'Awas Lo pak Arsen kalau pulang. Aku kasih hukuman nanti,' gumam Nira dalam hati.
Mana muka lelaki itu terlihat berseri pula. Kayaknya happy sekali bersama wanita cantik itu.
Bahkan saat mata mereka beradu pun, raut Arsen tetep biasa saja. Tidak terlihat kaget apalagi merasa bersalah. Membuat Nira semakin geram saja.
"Jangan jangan itu calon manager pemasaran yang baru. Wuah gila sih. Cantik banget Wei!"
Suara rekan di sebelahnya, mengembalikan kesadaran Nira dari tatapan kesal ke suaminya itu.
Ia mencoba menenangkan diri. Meredakan segala amarah yang berkecamuk di dadanya. Jadi inikah yang disebut cemburu? Menyebalkan sekali ternyata rasanya.
Lagipula kenapa juga dirinya harus cemburu dengan wanita lain. Toh, dengan siapapun Arsen, lelaki itu tetap miliknya di ranjang. Eh.
Mengingat hal itu, lumayan membuat moodnya kembali baik. Sudut bibirnya malah ikut tertarik ketika mengingat bagaimana serunya permainan Arsen di ranjang.
Halah. Kenapa sekarang pikiran Nira jadi ikutan mesum. Apalagi melihat Arsen dengan kemeja lengan panjang hitamnya. Membuat lelaki itu semakin ganteng saja di matanya.
"Lo, kenapa Nir? Kok diem aja."
"Uhmm, nggak papa." Nira melihat telapak tangannya yang masih berisi kertas pengunduran dirinya yang sudah remuk.
Hummm, sepertinya ia harus print ulang yang baru. Kertasnya sudah tak bisa diselamatkan.
***
Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Tapi Nira masih belum selesai mengerjakan tanggung jawabnya.
Sebelum diperbolehkan resign oleh HRD, tentu saja syaratnya ia harus sudah menyelesaikan semua kerjaannya terlebih dahulu.
Lampu yang menyala hanya tinggal di ruangannya saja. Sesekali Nira meregangkan kedua tangannya untuk menghilangkan pegal.
Perutnya sesekali berbunyi. Makanan yang masuk terakhir hanya ketika makan siang. Itu pun cuma mie ayam. Mau ngorder makanan kok malas. Berasa nanggung tinggal dikit, Tapi ternyata kerjaannya masih tidak kelar juga sedari tadi.
Masih nyari selisih yang nominalnya cuma seribu pula.
"Ampun dah ini selisih! Udah siwer rasanya ini mata."
Ketika masih fokus ke layar komputer, ada aroma yang membuat perutnya semakin bertabuh gendang.
Tanpa sadar matanya mengikuti aroma itu. Dan di sebelah kiri tak jauh dari mejanya, terdapat sepiring martabak telur yang masih mengepul mengeluarkan asap, dengan porsi jumbo. Setiap potongannya begitu tebal dan menggiurkan.
Nira mengucek matanya berulang kali. Takutnya apa yang ada di depan matanya adalah halusinasi akibat perutnya yang sudah kelaparan. Sehingga menimbulkan fatamorgana. Tapi piring itu masih tetap ada di meja dengan penampilan yang menggoda.
"Kenapa malah ngucek ngucek mata? Bukannya cepetan di makan."
Suara berat itu, membuat Nira menoleh ke arah sumber suara. Saking fokusnya melihat piring martabak telor, sehingga ia tak sadar kalau di sampingnya ada lelaki manis yang sedang berdiri di sana.
"Eh, sejak kapan bapak ada disitu?"
"Sejak kamu melototin piring."
"Kok bapak belum pulang? Kirain saya penghuni terakhir di kantor."
"Nggak usah banyak tanya. Udah buru di makan. Saya terganggu mendengar perut kamu yang sedari tadi berteriak minta diisi. Tapi pemiliknya cuek cuek aja."

KAMU SEDANG MEMBACA
Omku Mesum
ChickLitWARNING 21+ Nira memiliki sebuah rahasia masa lalu yang selalu ditutup dengan rapat. Hingga tiba-tiba hadir seseorang yang secara ajaib mengetahui semua rahasia masa lalunya. Membacanya seperti buku yang terbuka.