Bagian 20 : Entahlah

926 56 0
                                    

Pukul 03.00 dini hari Hasna sudah terbangun dan langsung melaksanakan shalat tahajud.

"Assalamualaikum warahmatullah"gumam Hasna sambil menengokkan kepalanya ke kiri dan kekanan

Hasna mengadahkan kedua tangannya,

"Ya Allah yang maha  pemurah lagi maha penyayang,Ya Allah ya Rabb ku hanya kepadamu aku menyembah dan hanya kepadamu aku meminta"

"Ya Allah Ya Rabb-ku,terima kasih atas segala nikmat yang telah engkau berikan kepadaku,Ya Allah malam ini aku kembali memohon kepadamu"

"Ya Allah,aku memohon petunjukmu untuk kelangsungan rumah tangga hamba,berikan hamba jalan keluar untuk menyelesaikan masalah yang sedang hamba dan suami hadapi"Hasna memejamkan matanya dan disaat yang sama pula  air mata Hasna menetes membasahi pipi mulusnya,Hasna kembali membuka matanya

"Ya Allah,jika ia memang ditakdirkan untukku,aku mohon pertahankan rumah tangga kami,namun jika ia bukan takdirku,pisahkan kami dengan caramu Ya Allah"air mata Hasna kembali menetes

"Tapi aku mohon ya Allah,tolong jadikan dia yang pertama sekaligus terakhir untukku,aku mohon,hanya kepadamu aku menyerahkan segalanya"

"Hamba yakin,semua sudah kau atur bahkan sebelum hamba terlahir kedunia ini"

"Ya Allah,sehatkan selalu keluarga hamba,jauhkan marabahaya dari keluarga hamba,ya Allah tempatkan kedua orang tua hamba disisi-mu"

"Amiin amiin yarobal alamin"ucap Hasna sambil mengusap wajahnya pelan

Apapun yang telah terjadi,Hasna selalu menyerahkan semuanya kepada tuhan-Nya.Hasna selalu diajarkan oleh mendiang bundanya dulu,jika ia sedang dalam keadaan apapun agar selalu menyerahkan segalanya kepada Allah,apapun yang terjadi.

Jadi,setiap Hasna merasa senang ataupun lelah dengan keadaan serta apapun yang terjadi ia selalu bersyukur atas apa yang tuhan berikan kepadanya,walau terkadang ia mengeluh karna keadaan yang membuatnya terlalu lelah untuk dihadapi.

Hasna menghapus jejak air mata dipipinya lalu mengambil Al-Qur'an,ia membacanya sambil menunggu waktu Shubuh.

Disisi lain,sama halnya dengan Abidzar,ia baru selesai melaksanakan sholat tahajud.

Dengan tangan yang mengadah,Abidzar memejamkan matanya perlahan lalu kembali membukanya

"Ya Allah yang maha pemurah lagi maha penyayang,yaallah hanya kepadamu aku menyembah dan hanya kepadamu aku beriman"

"Yaallah yang maha pengampun,maaf aku telah gagal"

"Aku telah gagal menjaga apa yang seharusnya aku jaga,maaf aku telah membuat istriku menangis untuk kesekian kalinya karna aku,aku tahu aku telah berbuat dosa karna itu"

"Aku tahu aku salah,karna lebih memilih bersama wanita lain dibanding istriku"tanpa sadar air mata Abidzar menetes membasahi kedua pipinya

Ingatannya kembali teriangat pada kejadian kemarin,saat melihat begitu melihat keadaan istrinya yang jauh dari kata baik-baik saja,bagaimana istrinya menangis histeris bahkan sambil memukul dadanya,dan saat istrinya merasa kesakitan dikepalanya.

"Ya Allah,aku mohon beri kami jalan keluar,aku ingin mempertahankan rumah tangga ini,aku mohon jangan pisahkan kami"air mata Abidzar kembali menetes

"Yaallah,izinkan aku untuk memperbaiki semuanya dengan izin-Mu"

"Amiin yarobal alamin"sambil menusap pelan wajahnya

Abidzar terdiam sejenak dengan tatapan kosong kedepan,air matanya kembali menetes mengingat kejadian kemarin

"Maafin aku na"batin Abidzar

Abidzar menghapus air matanya,ia membereskan sajadahnya kemudian beranjak keluar rumah menuju masjid dekat rumahnya,karna sebentar lagi akan masuk waktu shubuh.

•••
Hasna menatap pantulan dirinya pada cermin didepannya,dirinya sudah rapih dengan gamis berwarna merah marun yang dipadukan dengan kerudung pasmina berwarna hitam.Pagi ini ia ada janji bersama kedua sahabatnya untuk berjalan-jalan sambil berziarah terlebih dahulu kemakan orang tuanya.

Hasna melirik jam dinding yang berada didekat cermin,jam menunjukkan pukul 09.10 wib.Hasna mengambil tas slempang yang ada diata meja rias lalu memakainya,ia mengambil ponsel dan dompetnya lalu memasukkan kedalam tas,lalu mengambil sepatu sneakers berwarna putih dan memakainya.

Hasna kembali menatap pantulan dirinya dicermin  full body,bibirnya terangkat membentuk senyum tipis.Dirasa tidak ada yang kurang,Hasna melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya,ia akan menunggu sahabatnya di depan rumah,seperti biasa.

Abidzar yang sedang duduk disofa sambil menonton tv menolehkan kepalanya saat mendengar suara derap kaki.Netranya menatap Hasna yang sudah rapi denan pakaiannya.

"Mau kemana na?"tanya Abidzar,

Hasna diam tak menjawab,ia melenggang keluar dari rumah tanpa menjawab atau bahkan melirik Abidzar sedikitpun.

Abidzar yang melihat itu menghela nafas berat,"maaf na"lirih Abidzar

Abidzar mematikan tv dan berjalan memasuki kamarnya dan Hasna untuk mengambil pakaiannya,karna ia belum mandi.

Sedangkan Hasna,ia sedang duduk diteras sambil menunggu keadua sahabatnya.

"Assalamualaikum na"salam kedua sahabatnya yang baru datang dengan senyjm manisnya

"Waalaikumusalam"jawab Hasna sambil berdiri dan membalas senyuman mereka tak kalah manis

"Ayo"ajak Hasna hendak menarik lengan keduanya,namun ditahan

Hasna berbalik menatap kedua sahabatnya yang menatapnya dengan tatapan sendu.

"Kenapa?"tanya Hasna bingung

"Kamu gapapa kan?"tanya Dina

Hasna menautkan alisnya namun sedetuk kemudian ia paham"aku gapapa"

"Yang sabar ya,semua pasti ada jalannya"ucap Dina sambil menatap sendu kearah Hasna

"Iya na,kalo butuh bantuan bilang aja ya,insyaalah kita bantu"lanjut laras

Hasna tersenyum mendengar penuturan sahabatnya,ia menarik keduanya untuk masuk kedalam pelukannya,tentu saja mereka berdua membalas pelukan Hasna,memberi semangat bagi Hasna.

"Makasih ya,kalian udah perhatian sama aku.Insyaallah aku kuat kok,selama masih ada Allah,insyaallah semuanya akan kembali baik-baik aja"ucap Hasna tulus

Hasna melepas pelukan mereka,ia terkekeh ringan"ini pipi pada basah,make up nya nanti luntur"ucap Hasna sambil menghapus jejak air mata dipipi kedua sahatnya

"Semangat Nana-nya kita"ucap mereka kompak dengan senyuman manisnya

Hasna terkekeh"Makasih pren"dengan senyuman manisnya

"Kita berangkat yuk,keburu makin siang"ajak Hasna diangguki keduanya

Mereka berjalana beriringan keluar dari area rumah Hasna menuju tempat yang akan mereka kunjungi.

Tanpa disadari mereka,Abidzar berdiri menatap mereka bertiga dari jendela kamarnya dan Hasna.Ia tersenyum melihat Hasna yang sudah tidak terlalu memikirkan perihal kemarin,meski hubungannya belum membaik dengan Hasna.

"Terus bahagia cantiknya aku"gumam Abidzar sambil tersenyum dan menatap punggung Hasna yang kian menjauh

Saat sudah tak terlihat,Abidzar berjalan masuk kekamar mandi,untuk melakukan ritual mandinya yang tadi sempat tertunda.

My Husband young Ustadz |ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang