"Oh, jadi kamu karyawan yang terlambat?" tanya Arsen seraya melirik jam digital di meja kerjanya. "Kamu tau kan jam kerja masuk jam berapa?"
"I-iya, Pak. Saya tadi kejebak anak tawuran nggak bisa ngehindar. Saya bisa selamat aja udah syukur," jelas Nira sedikit mengkerut. Kalau tampang udah begini, udah dalam mode serius si pak dosen. Eh, pak manager.
Duh, dimana-mana ketemu lelaki ini terus dong, pikir Nira sebal.
"Saya tidak menerima alasan. Kamu tetap harus dihukum."
"Yaahhh ... Kok dihukum sih, Pak. Kan nggak sengaja."
"Hukumannya gampang. Kamu tinggal pilih, mau saya pecat atau jadi istri saya?"
"What??"
"Kenapa?" Arsen menaikkan alisnya memandang Nira. Cukup heran juga dengan gadis ini. Kenapa sebegitu tidak maunya jadi istri seorang Arsen? Hellooo?
Wanita lain mungkin akan dengan senang hati, nggak pake mikir lagi untuk menerima. Lah, gadis ini? Dasar gadis aneh emang.
"Pak saya belum siap nikah. Saya masih kecil. Saya juga masih takut dengan lelaki. Nanti kalau bapak macam-macam dengan saya gimana? Saya juga belum siap hamil apalagi punya anak," cerocos Nira panjang lebar.
Membayangkan sekamar dengan seorang lelaki saja sudah mampu membuat Nira bergidik. Apalagi kalau sampai disentuh.
Bayangan masa lalunya terkadang masih menghantui. Walau sekarang sudah tak sesering dulu. Mungkin bagi Nira seorang Arsen tanpa sadar sudah membuat dirinya nyaman. Hingga keberanian itu sudah muncul.
Sejujurnya hanya kepada Arsen saja Nira merasa berani. Kalau ke lelaki lain masih sering menghindar dan tidak sebebas dengan Arsen.
Memikirkan hal demikian membuat Nira jadi tercenung. Kalau hatinya sudah nyaman dengan Arsen, apa seharusnya Nira terima saja lamaran itu?
Alis Arsen bertautan. "Memang siapa juga yang mau nyentuh kamu? Geer banget kamu. Saya nikahin kamu kan biar nggak ditodong kapan nikah terus. Lagian kamu juga jadi enak toh ada yang nanggung hidupnya. Yaaa semacam simbiosis mutualisme gitulah. Kita saling menguntungkan."
"Saya pikirin lagi deh, Pak."
"Saya nggak terima jawaban nanti. Sekarang atau tidak sama sekali?" tantang Arsen.
Nira mendesah kecil. Lelaki ini kenapa pemaksa sekali ingin dirinya jadi pendamping. Padahal kan banyak wanita yang lebih cantik dan seksi di luar sana. Dibanding dirinya yang biasa saja.
Lalu pernikahannya ke depan akan dibawa sampai kemana? Bukankah ini hanya sebuah pernikahan pura-pura? Nasib ke depan bagaimana? Masa nanti kalau dirinya sudah tak dibutuhkan lalu akan berganti status jadi janda di usia muda.
Hiiii ... membayangkannya saja Nira sudah ngeri duluan.
"Bukannya semalam udah dibahas, Pak?"
"Saya tidak mau kamu terlihat terpaksa. Kamu harus terlihat senang ketika nanti saya melamar."
"Melamar bagaimana maksudnya, Pak?" tanya Nira terheran.
"Melamar ke rumah kamu lah," jawab Arsen dengan santai.
What??
**
Terima jangan? Maksa banget yaa.😂 Sama aku aja deh pak dosen kalau Nira nggak mau😌

KAMU SEDANG MEMBACA
Omku Mesum
ChickLitWARNING 21+ Nira memiliki sebuah rahasia masa lalu yang selalu ditutup dengan rapat. Hingga tiba-tiba hadir seseorang yang secara ajaib mengetahui semua rahasia masa lalunya. Membacanya seperti buku yang terbuka.