4

611K 7K 527
                                    

•••

"Bapak nggak tertarik sama saya seperti di novel yang saya baca kan?" tanya Nira polos.

"Idihhh, pede banget kamu. Lagian saya juga nggak nafsu lihat kamu. Badan ceking gini, apanya yang menarik. CK," jawabnya dengan tatapan mencibir.

"Ish, yaudah sih. Nggak usah ngehina juga. Perasaan saya nggak ceking amat deh," ucap Nira seraya tanpa sadar memperhatikan bentuk tubuhnya.

Tingginya 160cm dengan berat badan 56kg. Termasuk ideal kok. Kenapa malah dikatain ceking. Resek emang dosen satu ini, batin Nira kesal.

"Oiya, kalau di luar jam kelas, nggak usah manggil Bapak. Emang kapan coba saya nikah sama Emak kamu."

"Ya terus apa? Itu kan panggilan hormat saya kepada Pak Dosen."

Lelaki itu menatap langit-langit ruangan, nampak berpikir. "Kak atau Abang, terserah."

"Dihh, muda amat dipanggil gitu," cibir Nira.

"Lahh kamu pikir saya sudah tua? Sembarangan kamu."

"Hemmm ... Bang Arsen ya. Bolehlah."

"Lumayanlah. Daripada saya dipanggil 'Pak'. Oiya, ini tugas tambahan kamu. Besok harus dikumpulkan. Jangan sampai telat. Kalau tidak saya kasih nilai kamu E," tegasnya.

"Idihhh, jahatnya." Nira melihat serangkaian tugas yang diberikan, membuatnya gemas seketika. Kapan pula ini tugas di tulis.

"Eitttss, tidak menerima protes," ucapnya saat melihat Nira sudah akan membuka mulut.

"Ternyata gosip yang beredar itu emang bener, Bapak itu kejam! Baiklah. Saya pulang dulu. Tugas menanti. Permisi Pak. Eh, Bang." Nira bangkit dari duduknya, lalu berbalik menuju pintu. Kesal dengan tugas yang diberikan.

Ia kira akan diberi kelonggaran seiring lelaki itu mau berbicara dengannya. Ternyata sama saja tetep jahat, tanpa pandang bulu.

Ugh.

Arsen hanya memandang tanpa berniat membalas ucapan gadis itu, hingga menghilang dibalik pintu.

***

"Kamu kapan pulang, Nduk? Nggak kangen sama Ibu?" tanya sang ibu di seberang sana.

Malam ini, Nira memang sengaja menelepon ibunya. Walau sering cuek, rindu juga dirinya dengan ocehan sang ibu.

"Entahlah, Bu. Nira lagi sibuk kerja plus kuliah. Kalau libur rasanya pengen tiduran aja di kos. Istirahat. Kapan-kapan Ibu mainlah ke sini. Kan Nira juga kangen."

"Ealah, disuruh pulang malah ngebalikin. Kapan-kapan Ibu main. Oiya kamu tau nggak si Irman, yang dulu pernah suka sama kamu. Mau nikah Minggu depan. Kamu mau datang nggak?"

"Lihat nanti deh, Bu. Kalau ada waktu luang, Nira datang. Banyak tugas banget. Pusing Nira jadinya."

"Walau sibuk, jangan lupa jaga kesehatan. Ibu kan jauh. Kalau kamu sakit siapa yang bakal ngurus."

"Iya, Bu. Nira bisa jaga diri kok."

"Haruslah itu. Jangan sampe kamu macam macam di sana."

"Nggak lah. Ngapain merugikan diri sendiri. Deket sama lelaki aja aku nggak berani."

"Emang harusnya begitu. Jangan suka dekat dekat dengan lelaki. Dipegang tangannya aja kamu bisa hamil loh."

"Ihh, masa?"

Nira jadi berpikir, tadi siang, pak dosen tidak memegang tangannya kan?

"Dibilangin nggak percaya. Oiy, ibu udah ngantuk. Udahan dulu ya."

Omku MesumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang