Ada bapak mertuanya juga yang tetap stay cool dengan wajah datar. Berbeda dengan Arsen yang suka pecicilan, bapak Arsen lebih kalem.

Yang tersisa tinggal keluarga inti saja. Ada bapak dan ibunya juga yang terlihat senyum-senyum ke arahnya. Haduh, kenapa sih dengan orang-orang hari ini, gerutu Nira dalam hati.

"Kayaknya Nira capek deh, Mih. Daritadi diem aja."

"Oh, gitu. Yaudah bawa aja ke kamar. Atau mau langsung ke hotel juga boleh. Udah mami siapkan kamarnya. Kalian tinggal datang aja."

Arsen menatap Nira dengan lembut. "Kamu mau tidur disini apa mau ke hotel atau ke apartemen aja hemm?"

"Eh, enak aja ke apartemen. Itu hotel udah mami booking. Masa nggak ditidurin pengantin. Rugi dong mami."

"Ih, mami. Jangan gitu dong. Kasihan Nira."

Nira jadi terheran dengan sikap Arsen hari ini. Kenapa begitu lembut dan...?

Pasti ada maunya. Jangan-jangan??

Hiiii. Jangan sampai dirinya tergoda rayuan Arsen. Ia belum siap.

Membayangkan malam pertama saja, Nira sampai bergidik.

Ditanya seperti itu, ia jadi bingung mau pilih mana. Nanti mau pilih hotel, takut dikira kegatelan.

Aih, kenapa Arsen malah bertanya padanya sih. Kan dirinya jadi bingung mau jawab apa, gerutu Nira dalam hati.

"Kamu tuh jangan suka tanya sebuah pilihan sama cewek. Pasti mantu mami malu jawabnya. Gimana sih kamu tuh. Yang peka dong jadi cowok," samber sang mami seraya melototin Arsen.

Arsen jadi garuk kepalanya yang tak gatel. Ribet sekali yang namanya perempuan tuh. Ditanya salah. Nggak ditanya salah.

"Yaudah. Karena kamu diem aja, kita kehotel. Enak juga kayaknya suasana baru," putus Arsen akhirnya.

Ia ingin segera merebahkan diri. Lumayan cukup menguras tenaga fisik maupun batin di hari ini.

Hari yang sesungguhnya tak terbayang akan secepat ini ia alami.

"Koper sudah mami siapkan. Sudah ada di mobil. Kamu tinggal bawa. Nih kuncinya." Sang mami menyerahkan benda tersebut disertai senyuman aneh.

Arsen menatap maminya dengan curiga."Mami nggak masukin baju aneh-aneh kan?"

"Aneh-aneh gimana? Udah sana berangkat. Hus hus."

Tanpa bisa membantah lagi, Arsen pun menggandeng tangan Nira yang terasa dingin. Lalu berpamitan ke mertua dan orang tuanya.

"Kami pergi dulu ya."

"Hati-hati di jalan. Berikan mami cucu yang banyak ya. Hihihi."

Arsen hanya geleng-geleng kepala dengan tingkah maminya yang memang luar biasa. Mertuanya pun hanya tersenyum, ikut menitipkan anak perempuan mereka kepada dirinya.

Arsen tak melepaskan pegangan tangan istrinya itu hingga mereka sampai di depan mobil. Ia sedikit meremasnya dengan perasaan yang entah apa. Nira hanya menatapnya dengan terheran.

Sebuah tanggung jawab baru kini berada dipundaknya. Awal kehidupan yang sesungguhnya baru saja dimulai.

***

Hai kangen ga? Hehehe. Ehemmm. Apa yang akan terjadi nanti di hotel ya.
Kalau votenya 1k lebih cepet, aku bakal update cepet juga.
*Kabuurr

Majikan hot udah aku tamatin ya di KBM app. Kapan kapan aku kasih ekstra part. Yang lain nyusul dikit dikit.

Omku MesumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang