40

55.3K 1.3K 62
                                    

"Kenapa lagi?" tanya Arsen ketika mereka sudah sampai di basemen gedung apartemennya. Sedari tadi istrinya malah terlihat bengong. Selesai parkir mobil dan mematikan mesin pun, istrinya tetap diam.

Antara emang lagi bengong atau tertidur dalam keadaan mata terbuka? Apa itu gaya model baru tidur wanitanya?

"Kita udah sampai, loh. Masih mau diam di mobil?" Arsen meniup telinga Nira. Membuat wanita itu akhirnya menoleh dengan wajah kebingungan.

"Hah! Kenapa, Mas?"

"Kamu kenapa? Kok bengong terus. Sedari tadi diajak ngomong malah diem aja."

"Oh, maaf nggak denger."

"Mikirin apa?"

"Ehmmm, nggak papa."

"Beneran?" Arsen memicingkan mata seperti tak percaya dengan apa yang diucapkan wanitanya itu. Atau bisa jadi ia memang kecapean. "Yaudah. Ayo turun."

Nira menurut tanpa bantahan. Mulutnya sedang malas untuk berdebat. Ucapan bocah itu membuatnya jadi memikirkan hal buruk. Entah kenapa maksud ucapan itu seperti mengarah ke pernikahannya yang baru hitungan hari.

Tak butuh waktu lama, mereka pun tiba di kamar apartemen Arsen. Melihat pintunya saja membuat Nira jadi teringat ketika pertama kali ia menginap disini. Dan tak disangka malah kini ia datang kembali dengan status yang berbeda.

Ketika pintu ditutup, Arsen memeluknya dari belakang dan langsung mencumbuinya. Membuat Nira sulit untuk menolaknya. Selalu saja bisa membangkitkan gairahnya.

"Pelan pelan ya. Masih sakit," ucap Nira disela kegiatannya.

"Hemmm. Harus makin sering biar nggak sakit lagi," elaknya dengan suara serak.

See? Sungguh ucapan lelaki itu tidak bisa dipercaya. Tetap saja selalu mencari celah ketika lengah.

Nira pun hanya bisa pasrah ketika Arsen menggendongnya ke kamar mereka.

***

Nira melangkah gontai di lorong kampus. Badannya serasa remuk diajak begadang terus oleh Arsen. Sepertinya gairah lelaki itu sedang tinggi-tingginya deh. Nira hanya bisa berdecak heran dengan tingkah suaminya itu.

Kalau saja mata kuliah kali ini bisa bolos, rasanya ia masih ingin meringkuk dibawah selimut. Sayangnya kesempatan bolosnya sudah habis. Bisa-bisa nanti dirinya harus mengulang. Dan bertemu kembali dengan dosen matematika bisnis tentu saja bukan hal yang diinginkan Nira.

Suasana kampus pagi ini belum begitu ramai. Hanya baru terdapat beberapa mahasiswi yang sedang bergerombol di depan perpustakaan. Obrolan mereka terlihat seru, entah sedang membicarakan apa.

Diantara kerumunan itu, Nira tidak begitu familiar dengan wajah-wajahnya. Ia akui memang jarang bergaul dengan kawan seangkatan bahkan sekelasnya. Dirinya termasuk kupu-kupu.

Kuliah pulang kuliah pulang.

Daripada berkumpul tidak jelas, ia memang lebih suka untuk segera sampai di kosan, lalu beristirahat.

Mengingat kosan, sepertinya ia harus mampir sebentar untuk melihat mantan kamar tercintanya. Barang-barangnya memang masih disana. Belum sempat dipindahkan.

Jam kuliah Nira lebih seringnya malam. Tapi terkadang ada jam jam mata kuliah yang harus ia ambil pagi. Yang syukurnya, tempatnya bekerja membolehkannya masuk setengah hari bila ia sedang kuliah pagi. Terpenting kerjaan beres. Tentu saja Nira merasa beruntung memiliki pekerjaan yang mendukung kuliahnya.

Lebih beruntung lagi, ia malah menikah dengan pemimpin perusahaan itu. Mirip sekali dengan cerita cerita di novel yang sering dibacanya.

Kelas yang ditujunya sudah terlihat. Ia pun bergegas masuk, lalu duduk di bangku tengah. Belum banyak yang datang. Hanya baru dua tiga orang. Nira hanya menyapa sekedarnya saja.

Omku MesumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang