41

406 82 24
                                    

🍩🍩🍩

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍩🍩🍩

"Dua hari lagi bukannya kamu ulang tahun?" tanya Vera 'Ibu Alan.'

Alan mengangguk seraya mengaduk-aduk makanan yang ada dipiringnya.

Malam ini, keluarga Addison sedang mengadakan makan malam bersama dengan keluarga Tina.

"Yah  ... tambah tua, semoga umur lo nggak panjang ya, Al!" celetuk Tina dengan sinis.

Mereka yang berada di meja makan seketika terdiam menatap gadis itu.

"TINA!" tegur Bima dengan mata membola.

Alan tersenyum, menatap gadis itu yang juga sedang menatapnya. Pria itu segera menghela napas pelan, "Nggak apa-apa kok Om." ujarnya sembari tersenyum.

Bima menatap putrinya tajam. Ia berdehem pelan, "Minggu depan bukannya kalian ulangan?" tanya Bima membuat Alan mengangguk membenarkan.

Dave berdehem menatap putra sulungnya dan juga Tina secara bergantian, "Kami mau acara tunangan kalian diadakan tepat sebelum kalian ulangan! Lebih tepatnya saat perayaan ulang tahun Alan."

Tina yang sedang meneguk segelas air pun seketika tersedak. Ikhsan yang melihat itu segera meraih tisu dan menyodorkannya kepada gadis itu.

Gadis itu menghempaskan lengan Abangnya kasar, ia menatap mereka semua satu per satu cukup lama, lalu kembali fokus makan tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

"Tunangan kalian di adakan secara terbuka, Ayah udah buat undangannya. Kalian tinggal kasih ke teman-teman kalian besok!"

Alan tersenyum senang, lain halnya dengan Tina yang sudah menunduk dengan air mata yang menggenang.

🍩🍩🍩

Tok tok tok

Suara ketukan pintu terdengar dari kamar Tina.Gadis cantik yang tengah meringkuk di atas kasur dengan air mata yang sudah membasahi batalnya.


"Na, ini Abang." ucap Ikhsan yang masih berdiri di depan pintu.

"Gausah ganggu aku! Aku pengen sendiri!" ucap gadis itu yang masih menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.

Ikhsan dari luar menghela napas, "Buka dulu pintunya, Abang mau ngomong."

"Pergi! Abang juga sama aja! Abang dukung-dukung aja Nana diperlakuin seenaknya sama Ayah."

"Nggak gitu,Na." timpal Ikhsan.

Ikhsan menghela napas panjang, memejamkan matanyanya kala tak mendengar suara aiknya lagi.

Pria itu mentap pintu kamar Tina sebentar, lalu melangkah menjauh dari sana.

Tina membuka selimutnya, dengan wajah sayu ia menoleh ke arah pintu lalu kembali menidurkan kepalanya di bantal yang sudah sangat basah karena air mata.

ARGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang