🍩🍩🍩
Jam sudah menujukan pukul 00:00. Arga masih terbaring lemas dibrankarnya dengan beberapa kabel yang menempel ditubuhnya. Ibunya baru saja sampai di bandara, mendengar kabar bahwa anaknya mengalami kecelakaan sangat membuat dirinya terkejut hingga sempat pingsan dalam beberapa menit.
Dokter berlarian menuju ruangan Arga, membuat semua yang sedang menunggu diluar ruangan menjadi panik kembali.
"Siapkan alat pacu jantung!" kata dokter itu.
Tak butuh waktu lama, alat itu sudah siap. Dokter segera menggosokan kedua sisinya lalu menempelkan alat itu di dada Arga, membuat tubuh tak berdaya itu terpental keatas.
Sekali mencoba namun kondisi jantung Arga masih belum normal, dokter melakukannya lagi untuk bebetapa kali.
"200 joule!" intruksi dokter itu.
🍩🍩🍩
"Bunda, Arga nggak apa-apa kan?" tanya Tina pada Lila.
Ia sedang berdiri didepan pintu ruang ICU Arga, mengintip sedikit dari kaca yang ada dipintu itu.
"Kita berdoa aja ya sayang." ucap Lila. Hanya itu yang bisa ia ucapkan untuk saat ini, karena ia juga tak tahu kondisi Arga yang sebenarnya.
Seorang wanita paruh baya berlari menuju merek dengan air mata yang sudah membanjiri pipinya.
Caca yang mendengar seperti suara Ibunya pun menoleh, "Ibu!" pekik bocah itu lalu berlari menghampiri Rina.
"Ya ampun sayang!" ucapnya seraya mendekap putri kecilnya kedalam pelukannya.
Caca melepas pelukannya, lalu menoleh menatap ruangan Arga. "Bang Arga,Bu," tunjuknya keruangan itu.
Rina mengikuti arah tunjuk putrinya, ia segera berjalan mendekat keruangan dimana Arga dirawat.
Lila menatap Rina prihatin, wanita itu mendekati Ibu Arga, mengelus punggungnya membuat Rina semakin tak bisa menahan isak tangisnya.
Pintu ruangan pun terbuka, dokter keluar dari sana dengan kringat yang bercucuran.
"Dokter, gimana keadaan anak saya?" tanya Rina dengan cemas.
"Saat ini kondisi jantungnya semakin memburuk, mukjizat dari yang maha kuasa pasien dapat bertahan sejauh ini. Kami tidak bisa menunggu lebih lama lagi, pasien harus segera dilakukan operasi."
Rina menutup mulutnya tak percaya, ia meraih tangan dokter itu, "Kalo gitu ambil jantung saya aja dok."
"Ibu," lirih Caca.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGA [END]
Teen Fiction[PART MASIH LENGKAP] Arga adalah pria SMA yang mendapatkan beasiswa untuk masuk ke sekolah ternama di Jakarta dengan kondisi ekonominya yang kurang memungkinkan. Menjadi anak pertama dengan kondisi tulang punggung keluarga sudah tidak ada membuat Ar...