🍩🍩🍩
Kini Alan tengah berada di depan gerbang sang tunangannya. Ia segera memencet bel rumah itu. Setelah 3 kali memencet bel, akhirnya pagar rumah itu pun terbuka. Menampakan sosok Tina memakai baju kaos dan celana pendek dengan rambut yang diikat.
Gadis itu mengernyit, "Ngapain lo malem-malem kesini?" tanyanya bingung.
"Mau temenin aku jalan-jalan nggak?" tanya Alan tanpa basa-basi.
"Nggak!" jawab Tina cepat.
"Sekali ini aja, Na." mohon pria itu.
Melihat ekspresi wajah Alan yang sepertinya sedang tidak baik-baik saja membuat Tina kembali berpikir.
"Kemana?" gadis itu mulai bertanya.
"Ke suatu tempat."
Tina memutar bola matanya, "Yaudah tunggu! Gue mau bilang Bunda!"
Saat akan kembali kedalam rumah, Alan dengan cepan menahan pergelangan gadis itu. "Aku udah izin, Ayo!" ajaknya menarik pelan pergelangan Tina.
🍩🍩🍩
Sekarang mereka sedang berada di tempat dimana dulu Tina dan Arga pernah datang kesana. Rumah pohon. Gadis itu dibuat kebingungan karena Alan membawanya ke tempat favorit Arga.
"Ngapain kesini?" tanya Tina bingung.
Alan tersenyum, "Ayo naik!" bukannya menjawab, pria itu malah mengajaknya naik ke atas.
Gadis itu mulai menaiki tangga. Ia sungguh ingin tahu tujuan pria itu membawanya kesini untuk apa.
Alan berdiri diluar rumah pohon itu, menatap danau yang gelap dalam diam. Tina menatap cowo itu sebentar sebelum akhirnya memutuskan untuk masuk kedalam.
Menyadari bahwa gadisnya masuk, Alan pun segera menyusul. Ia melihat Tina seperti sedang melihat sesuatu yang membuatnya kebingungan.
"Kenapa?" tanya Alan.
Tina menoleh, "Ini bukannya potongan kue pertama lo?" tanyanya seraya menunjuk kue itu.
Alan melirik kue itu sebentar sebelum akhirnya mengangguk.
"Kenapa ada di sini?"
Flashback on.
Setelah seluruh acara telah berakhir, Alan segera pergi kerumah pohon dengan potongan kue itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGA [END]
Teen Fiction[PART MASIH LENGKAP] Arga adalah pria SMA yang mendapatkan beasiswa untuk masuk ke sekolah ternama di Jakarta dengan kondisi ekonominya yang kurang memungkinkan. Menjadi anak pertama dengan kondisi tulang punggung keluarga sudah tidak ada membuat Ar...