48

23.8K 467 69
                                    

Ternyata banyak sekali pilihan tempat yang hits di Bali. Nira sampai pusing memilih.

Tirta Gangga, Bukit Campuhan, Pantai Pandawa, Waterbom Bali, Garuda Wisnu Kencana (GWK),Pantai KutaPura Besakih, Bali Bird Park, Bali Safari And Marine Park, Pantai Sanur, Pantai Uluwatu, Monkey Forest Ubud, Desa Penglipuran, Danau Batur, Pantai Lovina, Pantai Melasti, Taman Nasional Bali Barat, Danau Beratan, Danau Tamblingan, Pantai Tegal Wangi, Pantai Seminyak, Pantai Canggu, Pasar Sukawati(beli oleh oleh), Pura Uluwatu,Gunung Batur , Elephant Safari Park, Tanah Lot, Pantai Amed, Museum Blanco, Kebun Raya Bedugul,Nusa Penida , Pantai Gunung Payung, Nusa Lembongan, Tirta Empul
Pura Lempuyang, Air Terjun Blangsinga, Pantai Balangan, Goa Gajah.

Setelah melihat lihat semua tempat itu, akhirnya Nira memilih beberapa tempat yang menurutnya paling menarik. Walau tentu saja ingin semua dikunjungi. Tapi dirinya cukup sadar diri. Ia takut pekerjaan Arsen menumpuk kalau terlalu lama ditinggalkan. Lalu setelah itu Arsen dipecat, nanti buat biaya hidup mereka bagaimana?

Untuk resign pun, masih banyak sekali yang harus ia pertimbangkan. Entahlah. Rasanya ada keraguan menyelimutinya. Ditambah banyaknya berseliweran pasangan yang berpisah, lalu si istri yang full menjadi irt malah tidak dikasih harta sedikitpun.

Pengorbanan selama belasan tahun, entah itu mengurus keluarga, melayani di ranjang, dan lainnya seakan tidak berharga di mata suaminya tersebut. Nira jadi takut hal itu akan menimpanya, bila nanti dirinya full di rumah.

Mau beritanya di skip tapi berseliweran mulu di sosmednya. Bikin jadi beban pikirannya saja. Dirinya memang Si kang over thinking.

Kalau cuma ngandelin uang suami, trus nggak punya tabungan sama sekali, bahaya sekali. Tapi bagaimana caranya untuk meyakinkan Arsen? Nira harus mencari cara untuk itu. Dirinya sungguh tak ingin berakhir menyedihkan.

Iseng, Nira mengambil ponselnya, lalu mencari nomor Arsen.

[Pak, saya boleh jalan jalan keluar nggak? Saya bosen di rumah aja.]

Setelah pesan terkirim, Nira merebahkan dirinya di atas kasur dengan kaki menjuntai. Pikirannya melayang, mencari ide bagus untuk tempat nongkrong.

[Boleh.]

Jawaban Arsen membuat Nira tersenyum lebar.

Yess. Saatnya menghabiskan uang suami.

***

Pertama kali yang Nira lakukan ketika sampai d pusat perbelanjaan adalah mencari toko sepatu. Sepatunya sudah tidak nyaman di pakai. Mungkin karena sudah termakan usia juga. Entah sudah berapa momen, sepatu ini selalu menemaninya kemanapun. Sepatu yang pertama kali ia beli ketika mendapat gaji pertama.

Untuk kali ini mau tak mau ia memang harus ganti sepatu baru. Demi menghargai pasagannya. Agar tak malu ketika nanti jalan bareng dengannya. Bagaimana pun Arsen adalah seseorang yang berpengaruh. Jadi tentu dirinya harus menyesuaikan diri. Walau belum semua orang tau tentang hubungan mereka.

Memikirkan hal itu saja membuat Nira bergidik. Apa yang akan terjadi padanya bila semua orang mengetahui hubungan mereka? Tapi tentu saja semua ini tidak bisa terus ditutupi. Kalau nanti dirinya hamil pasti orang akan menyangka ia wanita nakal. Hamil tanpa suami. Padahal kenyataannya ia punya suami.

Hadeuh. Semakin dipikirkan semakin membuat kepala Nira semakin berdenyut.

Setelah mencari beberapa kali, akhirnya sepatu yang diinginkan pun bisa didapatkan. Nira sangat suka sepatu itu. Simple dan lucu. Warnanya putih tentunya. Warna sepatu pavoritnya.

"Beli apalagi ya ... hemmm. Baju perlu juga nggak ya buat ke Bali nanti."

Langkah kakinya membawa Nira ke fashion store. Walau merasa tidak begitu membutuhkan, tapi sepertinya perlu juga beli beberapa pakaian buat ganti. Pokoknya ia tidak boleh terlihat memalukan kalau jalan bareng Arsen.

"Nira ya?" Suara bariton dari arah belakang membuat Nira menoleh. Seorang lelaki yang tersenyum manis dengan ramah ke arahnya.

"Apa kita saling mengenal?" tanya Nira sedikit ragu. Sejujurnya sejak pertama kali melihat, ingatannya tak sedikit pun merasa mengenal lelaki ini.

"Dibilang saling mengenal sih tidak juga. Tapi kita pernah bertemu sekali. Dan saya tipikal yang ingatannya lumayan tajam walau baru pertama kali berjumpa," jawab lelaki itu dengan senyum yang masih bertengger di bibirnya.

Nira hanya meringis mendengar ucapan si lelaki. Ingatannya memang sepayah itu kalau bukan orang yang penting amat dalam hidupnya.

"Hehe. Maaf."

"Lagi belanja?"

"Iya."

"Sudah dapat baju yang diinginkan?"

"Hemmm, sudah. Ini baru mau bayar. Mas nya belanja juga?"

"Iya. Ini baru selesai juga." Lelaki itu melihat arlojinya, lalu berkata, "Udah masuk jam makan siang. Mau makan bareng?"

Nira tidak tau harus menjawab apa dengan ajakan itu. Kalau ditolak apa tidak apa apa?

"Ayo sekalian bayar. Biar saya yang traktir. Nanti kamu akan tau siapa saya setelah kita makan siang."

"Eh, tidak perlu."

"Saya bukan memberikan penawaran. Jadi tidak boleh ditolak."

"Eh."

Nira hanya pasrah ketika barang belanjanya diambil alih, lalu dibawa ke kasir. Sekalian dibayar dengan belanjaan lelaki itu. Padahal kan dirinya sedang misi menghabiskan uang suami. Eh, malah ada yang traktir. Gagal lagi dong misinya.

Selesai pembayaran, lelaki itu mengajak Nira makan di sebuah restoran yang lumayan cukup ramai. Mungkin karena memang waktunya makan siang juga. Jadi lumayan cukup antri.

"Mau makan apa? Nasi? Mie?"

"Ramen aja. Yang kuahnya pedes. Kayaknya seger deh."

"Ok."

Lelaki itu memanggil pramusaji, lalu memberikan pesanan yang sudah ditulis.

"Jadi, Tuan ini siapa?"

"Tuan?"

"Hehe. Lagi rame panggilan begitu. Tuan dan Nona."

"Ohh."

"Siapa?"

"Beneran sama sekali nggak inget?"

Nira hanya menggeleng dengan pertanyaan tersebut. Beberapa kali dicoba pun, ingatan tentang lelaki di hadapannya tetap saja nihil.

Lelaki itu hanya tersenyum, lalu berkata ...

***

Siapa hayooo lelakinya itu?

Maaf ya gaes. Aku Hiatus lama nih. Semoga masih ada yang nungguin cerita ini yang emang super lama updatenya.
Oiya, aku mau kasih tau kalian sesuatu. Sewaktu nulis adegan Nira yang mau ke Bali, aku nggak expect bakal bisa kesana juga. Aku nulis itu di bulan empat, eh di bulan enamnya aku malah beneran ke Bali. Amazing sih menurutku. Akhirnya bisa mengunjungi ke salah satu kota impian.

Menurut kalian, apa itu termasuk LOA? Saat kita memikirkan sesuatu maka semesta akan mewujudkannya?

Jadi kekuatan pikiran emang sekuat itu ya. Kalau kalian mau kemana nih salah satu tempat impian yang ingin dikunjungi?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Omku MesumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang