"Oke. Akan saya terima tapi saya akan memberikan sebuah syarat," jawab Nira pada akhirnya.
Arsen menaikkan alisnya sebelah. "Syarat apa?"
"Pokoknya selama menikah bapak tidak boleh menyentuh saya."
"Deal! Adalagi?" Tantang Arsen.
"Itu yang utama sih. Saya pikir-pikir lagi kalau ada."
"Oke. Lagian siapa juga yang mau nyentuh kamu. Pede amat."
Nira hanya mencibir dengan ucapan bosnya. Awas saja kalau sampe melanggar.
"Bapak juga tidak boleh melarang aktivitas saya. Kalau nanti pada akhirnya saya bisa menemukan seorang lelaki yang saya cintai, bapak tidak boleh menahan saya."
Tentu saja Nira harus tetap mencari jodohnya. Kalau nanti mereka bercerai kan ia sudah memiliki pengganti.
"Iya iya. Intinya terserah deh kamu mau melakukan apapun, begitu pun sebaliknya. Saya juga terserah mau melakukan apapun. Tidak ada larangan."
Nira tersenyum puas.
"Minggu ini saya akan ke rumah orang tua kamu."
"Harus ya, Pak? Rumah saya jelek loh Pak. Apa orang tua bapak nggak akan ilfeel?" tanya Nira sedikit ragu. Ia bukanlah dari keluarga kaya. Hanya anak petani biasa. Didatangi seseorang seperti keluarga Arsen, seperti apa malunya nanti.
'Aku kan emang ingin menentang orang tuaku dengan mencari calon sederhana,' pikir Arsen puas.
"Gampang. Yang penting kamu siapkan saja semuanya dengan baik. Jangan maluin." Arsen terlihat menulis sesuatu di sebuah kertas kecil. Lalu menyobeknya. "Ini untuk belanja keperluan kamu. Belilah apapun yang kamu inginkan."
Nira menerima kertas tersebut dengan bingung. "Apa ini? Cek ya, Pak?"
"Iya. Dandanlah yang cantik. Jangan sampe maluin saya nantinya. Sudah sana kamu balik kerja lagi. Saya mau kerja. Syuuh syuuuhhh."
"Iya iya. Saya pergi. Makasih sebelumnya, Pak. Saya permisi."
Nira segera keluar ruangan dengan muka berseri. Membuat karyawan lain yang penasaran Nira pasti akan diomelin karena terlambat, malah jadi heran ketika melihat raut muka Nira yang malah terlihat bersenandung ria. Mereka saling menatap satu sama lain, saling bertanya. Tak satupun ada yang mengetahuinya.
Sungguh aneh.
***
"Bu, Nira pengen ngomong sesuatu," ujar Nira sedikit ragu. Ia bingung bagaimana nanti menghadapi responnya ibunya.
Apalagi dirinya tak pernah pacaran. Eh malah mendadak ada yang ngelamar. Jadi aneh ga ya. Bagaimana dengan omongan tetangga nanti? Ah masa bodo.
Pulang kerja tadi, Nira langsung meluncur ke rumah orang tuanya. Bagaimana pun hal penting seperti ini tidak mungkin dibicarakan lewat telepon.
"Ada apa? Sepertinya penting?" Sang ibu yang baru selesai masak dan membereskan makanan di meja menghentikan kegiatannya sejenak.
"Uhmm, anu. Itu ...." Nira menggaruk rambut yang tak gatal. Bingung harus memulai darimana. Bapaknya masih belum pulang dari mesjid pula.
"Hayoo, ada apa? Kamu mau ngaku dosa? Punya kesalahan? Kamu mau ngaku pernah ngambil uang ibu?"
"Ishh, bukan itu."
"Terus?"
"Minggu ini Nira mau dilamar ..." Nira menunduk takut. Matanya bahkan terpejam tak mau melihat respon ibunya.
"A-apa?"
***
Ihiiyyy lamaran nih yeee

KAMU SEDANG MEMBACA
Omku Mesum
ChickLitWARNING 21+ Nira memiliki sebuah rahasia masa lalu yang selalu ditutup dengan rapat. Hingga tiba-tiba hadir seseorang yang secara ajaib mengetahui semua rahasia masa lalunya. Membacanya seperti buku yang terbuka.