🍩🍩🍩
"Gimana? Apa sudah menemukan info dimana teman masa kecil saya sekarang?" tanyanya sedang suara berat.
"Maaf Tuan, kami belum berhasil menemukannya,"
"Bodoh! Sudah hampir 3 tahun saya suruh kalian cara dia! Hanya cari 1 orang saja tidak becus!" sentaknya dengan nada dingin.
"Maaf Tuan muda, kami akan mencarinya kembali."
Pria itu berjalan kearah jendela, memandang kosong pemandangan yang tertampang jelas diluar sana.
"Lo dimana sih,Tam?" ia bermonolong dengan menatap kosong kearah depan. Tak lama ia segera melangkah dan meraih tas sekolahnya.
🍩🍩🍩
"Sekarang mau berangkat sekolah bareng siapa?" tanya Arga yang sedang menyiapkan sarapan untuk adiknya. Hari ini Arga hanya bisa memasakanya telur ceplok.
"Sama temen-temen," sahut bocah itu lalu duduk dikursinya.
Arga segera meraih sapu, ia harus bersih-bersih rumah terlebih dahulu sebelum berangkat.
Caca menoleh kepada Arga yang sedang sibuk menyapu, "Bang. Sarapan dulu," titahnya.
"Abang nanti aja di sekolah, kamu aja yang sarapan."
"Beneran ya? Awas kalo nanti di sekolah sampe nggak makan!" ancam gadis itu.
"Iya bawel, udah cepet abisin sarapannya."
Caca kembali melahap sarapannya dengan sampai habis.
"Caca!" pekik Riko.
"Sebentar!" teriak Caca sambil memakai sepatunya.
"Mau berangkat sekarang?" tanya Arga yang sedang memasukan satu per satu donatnya kedalam box kecil.
Caca mengangguk, Arga segera merogoh sakunya untuk mengambil uang, "Ini buat jajan."
"Makasih Abang," katanya lalu menyalimi punggung tangan Arga.
Arga mengangguk, Caca segera melangkah keluar yang diikuti oleh Arga dibelakang.
"Hati-hati ya, jangan ngebut Riko."
"Siap,Bang. Ayo Ca, naik."
Caca segera menghampiri Riko dan naik dibelakang cowo itu dengan tangan yang menyekal kuat pundak Riko.
"ASSALAMUALAIKUM,"salam mereka serempak.
"Waalaikumsalam," jawab Arga lalu kembali masuk kedalam setelah Caca dan teman-teman nya sudah tak terlihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGA [END]
Teen Fiction[PART MASIH LENGKAP] Arga adalah pria SMA yang mendapatkan beasiswa untuk masuk ke sekolah ternama di Jakarta dengan kondisi ekonominya yang kurang memungkinkan. Menjadi anak pertama dengan kondisi tulang punggung keluarga sudah tidak ada membuat Ar...