47

28K 803 63
                                    

"Korea? Filipina? Paris?"

"Harus ya? Tapi ke sana juga saya tidak begitu fasih bahasa Inggris. Nanti malah nggak bisa ngomong. Nggak ngerti juga mereka ngomong apa."

"Kamu lupa ya. Punya suami yang jago bisa berbagai bahasa ini?" Arsen mengedipkan matanya dengan bangga.

"Takut ilang. Hehehe."

"Kenapa harus mikir takut hilang?"

"Ya karena segala sesuatu itu, hal paling pahit sekali pun harus di pikirkan."

"Trus nggak mau ke mana mana?"

"Mau. Tapi di Indonesia aja dulu. Toh saya juga kan belum pernah mengunjungi tempat wisata Indonesia yang jauh jauh. Kayak Bali, Lombok, labuan bajo, Papua, Aceh. Pengen keliling Indonesia pokoknya."

"Cinta Indonesia sekali Anda ya Nona. Baiklah kalau begitu. Jadi mau mulai ke mana dulu?"

"Bali?"

"Boleh. Weekend ini kita berangkat ya."

"Beneran nih?"

"Iya. Masa bohongan. Kamu coba search sendiri. Tempat mana aja yang mau kamu kunjungi. Jadi ke sana tuh udah punya tujuan."

"Wokeyy, bosss."

"Hari ini tidak usah kerja."

"Loh kok gitu?"

"Di rumah aja. Surat resign udah di ajukan belum?"

"Belum. Udah bikin sebenarnya. Cuma malah saya remas sampai lecek."

"Kenapa?"

"Gegara ada cowok genit."

"Suuzon aja. Saya kan cuma kerja. Bukan mau genit."

"Tapi buktinya itu deket seket sama cewek mulu."

"Ya resiko orang ganteng. Pasti banyak di kerubutin wanita."

"Wanita juga akan mundur kalau cowoknya nggak genit."

"Emang saya genit dari mananya?"

"Ya pokok nya jangan deket deket sama cewek mulu dong."

"Dih, ada yang cemburu."

"Emang kalau cemburu kenapa? Nggak boleh?"

"Boleh dong."

"Makanya jaga mata, jaga pandangan, jaga hati. Jangan macam macam. Ingat kalau udah punya bini."

"Yess, Maam. Lihat yang ngomel kok makin cantik. Sekali lagi yuk."

"Ih, dasar!"

***

Dilarang berangkat kerja, Nira jadi bingung mau ngapain seharian ini. Mau kuliah pun sedang tidak ada matkul. Sebentar lagi dirinya akan menempuh UAS. Lalu tak lama harus KKN. Tapi Arsen tidak mengijinkan. Katanya cukup ambil saja data yang dibutuhkan di kantor. Beres. Tidak perlu pergi jauh jauh.

Enak juga punya suami dosen sekaligus atasan di kantor. Skripsinya jadi tidak sehoror bayangan dia dulu sebelum memutuskan untuk kuliah.

Dari banyak cerita orang, katanya skripsi itu susah, bikin pusing, stres, dan segala macam mengerikan lainnya. Bahkan ada juga yang sampai bertahun tahun tidak lulus kuliah hanya karena skripsinya belum selesai dikerjakan. Makanya juga dirinya pun sempat maju mundur untuk kuliah. Takut nggak bisa menyelesaikan skripsinya. Takut tidak bisa.

Namun ada satu prinsip yang selalu diyakininya. Kalau orang lain bisa mengerjakan skripsi, maka dirinya pun pasti bisa. Jangan dilihat segelintir mereka yang gagal. Tapi lihatlah dari mereka yang sukses. Hingga akhirnya pemikiran itu bisa membuat dirinya yakin untuk melanjutkan sekolah.

Di zaman sekarang, apalagi di negara tercinta tempatnya tinggal, ijazah adalah sebuah keharusan bila ingin bekerja yang lebih baik dan tidak dipandang sebelah mata.

Beberapa kali melamar kerja, beberapa kali kerja di suatu tempat, bila ijazahnya hanya sebatas SMP, SMA, atau bahkan tidak memiliki ijazah, maka pasti akan direndahkan. Makanya Nira bertekad untuk melanjutkan sekolahnya. Agar ia tak diremehkan orang lain tentu saja.

Orang tuanya bukan tipe yang menomorsatukan sekolah. Kalau perlu tidak sekolah. Agar tidak keluar banyak biaya yang dikeluarkan. Untuk bisa sekolah SMA pun, Nira berusaha untuk mendapat beasiswa. Makanya ia belajar dengan serajinnya agar bisa selalu masuk tiga besar di kelas. Dan apa yang diupayakannya pun berhasil. Ia mendapat tawaran beasiswa di sebuah sekolah yang walau tidak masuk sekolah pavorit, tapi setidaknya Nira masih bisa untuk melanjutkan belajarnya.

Untuk kebutuhan lainnya, ia kadang jualan apa saja di kelasnya. Yang lebih sering ia menjajakan makanan ringan. Seperti keripik singkong pedas, basreng, dan jajanan aneka lainnya. Misal ia beli sekilo, lalu dibagi bagi ke plastik ukuran sedang, untuk dijual lima ribu sebungkus. Selain tidak begitu ribet dan tidak perlu repot membuatnya, pun temannya pada menyukainya. Jadi untuk keperluan buku pun ia tak perlu meminta kepada orang tuanya. Dari hasil jualannya pun sudah cukup. Lagipula apa yang dikerjakannya tidak mengganggu jadwal belajarnya. Jadi dirinya masih bisa tetap mempertahankan beasiswanya.

Lulus sekolah, ia sempat jadi buruh kasar. Dengan mengandalkan tenaga. Capeknya luar biasa. Membuatnya kadang tepar sepulang kerja. Badannya pegal semua. Apalagi kalau sedang puasa Ramadhan. Panas terik dari atap seng, dengan dirinya berada tepat dibawahnya, belum lagi dengan tenaga ekstra yang harus dikeluarkan, membuatnya harus mojok di mushola ketika jam istirahat. Untuk sekedar merebahkan diri dan menikmati ademnya lantai musholla, di saat yang lain justru sibuk makan dan minum di kantin.

Ia cukup mengapresiasi dirinya, yang bisa sekuat itu menghadapi godaan syaitan, untuk bisa kuat menahan lapar dan dahaga.

Maka untuk merubah nasib, agar dirinya tidak terus kerja jadi buruh kasar, ia harus memiliki suatu keahlian yang lebih. Mendapat ijazah dengan nilai tinggi saja ternyata tidak cukup untuk membuat dirinya bekerja di kantoran. Lagipula ada lowongan kerjanya hanya itu. Daripada tidak ada dan menjadi beban orang tua di rumah, lebih baik ia bekerja apa saja, selama itu halal dan baik, tak masalah.

Salah satu impian kecilnya adalah kerja di kantoran, duduk di belakang meja dengan ruangan adem ber AC. Pasti nanti kalau puasa ramadhan dirinya tidak bakal kepanasan lagi.

Maka yang pertama kali di lakukan adalah dengan mengupgrade dirinya. Kursus komputer, kursus bahasa Inggris, tapi kalau ini tetep saja nira bebal. Tidak membuatnya terlalu fasih berbicara bahasa Inggris. Cuma bisa paham sedikit sedikit saja.

Pelajaran itu dari semenjak sekolah pun, ia memang sedikit payah. Dirinya lebih suka pelajaran berhitung dan hapalan.

Sampai akhirnya ia bisa masuk kerja di kantor yang sekarang. Yang friendly terhadap karyawan yang masih kuliah, yang gampang minta izin ketika harus masuk kuliah pagi, kerja di ruangan AC, duduk di balik meja, sesuai dengan apa yang diinginkannya selama ini. Untuk pencapaiannya di titik ini, ia sungguh merasa jadi manusia paling beruntung.

Belum lagi kini ia sudah menikah dengan seorang Arsen. Yang bahkan terpikirkan pun tidak dalam otaknya.

Sungguh suatu nikmat mana lagi yang bisa ia dustakan?

[Sudah tau mau pergi kemana saja nanti kita di Bali?]

Sebuah pesan masuk membuat Nira kembali tersadar dari lamunan panjangnya.

Oiya, dirinya punya tugas mencari destinasi yang mau dikunjungi.

Dengan segera Nira membuka laptop lalu mulai berselancar ke dunia maya.

Ternyata banyak sekali pilihannya. Ia sampai bingung mau pilih yang mana.

***

Cuma bisa update segini doang. Ini agak panjang dikit. Hehe. Biar bisa ngucapin lebaran buat yang masih setia sama cerita ini. Makasih ya.

Yang lebaran hari ini happy Ied Mubarak 1444 H. Kalau aku besok lebarannya.

Btwe, cover barunya bagus ga? Kalian lebih suka cover lama atau yang baru? Kalau jelek harap Maklum deh ya, aku masih pemula. Masih kudu banyak belajar bikin beginian.

Selamat berkumpul dengan keluarga tercinta ❤️

Omku MesumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang