END

1.1K 101 16
                                    

🍩🍩🍩

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍩🍩🍩

Saat ini Tina sedang duduk menunggu Arga sadarkan diri. Sudah tiga hari semenjak operasi yang dijalankan oleh Arga, namun pria itu masih tak kunjung membuka mata.

Semuanya sudah tahu kebenaran bahwa Alanlah yang mendonorkan jantungnya untuk Arga, dan mereka juga sudah tahu bahwa Arga adalah Tama, sahabat kecil cowok itu.

Tina mengeluarkan cincin tunangannya dengan Alan dulu, menatap cincin itu dalam diam.

Jari Arga bergerak perlahan, menyadarkan Tina dari lamunannya. Ia segera menggenggam lengan Arga, menatap mata pria itu yang terbuka dengan senyum mengembang.

"Lo udah sadar? tunggu sebentar." ujar Tina lalu berlari keluar.

Gadis itu segera memanggil dokter untuk memeriksa kondisi Arga, tak butuh waktu lama Tina pun kembali dengan dokter dibelakangnya.

Dokter itu pun segera mengecek kondisi Arga.

"Kondisinya sudah semakin membaik, karena pasien baru siuman tolong jangan membicarakan sesuatu yang membuat kondisinya jadi memburuk." ujar Dokter itu yang diangguki oleh Tina.

"Kalo gitu saya permisi,"

"Makasih Dok," ujar Tina.

Saat dokter itu sudah tak terlihat, Tina menarik kursi lalu mendudukinya.

"Caca mana?" tanya Arga.

"Caca lagi sama Hasan," timpal Tina.

"Lo tau ga si, Ar? Kalo sekarang tuh udah 2023?" tanya Tina membuat mata Arga seketika membola.

"Maksud kamu saya nggak sadar selama tiga tahun?" tanya Arga kaget.

"Becanda. Serius mulu muka lo," ucap Tina dengan senyum khasnya.

Arga menatap Tina malas, "Saya baru sadar udah dibecandain."

"Yaelah baperan! Cepet-cepet sembuh deh, pelanggan lo udah kelemesan tuh hampir seminggu nggak makan donat buatan lo."

"Kamu lemes?" tanya Arga.

"Lo nggak liat gue seger begini?" sewot Tina.

Arga mengernyit, "Apa karena kamu disamping saya ya? jadi nggak lemes meski nggak dapet donat?"

Tina mengernyit, seketika ia mendelik kala paham arah pembicaraan Arga kemana.

"Heh!" ujarnya seraya memukul pundak Arga, "bukan gue anjir! Tapi pelanggan lo yang lain." jelasnya tak habis pikir.

Arga tertawa pelan, ia meringis kecil kala dadanya terasa sakit. Dengan refleks ia menyentuh dadanya membuat Tina seketika merasa cemas.

"Eh, kenapa?" tanya gadis itu.

ARGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang