Bagian 28: Lamaran?

1.3K 50 6
                                    

Happy reading

Jangan lupa votement~

•••
"Jadi kapan mau ajak keluargamu kesini buat lamaran?"tanya mama Karin membuat Abidzar terdiam

"Abi?"panggil mama Karin menyadarkan Abidzar dari keterdiamannya

"Jadi kapan?"tanya Mama Karin lagi

Abidzar berdehem pelan"Insyaallah,setelah semua urusan saya selesai"jawab Abidzar

Mama Karin tersenyum"Mama paham,yaudah kalo gitu mama kebelakang dulu ya"Mama Karin bangkit lalu berlalu meninggalkan Abidzar dan Karin diruang tamu

Karin menggeser sedikit duduknya mendekati Abidzar,tidak terlalu dekat hanya berjarak sekitar satu/dua jengkal.

"Kamu udah ngomong sama dia?"tanya Karin dengan senyuman yang merekah

"Udah"

"Bagus dong,dia setuju?"Abidzar menggeleng sebagai jawaban

"Loh terus?"

"Aku pisah sama dia"ujar Abidzar

Ucapan Abidzar barusan membuat Karin tersenyum senang

"Trus kamu udah urus perpisahannya?"

"Ummi sama Abi yang urus,Aku sama Hasna cuma tinggal tanda tangan aja"jawab Abidzar

"Ummi Abi kamu setuju kalo kamu sama dia pisah?"tanya Karin

Abidzar mengangguk sebagai jawaban,membuat senyum Karin semakin sumringah

"Jadi ummi sama Abi setuju dong sama hubungan kita?"tanya Karin dengan senyumannya

Abidzar menggelengkan kepalanya membuat Karin mengernyit tak paham.

"Masudnya?"

"Jadi.....

Abidzar pun mulai menceritakan kepada Karin tentang kejadian saat dirinya meminta izin menikah lagi,saat dirinya menampar Hasna dan saat orang tuanya datang sampai pergi.

Karin diam menyimak cerita dari Abidzar,hatinya sudah sangat bahagia mendengar Abidzar yang akan pisah dari Hasna.Dan itu artinya,Abidzar akan menjadi miliknya seutuhnya,hanya dia seorang.

Mereka terus bercerita sambil sesekali bercanda dan tertawa bersama.Hingga akhirnya Abidzar pamit untuk pulang.

"Aku pamit ya Rin"pamit Abidzar bangkit dari duduknya

"Iya"jawab Karin tersenyum,ia ikut bangkit dan mengantar Abidzar sampai depan rumah

"Hati-hati ya"ujar Karin

Abidzar tersenyum,tangannya terangkat mengelus kepala Karin yang terbalut jilbab"Iya,Assalamualaikum"

"Waalaikumussalam"jawab Karin

Setelah itu Abidzar melangkah mendekati motornya,setelah memakai helm,ia langsung melajukan motornya meninggalkan rumah Karin

Sedangkan Karin,setelah Abidzar menghilang dari pandangannya ia bergegas masuk kedalam rumah,melangkah memasuki kamarnya.

Ia menutup pintu kamarnya,dan mendekati ranjangnya lalu berbaring

Sedari tadi senyumnya tak luntur dari bibirnya.

Ia menatap langit-langit kamarnya"Hasna...Hasna"

"Selamat manikmati kehancuranmu Hasna"monolog Karin lalu tertawa

"I'm win Hasna"monolognya lagi tertawa sinis

•••
"Hasna"panggil Bibi nya dari bawah/lantai 1

"Tuun nak,makan dulu"

"Iya bi"sahut Hasna

Hasna yang menutup laptopnya matanya melirik jam yang menunjukkan pukul 19.25 wib,lalu berjalan keluar kamar,menuruni tangga menuju ruang makan.

Bibi nya tersenyum saat melihat Hasna"Sini nak,kamu mau makan sama apa?bair Bibi ambilin"tanya Bibi nya

Hasna duduk dikursi samping Bibi nya

"Gapapa Bi,biar Hasna aja,Bibi lanjut makan aja"ujar Hasna,Bibi tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban

Hasna mengambil piring lalu mengambil nasi serta lauk pauknya,lalu memakannya.Mereka makan dengan hikmat tanpa berbicara,dan hanya dentingan sendok yang terdengar.

Hasna mendongak menatap Paman dan Bibi nya yang sedang makan.Jujur ia bersenyukur bahkan snagat bersyukur memiliki Paman dan Bibi seperti mereka,yang sangat baik dan menyayanginya seperti menyayangi anaknya sendiri.

'Terimakasih yaAllah,engkau telah memberikan sosok pengganti orang tua hamba seperti mereka,yang baik dan menyayangi Nana seperti mereka menyayangi anaknya sendiri,terimakah yaAllah'batin Hasna tersenyum,Hasna pun kembali melanjutkan makannya yang sempat tertunda

Setelah hampir 10 menit,mereka menyelesaikan makan malamnya.Dan saat ini mereka sedang berada diruang keluarga,menonton bersama,dengan Afsa yang berada dipangkuan Pamannya.

"Kamu jadi keBandung na?"tanya Bibi nya menatap Hasna

Hasna menoleh menatap Bibi nya"Jadi Bi"

Bibi menganggukkan keoala paham"Berapa lama kamu disana?"

"Em,gatau juga sih,tapi Hasna harap cuma sebentar"

Bibi nya berangsur mendekati Hasna lalu memeluknya dari samping,tangan kanannya terangkat mengelus kepala Hasn"Kamu kuat sayang,kamu masih muda tapi harus ngalamin yang kayak gini"

Jujur,saat mendengar Hasna bercerita minggu lalu,itu membuat hatinya sakit,apalagi keponakannya ini masih muda,tapi harus menghadapi cobaan seberat ini.

Hasna tersenyum,tangannya mengelus tangan Bibi nya yang melingkar diperutnya"Gapapa Bibi,Hasna kan kuat"

Bibinya tersenyum,ia menarik diri dari pelukan"Yaudah,sekarang kamu masuk kamar terus istirahat ya,jangan nangsi-nangus terus kalo malem"titah Bibi nya

Hasna mengangguk lalu bangkit dari duduknya dab melangkah menuju lantai dua,dimana kemarnya berada.




















-Tbc-


My Husband young Ustadz |ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang