43

391 69 6
                                    

🍩🍩🍩

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍩🍩🍩

"Selamat malam semuanya!" seru pengisi acara dengan lantang.

"MALAM!" timpal semua tamu dengan serempak.

"Ke cikarang beli opak, duh kurang kompak." ucapnya berpantun. "Sekali lagi ... SELAMAT MALAM SEMUANYA."

"MALAM!" sahut semua tamu lebih semangat.

"Baiklah, acara malam ini akan saya buka. Untuk keluarga Addison, terutama untuk putra tunggal dan pewaris tahta yang sedang berulang tahu, yaitu Revano Alan Addison segera naik ke atas panggung."

Suara tepuk tangan dan sorakan para penonton bergemuruh diruangan mewah itu.

Pengisi acara itu memberikan mikrofonnya kepada Alan.

Alan tersenyum senang, "Pertama-tama gue mau ngucapin terima kasih buat kalian yang telah meluangkan waktunya buat hadir di pesta ini."

"Karena gue udah nggak sabar buat tiup lilin, jadi mari kita mulai sekarang," lanjutnya yang diakhiri kekehan kecil.

"MUSIK!" pekik pembawa acara itu.

Lagu selamat ulang tahun menggema dipengkapi para tamu yang juga ikut bernyanyi.

"Tiup lilin nya, tiup lilin nya, tiup lilin nya sekarang juga ... sekarang juga sekarang juga." para tamu bernyanyi sembari tepuk tangan.

"Make wish dulu sayang," kata Vera mengingatkan.

Alan tersenyum lalu mengangguk. Cowo itu segera memejamkan matanya, membuat harapan yang sangat dia inginkan sejak lama.

Pria itu membuka matanya, menatap dua lilin dengan angka delapan belas. Ia tersenyum lebar sebelum akhirnya menium lilin yang meleleh akibat panasnya api dengan perasaan bahagia.

Suara tepuk tangan dari semua tamu membuat suanana disana semakin ramai.

"Yeayy! Sekarang waktunya potong kue. Siapakah yang dapat potongan kue pertama? Ayo nyanyi bersama-sama!" intruksi pembawa acara itu.

Semua tamu menyanyi lagi dengan penuh semangat, menanti siapa seseorang yang akan dapat potongan kue pertama.

Alan dengan sudit bibir yang terangkat memotong kue itu lalu meletakannya kedalam piring kecil.

"Kira-kira siapa ya? Hayo apa salah satu dari para tambu undangan?" ujar pembawa acara itu.

Alan hanya tersenyum menanggapi. Pria itu memberi kode bahwa ia meminta mikrofon, kru yang bertugas segera memberikan satu mikrofon itu kepadanya.

"Kue yang sekarang ada di tangan gue, bakal gue persembahin buat seseorang yang berarti banget bagi gue. Teman pertama yang gue tinggalin bertahun-tahun dan sekarang entah dimana. Biarpun dia nggak ada disini, gue tetep bakal kasih kue ini untuk dia."

ARGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang