TINAAR || 21

514 95 4
                                    

🍩🍩🍩

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍩🍩🍩

"Ibu," panggil Caca dengan nada bergetar.

Rina berhenti melangkah, berbalik badan dan Caca segera berlari lalu memeluk Rina dengan erat.

Rina melonggarkan pelukannya lalu berjongkok, "Hai kok nangis?"

Gadis itu menatap Rina dengan air mata yang terus mengalir, "Caca tarik omongan Caca yang ngebolehin Ibu pergi, bisa nggak?" tanya bocah itu.

Rina terkekeh, "Kenapa? Nggak kuat nahan kangen sama Ibu ya?"

Gadis kecil itu mengangguk, "Caca nggak mau jauh dari Ibu," cicit bocah itu lalu kembali memeluk Rina.

Rina mengelus rambut putrinya dengan sayang, "Ibu akan sering-sering telepon kamu kok."

Caca melepaskan pelukannya,beralih menoleh kepada pria paruh baya yang berada disebelah Ibunya.

"Paman," panghil Caca dengan wajah murung.

Pria itu menunduk untuk menatap wajah Caca, "Kenapa gadis cengeng?"

"Nanti kalo Caca telepon, Paman harus angkat ya? Awas kalo nggak!"

Pria paruh baya itu tersenyum, "Pasti Paman angkat. Jangan khawatir, Paman akan jaga Ibu kamu dengan baik."

Caca menyeka air matanya, "Ibu harus jaga kesehatan loh, nggak boleh telat makan," ujar bocah itu dengan wajah yang  berubah drastis menjadi tegas.

Rina terkekeh, "Jadi Ibu boleh dong pergi sekarang?"

Caca menghela napas panjang, ia tidak ada pilihan lain bukan? Berat memang, apalagi diusianya yang baru menginjak 8 tahun.

"Boleh, tapi harus sering-sering kasih kabar!" sahut gadis itu dengan wajah galak.

Rina tersenyum, mengacak-acak rambut putrinya gemas, "Baik putri kecil."

Rina berdiri, menatap Arga yang sedari tadi hanya diam tak mengeluarkan suara sedikitpun.

"Abang," panggil Rina.

Arga menghembuskan napasnya pelan sebelum tersenyum dan mengangguk kecil.

"Jagain Caca ya, kalian berdua jangan tinggalin shalat. Apapun masalahnya shalat harus tetap dilaksanakan, karena itu kewajiban. Kalo Caca susah shalatnya, Ibu nggak akan mau ngobrol sama kamu di telepon."

Bocah itu mengerjap, "Aaaa Ibu, Caca janji akan rajin shalat."

Rina tersenyum tipis, "Jangan nakal, harus nurut sama Abang."

"Ibu jaga diri disana, jangan terlalu kecapean. Jaga kesehatan, Arga akan jaga Caca dengan baik."

"Ibu percaya sama kamu," ujar Rina dengan senyum lebar.

ARGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang