🍩🍩🍩
"Kalian mau pada bikin apa?" tanya Lila yang baru tiba didapur.
"Bikin donat Bun," sahut Tina sembari mengrluarkan bahan-bahan yang sufah dibeli Arga tadi.
"Buatan Arga ya? Jangan lupa nanti bagi Bunda."
"Bantuin dong," kata Tina.
Lila yang ingin melangkah pergi kembali menoleh,"Bunda bantu doa, mau main aja sama Caca."
Tina mendengus membuat Arga terkekeh.
Mereka mulai membuat adonatnya, keadaan dapur sudah sangat tidak enak dipandang. Tepung berserakan karena ulah Tina yang tak sengaja menumpahkannya setengah kelantai.
"Na," panggil cowo itu.
Tina dengan refleks menoleh, seketika jari telunjuk Arga yang sudah stay berada disampung pipi gadis itu pun menyentuhnya.
Dengan kondisi lengan yang dipenuhi tepung,membuat pipi gadis itu sedikit berwarna putih.
"Arga ah," rengeknya sembari mengusap pipinya.
Cowo itu tertawa, "Sini-sini saya bersihin."
Arga segera menangkup kedua pipi Tina, membuat gadis itu mengerjap beberapa kali. Cowo itu terus menatap mata Tina dengan ekspresi datar, tina balik menatapnya dengan ekspresi tak terbaca.
Dengan secepat kilat, Arga segera mengoleskan tiga jarinya ke kedua pipi gadis itu membuat Tina membelalakan matanya kaget. Arga sudah tertawa terpingkal-pingkal melihat ekspresi kaget cewe itu dan wajahnya yang sudsh sepersi seekor kucing dengan kumis tiga dipipi.
"Kamu lucu, beneran kaya kucing," ucap Arga sambil terawa.
Tina mendelik, matanya menangkap sesuatu lalu ia menatap Arga yang masih sibuk tertawa. Ia segera mengubah ekspresinya kala lengannya sudah menggenggam sesuatu untuk balik mengerjai cowo itu.
"Ar," panggil gadis itu mulai menggaruk-garuk pipinya dengan satu tangan.
Arga yang masih tertawa seketika berhenti, berdehem sebentar sebelum akhirnya berbicara, "Iya?"
"Argh!" ringisnya masih tetap terus menggaruk pipinya yang tak gatal, "kulit gue sensitif, gatel banget," keluh gadis itu.
Arga tertegun sebentar, sebelum akhirnya memasang wajah panik, "Eh astagfirullah maaf Na, saya nggak tau," paniknya seraya menarik lengan gadis itu yang terus menerus menggaruk, "jangan digaruk," cegahnya lalu mengusap lembut pipi Tina.
Saat merasa bahwa waktunya sudah tepat, Tina dengan gesit meraup wajah Arga dengan tangan yang sudah menggenggam tepung, membuat wajah cowo itu menjadi putih dan glowing seketika. Tina tertawa terbahak-bahak, sedangkan Arga menatap cewe itu dengan wajah melas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGA [END]
Teen Fiction[PART MASIH LENGKAP] Arga adalah pria SMA yang mendapatkan beasiswa untuk masuk ke sekolah ternama di Jakarta dengan kondisi ekonominya yang kurang memungkinkan. Menjadi anak pertama dengan kondisi tulang punggung keluarga sudah tidak ada membuat Ar...